Sepeninggal Abu Thalib, gangguan
kafir Quraisy terhadap Rasulullah semakin besar. Beliau pun berniat untuk
meninggalkan Makkah dan pergi ke Tha’if.
Beliau berharap akan memperoleh
dukungan penduduk setempat dan akan menyambut baik ajakan beliau untuk memeluk
agama Islam.
Tak lama kemudian, beliau bersama
Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau, pergi ke Tha’if.
Rasulullah menemui pemimpin Bani
Tsaqif dan mengajak mereka untuk memeluk Islam dan tidak menyembah kepada
selain Allah.
Namun ajakan Rasulullah mendapatkan
penolakan, bahkan diejek dan dibulli serta diusir. Bahkan sekeluarnya dari kota
itu Rasulullah dihadang sekelompok penduduk kota Tha’if yang tidak ramah dengan
lemparan batu.
Mereka berdua terluka akibat
lemparan-lemparan itu. Setelah agak jauh dari kota Tha’if, Rasulullah berteduh
dekat sebuah pohon sambil membersihkan luka-luka mereka.
Ketika sudah tenang,
Rasulullah mengangkat kepala menengadah ke atas, ia hanyut dalam suatu doa yang
berisi pengaduan yang sangat mengharukan.
Malaikat Jibril dating, “Jika
engkau mau, maka malaikat-malaikat itu akan menabrakkan gunung-gunung itu
hingga penduduk kota itu akan binasa.”
Rasulullah: “Aku berharap dengan kehendak Allah, anak-anak mereka pada suatu masa nanti akan menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar