Senin, 08 November 2021

Terapi Listrik (Bio Elektrik)

Terapi listrik adalah metode pengobatan penyakit yang memanfaatkan rangsangan elektrik. Terapi ini cukup sering digunakan untuk menangani beberapa jenis penyakit saraf dan kejiwaan

Terapi listrik untuk menangani rasa sakit telah digunakan sejak zaman dahulu, yaitu dengan memanfaatkan sengatan listrik dari ikan. 

Seiring berkembangnya teknologi, tepatnya sejak pertengahan abad ke-18 hingga kini, terapi listrik telah menggunakan mesin khusus dan peralatan yang semakin canggih.

 

Berbagai Manfaat Terapi Listrik bagi Kesehatan

Terapi listrik cukup banyak digunakan sebagai metode penanganan penyakit saraf dan beberapa macam gangguan kejiwaan.

Penyakit Saraf sendiri dapat dikenali dengan munculnya berbagai gejala, seperti: sakit kepala, kesemutan, mati rasa, otot tubuh melemah, kelumpuhan, serta nyeri di bagian tubuh tertentu seperti nyeri punggung bagian bawah atau atas.

Dalam penanganan penyakit saraf, terapi listrik bekerja dengan cara mengirimkan sinyal listrik dan menstimulasi saraf yang terganggu agar saraf tersebut dapat berfungsi kembali secara normal.

Sementara itu, pada penderita Gangguan Kejiwaan, terapi listrik berfungsi untuk merangsang bagian saraf otak yang rusak atau mengalami gangguan agar dapat kembali berfungsi dengan baik.

Terapi listrik biasanya digunakan untuk mengobati beberapa macam gangguan kejiwaan, seperti: skizofrenia, gangguan obsesif kompulsif atau OCD, depresi berat, gangguan bipolar, serta gangguan kejiwaan yang tidak membaik dengan pemberian obat-obatan dan psikoterapi.

 

Berbagai Jenis Terapi Listrik

Ada beberapa jenis terapi listrik yang sering digunakan sebagai pengobatan berbagai macam penyakit, di antaranya:

1. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

TENS adalah jenis terapi listrik yang menggunakan mesin bertenaga baterai dengan voltase atau tegangan rendah untuk meredakan rasa sakit. Mesin berukuran kecil ini dapat mengantarkan sinyal listrik melalui 2 elektroda yang ditempatkan di bagian saraf pada kulit atau bagian tubuh yang menjadi sumber rasa nyeri.

Metode ini paling sering digunakan untuk menangani nyeri sendi atau arthritis, nyeri saat haid, sakit lutut, sakit leher, fibromyalgia, dan sakit punggung bagian bawah. Pada kasus tertentu, TENS juga digunakan untuk meringankan rasa sakit saat persalinan.

TENS bekerja dengan cara menghambat hantaran atau impuls nyeri dari saraf yang bermasalah menuju otak, sehingga rasa nyeri dapat berkurang. Selain itu, terapi listrik ini juga diduga dapat menstimulasi saraf otak untuk memproduksi hormon pereda nyeri alami atau endorfin yang dapat menghambat persepsi terhadap rasa sakit.

 

2. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS) atau Elektro Akupunktur

Metode terapi listrik ini memadukan teknik pengobatan tradisional Timur dan teknologi kedokteran Barat.

PENS menggunakan alat kecil yang menyerupai jarum akupunktur untuk mengalirkan listrik. Teknik ini juga bisa dipadukan dengan pengobatan akupunktur.

Beberapa studi menyebutkan bahwa terapi listrik dengan metode PENS dapat meringankan nyeri, memperbaiki kualitas tidur, dan membantu penderita gangguan saraf serta nyeri lutut untuk melakukan aktivitas fisik.

Namun, hingga saat ini, efektivitas terapi listrik PENS sebagai penanganan gangguan saraf masih belum menunjukkan hasil yang konsisten dan masih perlu diteliti lebih lanjut.

 

3. Deep Brain Stimulation (DBS)

Terapi ini merupakan salah satu metode terapi listrik yang memerlukan tindakan operasi. Metode terapi listrik ini dilakukan dengan cara memasang elektroda pada otak yang berfungsi untuk mengirim aliran listrik ke saraf otak melalui mesin khusus.

Metode ini awalnya digunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson. Namun, kini DBS juga digunakan untuk mengobati berbagai gangguan psikologis, seperti depresi dan gangguan obsesif kompulsif (OCD).

 

4. Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (RTMS)

Repetitive transcranial magnetic stimulation memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk mengirim sinyal listrik guna menghambat rasa sakit atau nyeri. Namun, metode ini umumnya perlu dilakukan lebih dari satu kali untuk mendapatkan hasil maksimal.

Terapi listrik juga umum digunakan sebagai bagian dari metode rehabilitasi fisik atau fisioterapi. Peralatan terapi listrik memang banyak dijual bebas. Namun, hindari menggunakan alat-alat tersebut untuk meredakan rasa sakit tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Walau mampu memberikan manfaat bagi beberapa orang dengan kondisi tertentu, namun sejauh ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan potensi terapi listrik dalam penanganan penyakit saraf.

 

https://www.alodokter.com/fakta-tentang-terapi-listrik-untuk-penyakit-saraf-anda

 

&&&&

 

STIMULUS OTOT HINGGA SAMARKAN RASA NYERI

(INI MANFAAT PROSEDUR TERAPI LISTRIK)

 

Terapi listrik dapat digunakan untuk pasien stroke atau cedera

Terapi listrik memberikan stimulus berupa tegangan listrik kepada pasien stroke atau cedera

****

Prosedur terapi listrik atau electrical stimulation (e-stim) banyak diaplikasikan kepada pasien stroke atau cedera yang tengah dalam masa penyembuhan. Tak hanya itu, jenis terapi fisik ini juga bermanfaat bagi pasien yang harus berhadapan dengan rasa nyeri seperti pada penyakit fibromyalgia.

Dalam terapi listrik atau electrical stimulation, ada gelombang elektrik ringan yang dialirkan lewat kulit sebagai media stimulus. Tujuannya adalah melakukan stimulasi otot yang cedera atau memanipulasi saraf agar rasa nyeri bisa tersamarkan.

Mengenal prosedur terapi listrik

Memang tidak semua pasien bisa menjalani prosedur terapi listrik, namun banyak juga pasien yang merasakan manfaat dari prosedur yang tidak terlalu sakit ini. Cara kerjanya adalah gelombang elektrik bertindak layaknya sinyal dari neuron atau sel dalam sistem saraf. Targetnya adalah saraf atau otot. 

Terapi listrik untuk pemulihan otot yang cedera atau pascastroke bertujuan untuk membuatnya mengalami kontraksi. Dengan adanya kontraksi otot secara berulang, maka aliran darah akan menjadi lebih lancar sekaligus membuat proses penyembuhan semakin optimal.

Tak hanya itu, adanya stimulus kontraksi dan relaksasi terhadap otot ini juga melatih kekuatan otot. Dengan demikian, diharapkan otot bisa merespons lebih tanggap terhadap sinyal alami dari tubuh. 

Itulah mengapa terapi listrik sangat bermanfaat bagi pasien stroke yang harus mengenal kembali fungsi motorik dasar.

Di sisi lain, cara kerja terapi listrik untuk meredakan nyeri juga berbeda. Gelombang listrik yang dikirim menargetkan saraf, bukan otot

Dengan adanya stimulus ini, saraf yang memproses rasa sakit tidak akan menangkap sinyal apapun dari sistem saraf ke otak. Ini penting bagi pasien yang ingin mengurangi rasa nyeri akibat penyakit yang dideritanya.

Jenis terapi listrik

Ada dua jenis terapi listrik utama dengan target berbeda, yaitu saraf dan otot. Definisinya adalah:

·         TENS

TENS adalah singkatan dari transcutaneous electrical nerve stimulation yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri baik akut maupun kronis. Dalam prosedur ini, elektroda ditempatkan di kulit tidak jauh dari sumber rasa sakit. Kemudian, sinyal dikirim lewat serat saraf untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa nyeri sebelum diproses oleh otak.

·         EMS

Sementara EMS atau electrical muscle stimulation menggunakan gelombang yang sedikit lebih kuat ketimbang TENS agar bisa memancing otot mengalami kontraksi. Elektroda unit ini juga ditempatkan di kulit tidak jauh dari otot yang menjadi target. Ketika diaplikasikan, akan muncul kontraksi dengan ritme teratur yang bisa meningkatkan kekuatan otot.

Selain kedua jenis terapi listrik di atas, ada beberapa opsi terapi listrik lain yang bisa disesuaikan dengan kondisi setiap orang, yaitu:

  • ESTR (electrical stimulation for tissue repair) untuk meredakan pembengkakan, melancarkan aliran darah, dan mempercepat penyembuhan luka
  • IFC (interferential current) akan memberikan stimulasi pada saraf agar rasa nyeri berkurang
  • NMES (neuromuscular electrical stimulation) memberikan stimulasi kepada saraf di otot agar fungsi dan kekuatannya kembali normal sekaligus mengurangi spasme otot
  • FES (functional electrical stimulation) yaitu prosedur implan sebuah unit di dalam tubuh sehingga otot mendapatkan stimulasi dalam jangka panjang dan bisa menjalankan fungsi motoriknya
  • SCS (spinal cord stimulationmenggunakan alat yang diimplan untuk meredakan rasa nyeri
  • Iontophoresis berupa pengobatan dengan tenaga ion yang membantu jaringan agar proses penyembuhannya menjadi lebih cepat

 

Sebelum menjalani prosedur terapi listrik apapun, harus atas supervisi dan diagnosis pasti dari dokter. Utamanya jika ada terapi listrik yang masuk dalam program penyembuhan selama di rumah, ada instruksi pengoperasian alat yang harus diikuti dengan tepat.

Apa yang dirasakan saat terapi listrik?

Banyak orang memilih prosedur terapi listrik karena tidak menimbulkan rasa sakit dan targetnya benar-benar tercapai.

Elektroda akan ditempatkan di kulit tidak jauh dari lokasi rasa sakit, baik itu otot maupun saraf. Pasien akan merasakan sensasi gatal ketika gelombang elektrik dikirimkan.

Efek samping yang paling umum terjadi adalah muncul iritasi di area kulit yang ditempeli elektroda. Selain itu, ada juga efek samping lebih serius terhadap jantung, itu sebabnya tidak boleh digunakan oleh orang yang memakai alat pacu jantung.

Bergantung pada jenis terapi listrik yang diberikan, pasien juga akan merasakan kontraksi otot secara berulang.

Umumnya, satu kali prosedur terapi listrik akan berlangsung selama 5-15 menit bergantung pada kondisi fisik masing-masing. Lebih jauh lagi, terapi listrik menjadi pilihan pengobatan untuk berbagai penyakit seperti:

  • Nyeri tulang belakang
  • Kesulitan menelan (dysphagia)
  • Nyeri sekujur tubuh (fibromyalgia)
  • Nyeri sendi
  • Arthritis
  • Cedera otot akibat penyakit atau trauma
  • Inflamasi saraf
  • Inkontinensia urine
  • Stimulus otot (terutama untuk atlet)
  • Stroke
  • Cedera sumsum tulang belakang
  • Penyembuhan setelah operasi

 

Para peneliti juga terus mengembangkan studi untuk mengetahui apakah terapi listrik bisa membantu penderita multiple sclerosis agar bisa kembali berjalan.

Selain terapi listrik, jenis terapi lain yang lebih sederhana bisa dengan berolahraga menggunakan berat badan sendiri, weights, atau resistance bands. Memberikan kompres es batu atau kompres hangatstretchinghingga pijatan juga bisa efektif pada kondisi fisik tertentu pasien.

 

https://www.sehatq.com/artikel/stimulus-otot-hingga-samarkan-rasa-nyeri-ini-manfaat-prosedur-terapi-listrik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar