1.
Khalifah Umar bin Khatab
Umar
Bin Khatab RA adalah khalifah kedua pengganti Khalifah Abubakar As-shidiq dalam
mengemban amanah menjadi pemimpin umat Islam.
Beliau
merupakan salah satu pemimpin terbaik yang
menjadi tauladan dan inspirasi bagi para pemimpin dunia.
Selama
kepemimpinan beliau, selama kurang lebih 10 tahun 6 bulan wilayah Islam meluas ke timur
sampai ke perbatasan India dan ke barat sampai ke Afrika Utara.
Beberapa wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh Umar bin
Khattab RA adalah Damaskus, Yordania, Al-Madain, Al-Ahwaz, Tikrit, Mesir,
Alexandria, Azerbaijan, sampai dengan Kota Karman Sajistan Makran.
Berkat
kecerdasan, keberanian, kejujuran, keadilan, dan kebijakannya, beliau menjadi
pemimpin yang disegani dan dicintai rakyatnya.
2. Kisah Blusukan
Suatu ketika khalifah Umar bin Khattab melakukan blusukan di malam hari. Beliau ingin mengetahui
keadaan rakyatnya secara langsung tanpa diketahui oleh
siapapun, kecuali Aslam sahabat setianya.
Di
tengah jalan beliau mendengar suara tangis seorang gadis kecil yang berasal
dari sebuah gubuk kecil yang lusuh. Khalifah Umar lantas menintip dari celah
gubuk dan dilihatnya seorang wanita yang sedang mengaduk-aduk bejana. Disampingnya ada dua orang
gadis kecil sedang telentang sambil menangis.
Beliau
mengetuk pintu, mengucapkan salam dan masuk gubuk. Khalifah Umar bertanya
kepada wanita itu,
”Kenapa anak-anakmu menangis? Apakah dia sakit?”
”Tidak,
mereka lapar,” jawab wanita itu dengan agak ketus.
”Apa yang kau masak?” tanya Khalifah.
”Kau
lihatlah sendiri!” jawab wanita itu.
Betapa
terkejut Khalifah Umar dan Aslam aetelah melihat isi bejana tersebut, ternyata
isinya batu.
”Kenapa engkau memasak
batu?” tanya
Khalifah Umar dengan tercengang.
”Untuk
menghibur anakku.”
Wanita
itu melanjutkan:
“Inilah kejahatan Khalifah Umar. Dia tidak mau melihat ke
bawah, tidak tahu rakyatnya menderita kelaparan”.
”Aku
seorang janda, suamiku telah lama meninggal. Sejak pagi tadi, aku dan anakku
belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika
waktu berbuka kami mendapat rezeki. Namun ternyata tidak. Sesudah maghrib tiba,
makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut kosong. Aku
mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan aku isi air.
Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku dengan harapan dia akan
tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar,
sebentar-sebentar dia bangun dan menangis minta makan,” ucap wanita itu.
”Namun
apa dayaku? Sungguh
Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Dia tidak peduli dengan
penderitaan rakyatnya”.
Wanita
itu tidak tahu yang ada di hadapannya adalah Khalifah Umar bin Khattab. Aslam sempat hendak menegur
wanita itu. Tetapi, Khalifah Umar
mencegahnya.
Khalifah
lantas menitikkan air mata dan segera bangkit dari tempat duduknya. Segera lah
diajaknya Aslam pergi cepat-cepat kembali ke Madinah.
Sesampai
di Madinah, Khalifah langsung pergi ke Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum. Tanpa
memedulikan rasa lelah, Khalifah Umar mengangkat sendiri karung gandum tersebut
di punggungnya.
Aslam
segera mencegah.
”Wahai Amirul Mukminin, biarlah
aku yang memikul karung itu,” kata Aslam.
Kalimat
Aslam tidak mampu membuat Umar tenang. Wajahnya merah padam mendengar perkataan
Aslam.
”Aslam, jangan jerumuskan aku
ke dalam neraka. Apakah kau bisa memikul
beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?” kata Umar dengan nada tinggi.
Aslam
tertunduk mendengar perkataan Khalifah Umar. Sembari terseok-seok, Khalifah
Umar mengangkat karung itu dan diantarkan ke gubuk reot tempat tinggal wanita
itu.
Sesampai
di sana, Khalifah Umar menyuruh Aslam membantunya menyiapkan makanan. Khalifah sendiri yang memasak
makanan disuguhkan
kepada wanita itu dan anak-anaknya.
Khalifah
Umar segera mengajak keluarga miskin tersebut makan setelah masakannya matang.
Melihat mereka bisa makan, hati Khalifah Umar terasa tenang.
Makanan
habis dan sebelum berpamitan Khalifah Umar berkata:
”Besok temuilah Amirul Mukminin
dan kau bisa temui aku juga di sana. Insya Allah dia akan mencukupimu,” kata Khalifah Umar.
Keesokan
harinya, wanita itu pergi menemui Amirul Mukminin. Betapa kagetnya si wanita
itu melihat sosok Amirul Mukminin, yang tidak lain adalah orang yang telah
memasakkan makanan untuk dia dan anaknya.
”Aku
mohon maaf. Aku
telah menyumpahi dengan kata-kata dzalim kepada engkau. Aku siap dihukum,” kata wanita itu.
”Ibu
tidak bersalah, akulah yang bersalah. Aku berdosa membiarkan seorang ibu dan
anak kelaparan di wilayah kekuasaanku. Bagaimana aku mempertanggung jawabkan
ini di hadapan Allah kelak? Maafkan aku, ibu,” kata Khalifah Umar.
3. Pemimpin Yang Menjadi Tauladan
Begitulah
sekelumit kisah blusukan Khalifah Umar. Beliau melakukan blusukan secara diam-diam, di
malam hari, tanpa diketahui oleh siapapun, kecuali satu orang
sahabatnya. Tujuan blusukan beliau adalah untuk mengetahui kondisi nyata
rakyatnya tanpa ada rekayasa, bukan pencitraan.
Umar
bin Khatab dikenal oleh sebagai sosok yang tegas dan berani.
Keberaniannya itu membuat beliau dijuluki sebagai “Singa padang
pasir”
Umar
bin Khatab merupakan sosok yang kaya, tetapi hidup secara sederhana.
Sebagian besar harta kekayaannya dipergunakan untuk perjuangan dakwah
pengembangan Islam. Khalifah Umar pernah pergi ke daerah Khaibar, karena lelah
kantuk beliau tidur istirahat di bawah pohon kurma dan tidur beralaskan tikar
dan berbantalkan batu bata.
Umar
bin Khatab adalah seorang Amirul mukminin, pemimpin umat Islam yang dicintai oleh
rakyatnya dan disegani oleh lawan-lawannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya pemimpin adalah yang mencintai rakyatnya, dan
rakyatnyapun mencintainya. Dia selalu mendoakan kebaikan untuk rakyatnya.”
Sebagai
Amirul mukminin, pemimpin umat Islam Umar bin Khatab dikenal mempunyai karakter
yang cerdas, jujur, adil, peduli, berani, dan sederhana.
4. Pemilihan Umum
Saat ini kita tengah berada pada situasi pesta demokrasi, yaitu Pemilu untuk memilih pemimpin, baik itu pemilihan kepala negara maupun kepala daerah.
Bagi umat Muslim Indonesia, partisipasi dalam Pemilu hukumnya wajib, karena Pemilu merupakan proses pemilihan pemimpin yang agenda aturan mainnya telah ditetapkan oleh Ulil Amri, pemerintah dalam undang-undang.
Dalam al Qur’an surat An-Nisa ayat 59, Allah berfirman: “Yaa ayyuhal ladziina aamanuu athii’ullooha wa athii’ur rosulla wa ulil amri mingkum.” artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya serta para pemimpin di antara kalian.
1) Penyelenggaraan Pemilu yang baik dan benar adalah penyelenggaraan yang jujur, adil dan bermartabat.
2) Cara pemilihan yang baik dan benar harus dilakukan secara obyektif dan pertimbangan akal sehat.
5. Kriteria Pemimpin Ideal
Untuk mendapatkan pemimpin yangideal, yaitu yang berintegritas, atau yang kompeten dan amanah, maka harus dilakukan secara obyektif dan pertimbangan nalar sehat.
Tidaklah dibenarkan memilih pemimpin berdasarkan pertimbangan subyektivitas, yaitu:
> Faktor
kekerabatan, kesukuan atau golongan, bisa disebut dengan nepotisme.
> Tidak
boleh juga didasarkan atas faktor popularitas atau elektabilitas.
> Tidak
boleh juga didasarkan atas factor rayuan dalam bentuk money politik, seperti
serangan fajar, bantuan sosial sembako, dsb.
Cara menentukan pilihan atau memilih pemimpin yang benar sesuai pandangan Islam harus didasarkan pada 4 kriteria sifat-sifat mulia Rasulullah, yaitu: siddiq (jujur), amanah (terpercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh (menyampaikan) … SAFT.
a. Sidiq (Jujur)
Jujur adalah sikap kesesuaian antara perkataan (ucapan) dengan fakta kenyataan dan tindakan yang seharusnya dilakukan. Contoh sikap jujur adalah berterus terang, tidak menutupi, tidak manipulasi, dan tidak dusta.
b. Amanah (terpercaya)
Amanah mempunyai pengertian mampu menjaga segala sesuatu yang dipercayakan secara konsekuen dan penuh rasa tanggung jawab. Pengertian amanah yang lebih luas adalah integritas, yaitu memegang teguh nilai-nilai moral etika yang baik. Integritas meliputi sifat adil, tanggung jawab, berani dan konsekuen.
c. Fathonah (cerdas)
Fathonah mempunyai pengertian mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, memiliki pengetahuan yang luas, serta kreatif dan inovatif.
e. Tabligh (transparan & akuntable)
Tabligh mempunyai pengertian terbuka/transparan dan kesediaan untuk mempertanggung jawabkan atas tugas yang dilakukannya.
Untuk mendapatkan informasi
dan data tentang karakter SAFT itu bisa didapatkan
melalui track record (riwayat kinerja) atau jejak digital yang
telah dipublikasikan melalui media massa, atau media sosial yang terpercaya,
atau perbincangan para cerdik pandai.
5. Kesimpulan
a. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang kompeten dan amanah yaitu punya kemampuan dan berintegritas (dapat dipercaya).
b. Memilih pemimpin yang kompeten dan amanah HARUS didasari oleh
pertimbangan yang sesuai akal sehat, yaitu sesuai dengan kriteria sifat-sifat
mulia Rasulullah, yaitu SAFT: Siddiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh. BUKAN atas
dasar nepotisme (kekerabatan),
popularitas (elektabilitas)
ataupun rayuan (money
politik).
c. Rasulullah bersabda: “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. Bukhari – 6015)
Wassalam ...
*****
Ket:
Integritas adalah suatu kualitas yang berkaitan dengan kepribadian dan karakter seseorang sehingga ia dapat dipercaya untuk mengemban suatu tugas.
Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standardisasi yang diharapkan.
> https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7092200/meneladani-6-sifat-umar-bin-khattab-sahabat-nabi-dan-khalifah-kedua
> https://www.republika.co.id/berita/pq1lne349/pemimpin-melayani-bukan-dilayani
> https://blogkalimana.blogspot.com/2024/02/
· Empat Sifat Mulia Rasulullah SAW
· Panduan Memilih Pemimpin (dalam Islam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar