Saat ini kita baru saja memasuki bulan suci Ramadhan. Kita telah memasuki hari ke .....
dalam pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.
Kita patut bersyukur kehadirat Allah SWT, karena kita masih diberi
kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan tahun ini, yaitu bulan yang
sangat istimewa, bulan yang penuh berkah, rahmad dan
ampunan. Pada
bulan ini pahala amal dilipat-gandakan, dan doa-doa kaum muslimin
dikabulkan.
Bulan Ramadhan adalah
bulan yang begitu istimewa, sehingga banyak nama atau penyebutan untuk bulan
Ramadhan ini, ada yang menyebutnya sebagai Syahrullah
(bulan Allah, bulan yang dimuliakan oleh Allah), bulan suci (bulan untuk pensucian diri dari dosa2), bulan berkah (karena mengandung banyak
keberkahan), bulan maghfirah (bulan
ampunan), dan sebagainya.
Seorang ulama
memberi sebutan pada bulan ini dengan nama bulan
”panen pahala”, atau bulan ”gebyar
pahala”. Disebut sebagai bulan ”panen pahala” karena
begitu banyak pahala yang dapat kita peroleh pada bulan itu meski hanya dengan
amalan yang kecil dan ringan. Bila seorang mukmin mengerjakan amal
kebajikan di bulan Ramadhan, maka Allah akan
menambahkan dengan ganjaran 70 kali lipat dari ganjaran yang
biasa diberikan oleh Allah di hari-hari lainnya pada bulan biasa. Di bulan Ramadhan, terdapat satu malam yang
nilainya sama dengan seribu bulan
(kira-kira 83 tahun, atau setara dengan umur manusia). Itulah yang
disebut malam Lailatul Qadr. Apabila seseorang mengerjakan satu amal
kebajikan di malam Lailatul Qadr, maka Allah menilai ia seperti
mengerjakan amalan tersebut selama 1000 bulan.
Subhanallah.
Karena begitu
besarnya keistimewaan dan manfaat dalam kandungan bulan suci Ramadhan, sampai
Rasulullah bersabda,
Law ya’lamun naasu
- maa fii hadasy syahri minal khairaati
- latamannaw
an yakuuna - ramadhaana sunatu
kulluhaa.
Andaikata manusia itu tahu
apa saja yang ada dalam kandungan bulan suci Ramadhan, maka mereka tentu akan
mengharapkan agar seluruh bulan dalam setahun itu menjadi Ramadhan semua.
Kita telah mengetahui betapa istimewanya ibadah puasa di bulan Ramadhan ini, tetapi kita jangan terburu gembira, tanpa mengetahui bagaimana menjalankan ibadah puasa secara baik dan benar. Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, puasa tidaklah sekedar menahan lapar dan dahaga saja. Akan tetapi puasa juga harus mengendalikan diri dari perbuatan sia-sia, serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.
Nabi Muhammad SAW
bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum,
akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan
sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)
Suatu ketika
Rasulullah mendapati seorang wanita sedang memaki-maki budaknya di bulan
ramadhan. Lalu nabi meminta salah
seorang sahabatnya untuk mengambilkan makanan dan mendekati wanita tadi. Nabi berkata kepada wanita itu,
”makanlah”. Wanita itu menjawab, ”Inni
shaa’imah (Ya Rasulullah, saya sedang berpuasa)”. Nabi berkata lagi, ”makanlah”. Wanita itu menjawab lagi , ” Inni shaa’imah
(saya sedang berpuasa). ”Bagaimana
mungkin engkau berpuasa kalau engkau
meperlakukan hamba Tuhan seperti itu”, sergah nabi.
Kemudian nabi
berkata : ”Alangkah banyaknya orang yang lapar, alangkah sedikitnya yang
berpuasa”.
Pada kesempatan
lain Rasulullah menjelaskan perihal puasa kepada para sahabatnya,
KAM MIN
SHAA-IMIN LAISA LAHU MIN
SHIYAAMIHI ILLAL JU-’U
WAL ’ATHASYU
Betapa banyak orang yang
puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan
dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)
Tiga Golongan Orang Berpuasa
Tentang pelaksanaan ibadah puasa, imam Al-Ghazali membagi
orang yang berpuasa itu dalam tiga golongan :
(1) Golongan pertama, disebut Shaumul’awaam
atau puasanya orang awam. Mereka ini
hanya melaksanakan puasa berupa tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan
hubungan suami istri pada siang hari.
Hanya itu saja.
Kalau puasa hanya tidak makan, tidak
minum dan tidak berhubungan suami istri di siang hari, sementara mulutnya tidak berpuasa, terus
berdusta, memfitnah, juga tangannya mengerjakan hal-hal yang mungkar, dan
kakinya tetap melangkah untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah, maka mereka
itulah yang disebut dalam hadis sebagai :
Kam min
haa-imin Laisa lahu min shiyaamihi illa ju-’u wal ’athasyu
Berapa banyak orang yang
puasa tetapi tidak mendapatkan pahala dan manfaat dari puasanya, kecuali hanya
mendapatkan lapar dan dahaga. (HR. An Nasa’I dan Ibnu Majjah)
(2) Golongan kedua, disebut shaumul
khawaash. Mereka melaksanakan ibadah puasa bukan sekedar tidak
makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami istri saja, namun mereka juga mempuasakan seluruh anggota
tubuhnya; mata, telinga, lidah, tangan, kaki dan semua anggota badan yang lain
dari perbuatan yang tidak baik. Inilah
puasa yang benar.
Nabi Muhammad SAW
bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum,
akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan
sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR. Al-Hakim)
(3) Golongan ketiga, disebut shaumul
kawaashil khawaash. Mereka ini
dalam menjalankan ibadah puasa seperti golongan kedua, ditambah lagi hatinya
juga ikut berpuasa. Inilah puasanya para ambiyaa wal mursaliin dan orang-orang
saleh. Inilah ibadah puasa yang ideal karena mencakup puasa lahir batin. Inilah puasa yang sangat sempurna.
Nabi Muhammad SAW
bersabda, ” Barang siapa berpuasa, maka semuanya harus berpuasa. Anggota
badannya berpuasa, hatinya juga berpuasa dari yang dilarang oleh Allah. Mereka
itu akan diampuni oleh Allah segala dosanya”.
Empat Hal yang Harus Dijaga Dalam Berpuasa
Untuk menjaga kekhusukan ibadah puasa, Imam Al-Ghazali mengingatkan agar
kita menjaga empat hal untuk memenuhi syarat berpuasa, agar puasa kita
diterima oleh Allah SWT. Menjaga empat
hal ini akan mengantarkan kita kepada tujuan diwajibkannya puasa, yaitu taqwa
kepada Allah SWT. Empat hal yang harus
dijaga adalah :
(1) Pertama,
agar kita selalu menjaga lisan.
Menjaga lisan dari perkataan dusta, fitnah, mengunjing, berkata kotor,
dsb. Dalam berpuasa ini kita diharapkan
untuk mengurangi bicara, tujuannya untuk menghindari hal-hal yang dapat
mengurangi pahala puasa. Oleh karena
itu, daripada berkata sia-sia apalagi mengandung dosa lebih baik diam, karena
diamnya orang berpuasa itu adalah ibadah.
(2) Kedua,
agar kita menjaga pendengaran.
Imam Al-Ghazali menjelaskan, apa saja yang dilarang diucapkan, Allah
juga melarang kita untuk mendengarkannya.
Bila ada seseorang yang mengajak kita berbicara dengan nuansa ghibah
apalagi fitnah, maka katakanlah ”maaf saya sedang berpuasa”.
(3) Ketiga,
supaya kita menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan sia-sia, serta
dari perbuatan yang keji dan kotor.
Apabila kita berkumpul bersama rekan sejawad, maka hendaknya mengarahkan
kegiatan itu untuk kegiatan yang bermanfaat, misal diskusi dsb. Tetapi apabila tidak bisa, maka
lebih baik tinggalkan dan lakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti membaca,
berzikir, dsb atau mungkin tidur.
Karena forum berkumpul yang tak mempunyai tujuan akan cenderung kepada
ghibah, bergunjing, dsb.
(4) Keempat,
agar kita menjaga penglihatan.
Menjaga penglihatan agar tidak melihat sesuatu yang tidak disukai
Allah. Apa saja yang dilarang untuk
dikerjakan, seperti judi, mabok, dsb, maka kita dilarang pula melihatnya. Tayangan TV Infotainment, seperti Gossip,
Cros check, Intip, bibir plus, dsb, seyogyanya kita hindari daripada
membatalkan pahala puasa. Karena
tayangan itu lebih banyak mengandung unsur ghibah. Memang apa yang ditampilkan itu sesuai
fakta, karena apabila tidak sesuai fakta maka hal itu merupakan fitnah,
itu jelas perbuatan dosa. Meski sesuai
fakta, namun apabila yang ditampilkan itu mengungkap aib seseorang, atau
membuat sakit hati bagi orang yang dijadikan obyek pemberitaan, karena
menyangkut prifasi, maka itu adalah
ghibah. Ghibah dan fitnah sama-sama
dilarang oleh agama dan hukumnya haram, dan haram pula untuk ditonton. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI DKI Jakarta,
bahwa acara infotainment hukumnya haram.
Bila kita mampu
melaksanakan keempat syarat ini, kata Al-Ghazali, puasa kita tidak akan sia-sia, bahkan
bermanfaat bagi kehidupan kita dan akan mengantar kita kepada derajat taqwa.
Berbeda dengan ibadah-ibadah lain,
seperti shalat, zakat dan haji, ibadah puasa dapat dikatakan sangat pribadi dan
personal. Ini, karena tak ada yang dapat
mengetahui bahwa seseorang sedang berpuasa, kecuali Allah SWT dan orang yang
bersangkutan.
Karena
kerahasiaannya itulah , maka puasa menjadi sepenuhnya milik Allah SWT. Firman Allah dalam hadis Qudsy,
” Setiap amal perbuatan
anak manusia menjadi miliknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu
milik-Ku. Aku sendiri yang akan membalas
(memberikan) pahalanya.”
Manfaat Puasa
Tujuan utama diperintahkan
manusia untuk puasa adalah agar sampai pada derajat taqwa. Namun selain
memperoleh derajat taqwa, puasa mempunyai manfaat lain. Puasa tidak hanya memberi pengaruh positif
bagi kesehatan ruhani , akan tetapi juga mempunyai manfaat positif bagi kesehatan
lainnya. Banyak para pakar yang membahas hikmah dan
filosofi ibadah puasa.
- Ada yang mengaitkan puasa dengan kesehatan.
- Ada yang mengaitkannya dengan pendidikan kepribadian.
- Serta ada pula yang
mengaitkannya dengan kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan.
(1) Manfaat puasa bagi Kesehatan
. Menurut
statistik ilmu kesehatan, 60% penyakit berasal adri perut. Apabila perut tidak dikendalikan, maka banyak
penyakit akan tumbuh. Berbagai penelitian ilmiah dan
terperinci terhadap organ tubuh manusia, puasa bisa membantu dalam membuang
sel-sel yang rusak, sekaligus membuang hormon ataupun zat-zat yang melebihi
jumlah yang dibutuhkan tubuh. Puasa, sebagaimana dituntunkan oleh Islam
adalah rata-rata 14 jam, kemudian makan untuk durasi waktu beberapa jam, hal itu merupakan metode yang bagus untuk
membangun kembali sel-sel baru.
Sehingga puasa merupakan cara yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh,
dengan cara peremajaan terhadap sel-sel yang tua. Rasulullah SAW bersabda, ”Berpuasalah,
niscaya kalian akan sehat.” Di Jerman ada lembaga yang bernama Fasten Institut (Lembaga Puasa), yang
menggunakan puasa sebagai terapi untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu yang menurut pengobatan moderen belum
dapat disembuhkan.
(2) Manfaat puasa terhadap kepribadian,
bila dikaji secara mendalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri (self
control). Dengan berpuasa kita dilatih
untuk mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang
datang dari dalam diri maupun dari luar, yaitu: Pengendalian diri untuk tidak marah,
untuk tidak bicara kotor, juga pengendalian diri untuk bersabar. Puasa
merupakan sarana untuk membentuk pribadi berakhlak mulia.
(3) Puasa dapat menumbuhkan sikap kepedulian
sosial dan rasa kesetia kawanan. Puasa
menempa jiwa supaya memiliki kekuatan dan daya tahan
menanggung penderitaan, mengurangi hawa nafsu keduniawian serta menggerakkan hati orang-orang kaya supaya menyantuni kaum dhuafa.
Setelah kita mengetahui
hakekat dan filosofi dari puasa, maka kita bisa merasakan ternyata puasa itu
sangat komprehensif. Puasa bisa
dikatakan berat bila kita tidak mempunyai ilmu yang cukup tentangnya, dan sebaliknya, puasa akan dirasakan ringan
dan menyenangkan bila kita mempunyai pengetahuan dan kesadaran akan makna puasa
itu sendiri.
Selain berpengaruh
positif terhadap aspek ruhaniah yaitu
taqwa, ternyata ada hikmah lain (efek positif) yang terkandung dari puasa
itu sendiri, yaitu sebagai pendidikan
kepribadian, serta sebagai cara
untuk menjaga kesehatan.
Setelah kita
mengetahui keistimewaan bulan ramadhan dan ibadah puasa, maka alangkah ruginya
apabila kita tidak memanfaatkan momentum bulan ramadhan ini semaksimal mungkin.
-----
Apa manfaat Puasa.
Puasa tidak hanya memberi
pengaruh positif bagi kesehatan ruhani , akan tetapi juga mempunyai
manfaat positif bagi kesehatan lainnya.
Banyak para pakar yang membahas
hikmah dan filosofi ibadah puasa.
- Ada yang mengaitkannya dengan pendidikan kepribadian.
- Ada yang mengaitkannya dengan kepedulian sosial dan rasa kesetia kawanan.
-
Serta ada pula yang mengaitkan
puasa dengan kesehatan.
a. Manfaat puasa terhadap kepribadian, bila dikaji
secara mendalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri (self control). Dengan berpuasa kita dilatih untuk mampu
menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari
dalam diri maupun dari luar. yaitu : Pengendalian
diri untuk tidak marah, untuk tidak bicara kotor, juga pengendalian diri untuk
bersabar. Puasa merupakan sarana untuk membentuk
pribadi berakhlak mulia.
b. Kemudian manfaat puasa bagi Kesehatan . Berbagai
penelitian ilmiah dan terperinci terhadap organ tubuh manusia, puasa bisa
membantu dalam membuang sel-sel yang rusak, sekaligus membuang hormon ataupun
zat-zat yang melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh. Dan
puasa, sebagaimana dituntunkan oleh Islam adalah rata-rata 14 jam, kemudian
makan untuk durasi waktu beberapa jam, hal itu merupakan metode yang bagus untuk
membangun kembali sel-sel baru. Sehingga
puasa merupakan cara yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh, dengan cara
peremajaan terhadap sel-sel yang tua.
Rasulullah SAW bersabda, ”Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”
Bulan Ramadhan juga dijadikan sebagai bulan latihan, bulan training, atau bulan penempaan diri untuk membangun karakter berakhlak mulia.
Sebagai bulan
latihan untuk membangun karakter berakhlak mulia, karena paling tidak ada
tiga kecerdasan yang ditumbuhkan melalui latihan-latihan selama ibadah di
bulan suci Ramadhan, yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan sosial
dan kecerdasan spiritual.
a. Pertama, kecerdasan
emosional. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan pengendalian diri
dalam merespon berbagai macam keadaan. Puasa
merupakan sarana latihan pengendalian diri, yaitu :
Pengendalian diri terhadap
hawa nafsu. Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan
diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah
meninggalkan segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan
keji.” (HR. Al-Hakim). Dalam hadis lain, Rasulullah SAW
menyebutkan pengendalian hawa nafsu ini sebagai peperangan besar. Nabi SAW bersabda, ”Sesungguhnya
peperangan terbesar (di muka bumi) adalah peperangan melawan hawa nafsu dirinya
sendiri .” (HR.Thabrani al Baihaqi).
Pengendalian
diri ketika berhadapan dengan orang-orang yang berbeda pendapat dengan
kita. Nabi SAW bersabda, “Jika ada
seseorang yang menghinamu (menantangmu), membodoh-bodohkanmu, maka katakanlah
bahwa, aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa (tiga kali).”
Pengendalian
diri ketika menyintai dan membenci sesuatu supaya tidak berlebih lebihan. Rasulullah bersabda, ”Batasi kecintaanmu
terhadap sesuatu, karena boleh jadi engkau akan membencinya suatu ketika. Dan
batasi kebencianmu terhadap sesuatu, karena boleh jadi engkau akan
membutuhkannya (mencintainya) suatu ketika.” (HR. Imam Tarmidzi)
b. Kedua, kecerdasan sosial. Kecerdasan dalam pengertian selalu memiliki
rasa empati, simpati dan selalu ingin menolong orang yang mendapatkan
kesulitan. Kecerdasan sosial ini akan
mengkikis habis sifat egois, kikir dan materialis, dan digantinya dengan
sifat-sifat kedermawanan. Puasa
mengajarkan pada seseorang untuk
merasakan betapa beratnya lapar dan haus itu, sebagaimana yang dialami
oleh orang-orang miskin setiap hari.
c. Ketiga. kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini berkaitan dengan arah dan
tujuan hidup yang jelas, yaitu bukan semata-mata ingin mendapatkan jabatan dan
materi yang sebanyak-banyaknya
Marilah kita laksanakan puasa dengan penuh kekhusukan, dengan memperhatikan empat syarat bagi diterimanya ibadah puasa , yaitu : selalu menjaga lisan, menjaga pendengaran, menjaga penglihatan , dan menjaga anggota badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar