Jumat, 02 Februari 2024

Tauladan Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khatab

1. Khalifah Umar bin Khatab

Umar Bin Khatab RA adalah khalifah kedua pengganti Khalifah Abubakar As-shidiq dalam mengemban amanah menjadi pemimpin umat Islam.

Beliau merupakan salah satu pemimpin terbaik yang menjadi tauladan dan inspirasi bagi para pemimpin dunia.

Selama kepemimpinan beliau, selama kurang lebih 10 tahun 6 bulan wilayah Islam meluas ke timur sampai ke perbatasan India dan ke barat sampai ke Afrika Utara.

Beberapa wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh Umar bin Khattab RA adalah Damaskus, Yordania, Al-Madain, Al-Ahwaz, Tikrit, Mesir, Alexandria, Azerbaijan, sampai dengan Kota Karman Sajistan Makran.

Berkat kecerdasan, keberanian, kejujuran, keadilan, dan kebijakannya, beliau menjadi pemimpin yang disegani dan dicintai rakyatnya.

 

2. Kisah Blusukan

Suatu ketika khalifah Umar bin Khattab melakukan blusukan di malam hari. Beliau ingin mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung tanpa diketahui oleh siapapun, kecuali Aslam sahabat setianya.

Di tengah jalan beliau mendengar suara tangis seorang gadis kecil yang berasal dari sebuah gubuk kecil yang lusuh. Khalifah Umar lantas menintip dari celah gubuk dan dilihatnya seorang wanita yang sedang mengaduk-aduk bejanaDisampingnya ada dua orang gadis kecil sedang telentang sambil menangis.

Beliau mengetuk pintu, mengucapkan salam dan masuk gubuk. Khalifah Umar bertanya kepada wanita itu,

Kenapa anak-anakmu menangisApakah dia sakit?”

”Tidak, mereka lapar,” jawab wanita itu dengan agak ketus.

Apa yang kau masak?” tanya Khalifah.

”Kau lihatlah sendiri!” jawab wanita itu.

Betapa terkejut Khalifah Umar dan Aslam aetelah melihat isi bejana tersebut, ternyata isinya batu.

Kenapa engkau memasak batu?” tanya Khalifah Umar dengan tercengang.

”Untuk menghibur anakku.”

Wanita itu melanjutkan:

Inilah kejahatan Khalifah UmarDia tidak mau melihat ke bawah, tidak tahu rakyatnya menderita kelaparan”.

”Aku seorang janda, suamiku telah lama meninggal. Sejak pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rezeki. Namun ternyata tidak. Sesudah maghrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan aku isi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku dengan harapan dia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar dia bangun dan menangis minta makan,” ucap wanita itu.

”Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Dia tidak peduli dengan penderitaan rakyatnya.

 

Wanita itu tidak tahu yang ada di hadapannya adalah Khalifah Umar bin Khattab. Aslam sempat hendak menegur wanita ituTetapi, Khalifah Umar mencegahnya.

Khalifah lantas menitikkan air mata dan segera bangkit dari tempat duduknya. Segera lah diajaknya Aslam pergi cepat-cepat kembali ke Madinah.

 

Sesampai di Madinah, Khalifah langsung pergi ke Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum. Tanpa memedulikan rasa lelah, Khalifah Umar mengangkat sendiri karung gandum tersebut di punggungnya.

Aslam segera mencegah.

Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku yang memikul karung itu,” kata Aslam.

Kalimat Aslam tidak mampu membuat Umar tenang. Wajahnya merah padam mendengar perkataan Aslam.

Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam nerakaApakah kau bisa memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?” kata Umar dengan nada tinggi.

Aslam tertunduk mendengar perkataan Khalifah Umar. Sembari terseok-seok, Khalifah Umar mengangkat karung itu dan diantarkan ke gubuk reot tempat tinggal wanita itu.

Sesampai di sana, Khalifah Umar menyuruh Aslam membantunya menyiapkan makanan. Khalifah sendiri yang memasak makanan disuguhkan kepada wanita itu dan anak-anaknya.

Khalifah Umar segera mengajak keluarga miskin tersebut makan setelah masakannya matang. Melihat mereka bisa makan, hati Khalifah Umar terasa tenang.

 

Makanan habis dan sebelum berpamitan Khalifah Umar berkata:

Besok temuilah Amirul Mukminin dan kau bisa temui aku juga di sanaInsya Allah dia akan mencukupimu,” kata Khalifah Umar.

 

Keesokan harinya, wanita itu pergi menemui Amirul Mukminin. Betapa kagetnya si wanita itu melihat sosok Amirul Mukminin, yang tidak lain adalah orang yang telah memasakkan makanan untuk dia dan anaknya.

”Aku mohon maaf. Aku telah menyumpahi dengan kata-kata dzalim kepada engkau. Aku siap dihukum,” kata wanita itu.

”Ibu tidak bersalah, akulah yang bersalah. Aku berdosa membiarkan seorang ibu dan anak kelaparan di wilayah kekuasaanku. Bagaimana aku mempertanggung jawabkan ini di hadapan Allah kelak? Maafkan aku, ibu,” kata Khalifah Umar.

 

3. Pemimpin Yang Menjadi Tauladan

Begitulah sekelumit kisah blusukan Khalifah Umar. Beliau melakukan blusukan secara diam-diam, di malam hari, tanpa diketahui oleh siapapun, kecuali satu orang sahabatnya. Tujuan blusukan beliau adalah untuk mengetahui kondisi nyata rakyatnya tanpa ada rekayasa, bukan pencitraan.

Umar bin Khatab dikenal oleh sebagai sosok yang tegas dan berani. Keberaniannya itu membuat beliau dijuluki sebagai “Singa padang pasir

Umar bin Khatab merupakan sosok yang kaya, tetapi hidup secara sederhana. Sebagian besar harta kekayaannya dipergunakan untuk perjuangan dakwah pengembangan Islam. Khalifah Umar pernah pergi ke daerah Khaibar, karena lelah kantuk beliau tidur istirahat di bawah pohon kurma dan tidur beralaskan tikar dan berbantalkan batu bata.

Umar bin Khatab adalah seorang Amirul mukminin, pemimpin umat Islam yang dicintai oleh rakyatnya dan disegani oleh lawan-lawannya.

Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baiknya pemimpin adalah yang mencintai rakyatnya, dan rakyatnyapun mencintainya. Dia selalu mendoakan kebaikan untuk rakyatnya.”

Sebagai Amirul mukminin, pemimpin umat Islam Umar bin Khatab dikenal mempunyai karakter yang cerdas, jujur, adil, peduli, berani, dan sederhana.

 

4. Pemilihan Umum

Saat ini kita tengah berada pada situasi pesta demokrasi, yaitu Pemilu untuk memilih pemimpin, baik itu pemilihan kepala negara maupun kepala daerah.

Bagi umat Muslim Indonesia, partisipasi dalam Pemilu hukumnya wajib, karena Pemilu merupakan proses pemilihan pemimpin yang agenda aturan mainnya telah ditetapkan oleh Ulil Amri, pemerintah dalam undang-undang.

Dalam al Qur’an surat An-Nisa ayat 59, Allah berfirman: “Yaa ayyuhal ladziina aamanuu athii’ullooha wa athii’ur rosulla wa ulil amri mingkum.” artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya serta para pemimpin di antara kalian.

Dalam proses Pemilu untuk mendapatkan pemimpin yang ideal, yang berintegritas, yaitu yang mumpuni  (kompeten) dan amanah, tentu harus dilakukan melalui dua proses yang baik dan benar, yaitu:  proses penyelenggaraan , dan cara pemilihan.

1) Penyelenggaraan Pemilu yang baik dan benar adalah penyelenggaraan yang jujur, adil dan bermartabat

2) Cara pemilihan yang baik dan benar harus dilakukan secara obyektif dan pertimbangan akal sehat.


5. Kriteria Pemimpin Ideal

Untuk mendapatkan pemimpin yangideal, yaitu yang berintegritas, atau yang kompeten dan amanah, maka harus dilakukan secara obyektif dan pertimbangan nalar sehat.

Tidaklah dibenarkan memilih pemimpin berdasarkan pertimbangan subyektivitas, yaitu:

> Faktor kekerabatan, kesukuan atau golongan, bisa disebut dengan nepotisme.

> Tidak boleh juga didasarkan atas faktor popularitas atau elektabilitas.

> Tidak boleh juga didasarkan atas factor rayuan dalam bentuk money politik, seperti serangan fajar, bantuan sosial sembako, dsb.


Cara menentukan pilihan atau memilih pemimpin yang benar sesuai pandangan Islam harus didasarkan pada kriteria sifat-sifat mulia Rasulullah, yaitu: siddiq (jujur), amanah (terpercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh (menyampaikan) … SAFT.

a. Sidiq (Jujur)

Jujur adalah sikap kesesuaian antara perkataan (ucapan) dengan fakta kenyataan dan tindakan yang seharusnya dilakukan.  Contoh sikap jujur adalah berterus terang, tidak menutupi, tidak manipulasi, dan tidak dusta. 

b. Amanah (terpercaya)

Amanah mempunyai pengertian mampu menjaga segala sesuatu yang dipercayakan secara konsekuen dan penuh rasa tanggung jawab. Pengertian amanah yang lebih luas adalah integritas, yaitu memegang teguh nilai-nilai moral etika yang baik. Integritas meliputi sifat adil, tanggung jawab, berani dan konsekuen.

c. Fathonah (cerdas)

Fathonah mempunyai pengertian mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi, memiliki pengetahuan yang luas, serta kreatif dan inovatif.

e. Tabligh (transparan & akuntable)

Tabligh mempunyai pengertian terbuka/transparan dan kesediaan untuk mempertanggung jawabkan atas tugas yang dilakukannya.

Untuk mendapatkan informasi dan data tentang karakter SAFT itu bisa didapatkan melalui track record (riwayat kinerja) atau jejak digital yang telah dipublikasikan melalui media massa, atau media sosial yang terpercaya, atau perbincangan para cerdik pandai.


5. Kesimpulan

a. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang kompeten dan amanah yaitu punya kemampuan dan berintegritas (dapat dipercaya).

b. Memilih pemimpin yang kompeten dan amanah HARUS didasari oleh pertimbangan yang sesuai akal sehat, yaitu sesuai dengan kriteria sifat-sifat mulia Rasulullah, yaitu SAFTSiddiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh. BUKAN atas dasar nepotisme (kekerabatan), popularitas (elektabilitas) ataupun rayuan (money politik).

c. Rasulullah bersabda: “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. Bukhari – 6015)


Wassalam ...


*****

Ket:

Integritas adalah suatu kualitas yang berkaitan dengan kepribadian dan karakter seseorang sehingga ia dapat dipercaya untuk mengemban suatu tugas.

Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standardisasi yang diharapkan.


> https://finance.detik.com/sosok/d-6683759/kesederhanaan-umar-bin-khattab-kaya-raya-tapi-tidur-beralaskan-tikar

> https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7092200/meneladani-6-sifat-umar-bin-khattab-sahabat-nabi-dan-khalifah-kedua  

> https://www.republika.co.id/berita/pq1lne349/pemimpin-melayani-bukan-dilayani

> https://blogkalimana.blogspot.com/2024/02/

·     Empat Sifat Mulia Rasulullah SAW

     ·     Panduan Memilih Pemimpin (dalam Islam)

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar