Oleh karena Rasulullah SAW sebagai nabi akhir
zaman, maka perintah melaksanakan ibadah puasa zaman Rasulullah SAW jauh lebih
ringan bila dibandingkan dengan puasa zaman nabi-nabi sebelumnya. Oleh sebab
itu, pada zaman modern sekarang ini tidak ada orang yang kesulitan menjalani
ibadah puasa.
Ibadah puasa sebenarnya sudah ada sejak zaman
nabi Adam. Hanya saja, di antara beberapa puasa itu ada yang bertahan diamalkan
lebih dari satu nabi, tapi ada pula yang berbeda dan dikhususkan pada satu
nabi. Puasa menjadi bentuk ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT seperti yang
tertulis dalam kitab Taurat, Zabur dan Injil.
PUASA DAUD
Perintah puasa yang paling populer hinga sekarang ini adalah puasa Nabi
Daud as. Puasa ini tergolong istimewa karena Nabi daud tidak hanya seorang
prajurit, tetapi juga raja dan ahli perang terkemuka. Nabi Daud dikenal sebagai
nabi yang berhasil mengalahkan musuh yang jauh lebih besar, yaitu Goliath.
Pelaksanaan ibadah puasa nabi Daud juga
tergolong aneh bila dibandingkan dengan puasa nabi-nabi lainnya. Puasa nabi
Daud dilaksanakan sehari puasa, sehari tidak. Bahkan, puasa Nabi Daud ini
ternyata berlangsung hingga nabi Sulaiman, putranya dan nabi sesudahnya. Tidak
hanya itu saja, pelaksanaan ibadah puasa itu disebutkan dilakukan sejak zaman
Nabi Ibrahim as. Seperti diketahui, salah satu mukjizat beliau adalah kebal
dari kobaran api ketika dibakar oleh raja Namrudz yang kejam.
Sepeninggal Nabi Daud, pelaksanaan puasa
tersebut tidak lenyap begitu saja. Bahkan, hingga sekarang ini umat Nabi
Muhammad SAW juga banyak yang menjalankan puasa Daud selain puasa Senin-Kamis.
PUASA MUSA
Perintah melaksanakan puasa bagi umat Nabi Musa merupakan rentetan dari
kewajiban puasa yang diwajibkan pada umat Nabi Muhammad SAW, seperti dalam Q.S
Al-Baqarah:183.
Puasa yang dijalankan oleh Nabi Musa beserta
umatnya jauh lebih berat dari pada puasa nabi Muhammad SAW. Mereka diwajibkan
berpuasa selama 40 hari 40 malam. Dalam Kitab Perjanjian Lama, puasa Nabi Musa
merupakan cikal bakal puasa bagi umat Nabi Isa karena jenis puasanya juga sama.
Bahkan, Nabi Musa berpuasa di Gunung Sinai ketika mendapatkan perintah ALLAH
SWT.
Masalah puasa nabi Musa ini tercantum dalam
Kitab Perjanjian Lama (Keluaran 34: 29): "Musa berada di sana bersama-sama
dengan Tuhan 40 hari 40 malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air dan
ia menuliskan pada loh itu segala perktaan perjanjian, yakni kesepuluh
firman". Hal ini kemudian yang dikenal sebagai 10 Firman Tuhan.
Setelah melakukan puasa selama itu, Musa
mengalami perubahan yang sangat dahsyat. dari wajahnya keluar cahaya yang
menakjubkan bagi setiap orang yang memandangnya. Hal ini tertulis dalam
Perjanjian Lama (Keluaran 34:30). Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, ia tidak
tahu bahwa kulit mukanya bercahaya karena ia berbicara dengan Allah SWT.
Ada pula puasa yang dianjurkan pada Musa, yaitu
berpantang tidak boleh melakukan sesuatu. Termaktub dalam Perjanjian Lama
(keluaran: 34:14) bahwa Musa diharuskan memelihara Hari Raya Roti Tidak Beragi.
Dengan ketentuan, selama 7 hari lamanya, Musa tidak boleh makan roti yang
beragi. Hal itu ditetapkan dalam Bulan Abid, sebagai peringatan Musa dan
kaumnya keluar dari Mesir atas kejaran Raja Fir'aun.
Jika kita meneliti kitab Perjanjian Lama, antara bahasa orang Yahudi, Aramaik, Arab dan Ethiopia ternyata menggunakan kata yang sama, yaitu Shaum (menahan nafsu). Kata ini berarti menghentikan aktivitas makan, minum, dan nafsu sekaligus menandai ungkapan penyesalan atas doa yang diperbuatnya. Oleh karena terjadi penyimpangan ajaran-ajaran yang sudah tidak sesuai dengan Kitab Perjanjian Lama, akhirnya tradisi puasa yang dilakukan oleh orang Yahudi terdahulu sekarang ini sudah jauh berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar