Senin, 10 Januari 2022

Hikmah Puasa

Saat ini kita baru saja memasuki bulan suci Ramadhan.         Kita telah memasuki hari ke ..... dalam pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.  Kita patut bersyukur kehadirat Allah SWT, karena kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan tahun ini, yaitu bulan yang sangat istimewa, bulan yang penuh berkah, rahmad dan ampunan.  Pada bulan ini pahala amal dilipat-gandakan, dan doa-doa kaum muslimin dikabulkan. 

Bulan Ramadhan adalah bulan yang begitu istimewa, sehingga banyak nama atau penyebutan untuk bulan Ramadhan ini, ada yang menyebutnya sebagai Syahrullah (bulan Allah, bulan yang dimuliakan oleh Allah), bulan suci (bulan untuk pensucian diri dari dosa2), bulan berkah (karena mengandung banyak keberkahan), bulan maghfirah (bulan ampunan), dan sebagainya.  

Seorang ulama memberi sebutan pada bulan ini dengan nama bulan ”panen pahala”, atau bulan ”gebyar pahala”.   Disebut sebagai bulan ”panen pahala” karena begitu banyak pahala yang dapat kita peroleh pada bulan itu meski hanya dengan amalan yang kecil dan ringan.    Bila seorang mukmin mengerjakan amal kebajikan di bulan Ramadhan, maka Allah akan  menambahkan dengan ganjaran 70 kali lipat dari ganjaran yang biasa diberikan oleh Allah di hari-hari lainnya pada bulan biasa.  Di bulan Ramadhan, terdapat satu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan  (kira-kira 83 tahun, atau setara dengan umur manusia). Itulah yang disebut malam Lailatul Qadr.       Apabila seseorang mengerjakan satu amal kebajikan di malam Lailatul Qadr, maka Allah menilai ia seperti mengerjakan amalan tersebut selama 1000 bulan.  Subhanallah.

Karena begitu besarnya keistimewaan dan manfaat dalam kandungan bulan suci Ramadhan, sampai Rasulullah bersabda,

Law ya’lamun naasu -  maa fii hadasy syahri minal khairaati -      latamannaw  an yakuuna -  ramadhaana sunatu kulluhaa.

Andaikata manusia itu tahu apa saja yang ada dalam kandungan bulan suci Ramadhan, maka mereka tentu akan mengharapkan agar seluruh bulan dalam setahun itu menjadi Ramadhan semua.

Kita telah mengetahui betapa istimewanya ibadah puasa di bulan Ramadhan ini, tetapi kita jangan terburu gembira, tanpa mengetahui bagaimana menjalankan ibadah puasa secara baik dan benar.   Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, puasa tidaklah sekedar menahan lapar dan dahaga saja.     Akan tetapi puasa juga harus mengendalikan diri dari perbuatan sia-sia, serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji. 

Nabi Muhammad SAW bersabda, Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji. (HR. Al-Hakim)

Suatu ketika Rasulullah mendapati seorang wanita sedang memaki-maki budaknya di bulan ramadhan.   Lalu nabi meminta salah seorang sahabatnya untuk mengambilkan makanan dan mendekati wanita tadi.    Nabi berkata kepada wanita itu, ”makanlah”.       Wanita itu menjawab, ”Inni shaa’imah (Ya Rasulullah, saya sedang berpuasa)”.        Nabi berkata lagi, ”makanlah”.      Wanita itu menjawab lagi , ” Inni shaa’imah (saya sedang berpuasa).    ”Bagaimana mungkin engkau berpuasa  kalau engkau meperlakukan hamba Tuhan seperti itu”, sergah nabi.     

Kemudian nabi berkata : ”Alangkah banyaknya orang yang lapar, alangkah sedikitnya yang berpuasa”.  

Pada kesempatan lain Rasulullah menjelaskan perihal puasa kepada para sahabatnya,

KAM MIN SHAA-IMIN      LAISA LAHU MIN SHIYAAMIHI   ILLAL  JU-’U   WAL  ’ATHASYU

Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)

 

Tiga Golongan Orang Berpuasa

Tentang pelaksanaan ibadah puasa, imam Al-Ghazali membagi orang yang berpuasa itu dalam tiga golongan :

(1)     Golongan pertama, disebut Shaumul’awaam atau puasanya orang awam.   Mereka ini hanya melaksanakan puasa berupa tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami istri pada siang hari.   Hanya itu saja.  

Kalau puasa hanya tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami istri di siang hari,     sementara mulutnya tidak berpuasa, terus berdusta, memfitnah, juga tangannya mengerjakan hal-hal yang mungkar, dan kakinya tetap melangkah untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah, maka mereka itulah yang disebut dalam hadis sebagai :

Kam min haa-imin   Laisa lahu min shiyaamihi   illa ju-’u wal  ’athasyu

Berapa banyak orang yang puasa tetapi tidak mendapatkan pahala dan manfaat dari puasanya, kecuali hanya mendapatkan lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)

 

(2)     Golongan kedua, disebut shaumul khawaash.      Mereka  melaksanakan ibadah puasa bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami istri saja,  namun mereka juga mempuasakan seluruh anggota tubuhnya; mata, telinga, lidah, tangan, kaki dan semua anggota badan yang lain dari perbuatan yang tidak baik.   Inilah puasa yang benar.

Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)

 

(3)     Golongan ketiga, disebut shaumul kawaashil khawaash.  Mereka ini dalam menjalankan ibadah puasa seperti golongan kedua, ditambah lagi hatinya juga ikut berpuasa. Inilah puasanya para ambiyaa wal mursaliin dan orang-orang saleh. Inilah ibadah puasa yang ideal karena mencakup puasa lahir batin.   Inilah puasa yang sangat sempurna.

Nabi Muhammad SAW bersabda, ” Barang siapa berpuasa, maka semuanya harus berpuasa. Anggota badannya berpuasa, hatinya juga berpuasa dari yang dilarang oleh Allah. Mereka itu akan diampuni oleh Allah segala dosanya”.

 

Empat Hal yang Harus Dijaga Dalam Berpuasa

Untuk menjaga kekhusukan ibadah puasa, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar kita menjaga empat hal untuk memenuhi syarat berpuasa, agar puasa kita diterima oleh Allah SWT.  Menjaga empat hal ini akan mengantarkan kita kepada tujuan diwajibkannya puasa, yaitu taqwa kepada Allah SWT.   Empat hal yang harus dijaga adalah :

(1)        Pertama, agar kita selalu menjaga lisan.   Menjaga lisan dari perkataan dusta, fitnah, mengunjing, berkata kotor, dsb.   Dalam berpuasa ini kita diharapkan untuk mengurangi bicara, tujuannya untuk menghindari hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa.  Oleh karena itu, daripada berkata sia-sia apalagi mengandung dosa lebih baik diam, karena diamnya orang berpuasa itu adalah ibadah. 

(2)        Kedua, agar kita menjaga pendengaran.      Imam Al-Ghazali menjelaskan, apa saja yang dilarang diucapkan, Allah juga melarang kita untuk mendengarkannya.   Bila ada seseorang yang mengajak kita berbicara dengan nuansa ghibah apalagi fitnah, maka katakanlah ”maaf saya sedang berpuasa”.

(3)        Ketiga, supaya kita menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan sia-sia, serta dari perbuatan yang keji dan kotor.   Apabila kita berkumpul bersama rekan sejawad, maka hendaknya mengarahkan kegiatan itu untuk kegiatan yang bermanfaat, misal diskusi dsb.             Tetapi apabila tidak bisa, maka lebih baik tinggalkan dan lakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti membaca, berzikir, dsb atau mungkin tidur.   Karena forum berkumpul yang tak mempunyai tujuan akan cenderung kepada ghibah, bergunjing, dsb.

(4)        Keempat, agar kita menjaga penglihatan.        Menjaga penglihatan agar tidak melihat sesuatu yang tidak disukai Allah.       Apa saja yang dilarang untuk dikerjakan, seperti judi, mabok, dsb, maka kita dilarang pula melihatnya.      Tayangan TV Infotainment, seperti Gossip, Cros check, Intip, bibir plus, dsb, seyogyanya kita hindari daripada membatalkan pahala puasa.  Karena tayangan itu lebih banyak mengandung unsur ghibah.    Memang apa yang ditampilkan itu sesuai fakta, karena apabila tidak sesuai fakta maka hal itu merupakan fitnah, itu jelas perbuatan dosa.  Meski sesuai fakta, namun apabila yang ditampilkan itu mengungkap aib seseorang, atau membuat sakit hati bagi orang yang dijadikan obyek pemberitaan, karena menyangkut prifasi, maka itu adalah ghibah.   Ghibah dan fitnah sama-sama dilarang oleh agama dan hukumnya haram, dan haram pula untuk ditonton.  Hal ini sesuai dengan fatwa MUI DKI Jakarta, bahwa acara infotainment hukumnya haram.

Bila kita mampu melaksanakan keempat syarat ini, kata Al-Ghazali,  puasa kita tidak akan sia-sia, bahkan bermanfaat bagi kehidupan kita dan akan mengantar kita kepada derajat taqwa.

Berbeda dengan ibadah-ibadah lain, seperti shalat, zakat dan haji, ibadah puasa dapat dikatakan sangat pribadi dan personal.  Ini, karena tak ada yang dapat mengetahui bahwa seseorang sedang berpuasa, kecuali Allah SWT dan orang yang bersangkutan.

Karena kerahasiaannya itulah , maka puasa menjadi sepenuhnya milik Allah SWT.  Firman Allah dalam hadis Qudsy,

” Setiap amal perbuatan anak manusia menjadi miliknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu milik-Ku.  Aku sendiri yang akan membalas (memberikan) pahalanya.”


Manfaat Puasa

Tujuan utama diperintahkan manusia untuk puasa adalah agar sampai pada derajat taqwa. Namun selain memperoleh derajat taqwa, puasa mempunyai manfaat lain.   Puasa tidak hanya memberi pengaruh positif bagi kesehatan ruhani , akan tetapi juga mempunyai manfaat positif bagi kesehatan lainnya.   Banyak para pakar yang membahas hikmah dan filosofi ibadah puasa.                          

-     Ada yang mengaitkan puasa dengan kesehatan.                                                                     

-     Ada yang mengaitkannya dengan pendidikan kepribadian.                                                      

-     Serta ada pula yang mengaitkannya dengan kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan.                          

(1)         Manfaat puasa bagi Kesehatan .       Menurut statistik ilmu kesehatan, 60% penyakit berasal adri perut.  Apabila perut tidak dikendalikan, maka banyak penyakit akan tumbuh. Berbagai penelitian ilmiah dan terperinci terhadap organ tubuh manusia, puasa bisa membantu dalam membuang sel-sel yang rusak, sekaligus membuang hormon ataupun zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh.   Puasa, sebagaimana dituntunkan oleh Islam adalah rata-rata 14 jam, kemudian makan untuk durasi  waktu beberapa jam,   hal itu merupakan metode yang bagus untuk membangun kembali sel-sel baru.   Sehingga puasa merupakan cara yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh, dengan cara peremajaan terhadap sel-sel yang tua.    Rasulullah SAW bersabda,  ”Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”   Di Jerman ada lembaga yang bernama Fasten Institut (Lembaga Puasa), yang menggunakan puasa sebagai terapi  untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu yang menurut pengobatan moderen belum dapat disembuhkan.

(2)         Manfaat puasa terhadap kepribadian, bila dikaji secara mendalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri (self control).  Dengan berpuasa kita dilatih untuk mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri maupun dari luar,  yaitu: Pengendalian diri untuk tidak marah, untuk tidak bicara kotor, juga pengendalian diri untuk bersabar.   Puasa merupakan sarana untuk membentuk pribadi berakhlak mulia.

(3)         Puasa dapat menumbuhkan sikap kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan.   Puasa menempa jiwa supaya memiliki kekuatan dan daya tahan menanggung penderitaan, mengurangi hawa nafsu keduniawian serta menggerakkan hati orang-orang kaya supaya menyantuni kaum dhuafa.

Setelah kita mengetahui hakekat dan filosofi dari puasa, maka kita bisa merasakan ternyata puasa itu sangat komprehensif.  Puasa bisa dikatakan berat bila kita tidak mempunyai ilmu yang cukup tentangnya,  dan sebaliknya, puasa akan dirasakan ringan dan menyenangkan bila kita mempunyai pengetahuan dan kesadaran akan makna puasa itu sendiri.

Selain berpengaruh positif terhadap aspek ruhaniah yaitu taqwa, ternyata ada hikmah lain (efek positif) yang terkandung dari puasa itu sendiri, yaitu sebagai pendidikan kepribadian,  serta sebagai cara untuk menjaga kesehatan.

Setelah kita mengetahui keistimewaan bulan ramadhan dan ibadah puasa, maka alangkah ruginya apabila kita tidak memanfaatkan momentum bulan ramadhan ini semaksimal mungkin.

-----


Apa manfaat Puasa.  

Puasa tidak hanya memberi pengaruh positif bagi kesehatan ruhani , akan tetapi juga mempunyai manfaat positif bagi kesehatan lainnya.   Banyak para pakar yang membahas hikmah dan filosofi ibadah puasa.                          

-     Ada yang mengaitkannya dengan pendidikan kepribadian.                                          

-     Ada yang mengaitkannya dengan kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan.         

-     Serta ada pula yang mengaitkan puasa dengan kesehatan. 

 

a.         Manfaat puasa terhadap kepribadian, bila dikaji secara mendalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri (self control).  Dengan berpuasa kita dilatih untuk mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri maupun dari luar.  yaitu : Pengendalian diri untuk tidak marah, untuk tidak bicara kotor, juga pengendalian diri untuk bersabar.   Puasa merupakan sarana untuk membentuk pribadi berakhlak mulia.

 

b.         Kemudian manfaat puasa bagi Kesehatan .       Berbagai penelitian ilmiah dan terperinci terhadap organ tubuh manusia, puasa bisa membantu dalam membuang sel-sel yang rusak, sekaligus membuang hormon ataupun zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh.   Dan puasa, sebagaimana dituntunkan oleh Islam adalah rata-rata 14 jam, kemudian makan untuk durasi  waktu beberapa jam,   hal itu merupakan metode yang bagus untuk membangun kembali sel-sel baru.   Sehingga puasa merupakan cara yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh, dengan cara peremajaan terhadap sel-sel yang tua.       Rasulullah SAW bersabda,  ”Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”


Bulan Ramadhan juga dijadikan sebagai bulan latihan, bulan training, atau bulan penempaan diri untuk membangun karakter berakhlak mulia.

Sebagai bulan latihan untuk membangun karakter berakhlak mulia, karena paling tidak ada tiga kecerdasan yang ditumbuhkan melalui latihan-latihan selama ibadah di bulan suci Ramadhan, yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual.

a.       Pertama, kecerdasan emosional. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan pengendalian diri dalam merespon berbagai macam keadaan.  Puasa merupakan sarana latihan pengendalian diri, yaitu :

Pengendalian diri terhadap hawa nafsu. Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah meninggalkan segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim).         Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menyebutkan pengendalian hawa nafsu ini sebagai peperangan besar.  Nabi SAW bersabda, ”Sesungguhnya peperangan terbesar (di muka bumi) adalah peperangan melawan hawa nafsu dirinya sendiri .” (HR.Thabrani al Baihaqi).

Pengendalian diri ketika berhadapan dengan orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita.  Nabi SAW bersabda, “Jika ada seseorang yang menghinamu (menantangmu), membodoh-bodohkanmu, maka katakanlah bahwa, aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa (tiga kali).”

Pengendalian diri ketika menyintai dan membenci sesuatu supaya tidak berlebih lebihan.  Rasulullah bersabda, ”Batasi kecintaanmu terhadap sesuatu, karena boleh jadi engkau akan membencinya suatu ketika. Dan batasi kebencianmu terhadap sesuatu, karena boleh jadi engkau akan membutuhkannya (mencintainya) suatu ketika.” (HR. Imam Tarmidzi)

b.      Keduakecerdasan sosial.  Kecerdasan dalam pengertian selalu memiliki rasa empati, simpati dan selalu ingin menolong orang yang mendapatkan kesulitan.  Kecerdasan sosial ini akan mengkikis habis sifat egois, kikir dan materialis, dan digantinya dengan sifat-sifat kedermawanan.  Puasa mengajarkan pada seseorang untuk  merasakan betapa beratnya lapar dan haus itu, sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.

c.      Ketiga.   kecerdasan spiritual.  Kecerdasan ini berkaitan dengan arah dan tujuan hidup yang jelas, yaitu bukan semata-mata ingin mendapatkan jabatan dan materi yang sebanyak-banyaknya

 Marilah kita laksanakan puasa dengan penuh kekhusukan, dengan memperhatikan empat syarat bagi diterimanya ibadah puasa , yaitu : selalu menjaga lisan, menjaga pendengaran, menjaga penglihatan , dan menjaga anggota badan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar