Rabu, 30 Januari 2019

Kidung Wahyu Kolosebo

Kidung merupakan bagian dari seni dan budaya bangsa Indonesia yang lahir di pulau jawa...

Pada awalnya sblm zaman Wali Songo, Kidung adalah susunan sastra yg di tembangkan oleh orang - orang bertaraf khusus (sakti mandra guna) sebagai wasilah (perantara) permohonan kepada Sang Hyang Taya (tuhan yang tidak bisa di ilustrasikan dan tidak menyerupai makhluq), sehingga estetika nuansa kidung sangat identik dengan kesyakralan dan mistis

Pada zaman Wali Songo, keberadaan Kidung tetap di lestarikan, hanya saja nilai2 bahasa Kidung diselaraskan dengan ajaran Islam tanpa mengurangi nilai kesyakralan dan kemistisan sebagai bagian dari keindahan warisan Leluhur Orang Jawa

Termasuk lahirnya Lakon Wayang Kulit Dewa Ruci yang terus melegenda sejak 500th yang lalu hingga detik ini pada mulanya bersumber dari Kidung yang di susun oleh Kanjeng Sunan Kalijaga (Kidung Linglung)

Secara terminologi, Kidung bisa berarti doa atau bahasa Sejarah (Lelaku) dalam meraih kesempurnaan dan kebahagiaan hidup dengan bersandar pada Permohonan kepada ALLAH SWT

Jika anda berkidung berarti anda telah berdoa dan anda membaca sejarah perjalanan diri anda sendiri menuju ALLAH SWT (dalam bahasa Tasawuf bisa di sebut sebagai seorang Salik yang sedang ber-Thoriqoh)

Sehingga sangatlah wajar bila para ahli spiritual dan para cendikiawan metafisik berpendapat bahasa kidung memiliki ruh yang sulit utk di terjemahkan dengan bahasa lisan, dan semua itu adalah bagian dari indahnya warisan seni serta budaya jawa yang tetap luhur sepanjang masa

“KIDUNG WAHYU KOLOSEBO”
Kidung Wahyu kalaseba merupakan salah satu kidung peninggalan para Wali Songo. Bahasa dari kidung ini agak sulit untuk didmengerti atau diterjemahkan. Berikut ini kurang lebihnya makna dari Kildung kalaseba yang tentunya masih banyak dikoreksi lagi.

Kidung Kalaseba atau bisa juga kami sebut sebagai kidung jamus kalimasada (Jimat Kalimat Syahadat) yang menurut kacamata Ilmu Sosro Jalmo kidung ini tertuang dalam ilmu Wihdatul Alam (manunggaling jagad) atau menyatu dengan alam.   

Berikut liriknya:

RUMEKSO INSUNG, LAKU NESTO NGOYO WORO
Ku jaga diri ini dari perilaku nista yang merajalela
KELAWAN MEKAK HOWO, HOWO KANG DUR ANGKORO
Dengan mengendalikan hawa, hawa ankara murka
SENAJAN SETAN GENTAYANGAN, TANSAH GAWE RUBEDO
Walaupun setan-setan gentayangan yang selalu menggoda
HINGGO PUPUSING JAMAN.
Sampai akhir zaman

HAMETEG INGSUNG, NYIREP GENI WISO MURKO
Sekuat tenaga, diriku memadamkan bisa api
MEPER HARDANING PONCO, SABEN ULESING NITRO
Dengan menghilangkan lima perkara, di setiap mata memandang
LINAMBARAN SIH KAWELASAN, INGKANG PARING KAMULYAN
Yang berlandaskan belas kasih dari Dzat yang maha memberi Kemuliaan
 SANG HYANG JATI PENGERAN
Dzat yang Maha penguasa Sejati

JIWANGGO KALBU, SAUMUDRO PEPUNTONING LAKU
Bertahta di kalbu, samudera pemandu laku
TUMUJU DHATENG GUSTI, DZAT KANG AMURBO DUMADI
Menuju Tuhan Dzat yang memelihara Alam Semesta
(MANUNGGALING KAWULO GUSTI, KRENTEK ATI BAKAL DUMADI)
Menyatu dengan Tuhan, kehendak hati akan terwujudkan
(MUKTI, INGSUNG, TANPO PIRANTI)
Kejayaan / kebahagiaanku tanpa syarat (alat)

SUMBEYAR ING SUKMO, MADU SARINING PERWITO
Menyebar keseluruh sukma, madu sarinya perwita
MANEKO WARNO PRODO, MBANGUN PROJO SAMPURNO
Berbagai macam warna, goresan emas dan perak membangun kesempurnaan diri
SENGKOLO TIDO MUKSO, KOLO BENDU NYOTO SIRNO
Kesialan pasti musnah, mala petaka pasti sirna
TYASING ROSO MARDIKO
Timbullah rasa kemerdekaan (kebebasan)

MUGIO DEN SEDYO, PUSOKO KALIMO SODO
Semoga terkabulkan, (berkah bacaan) pusaka kalimasada
  YEKTI DADI MUSTIKO, SAJRONING JIWO ROGO
Benar-benar menjadi mustika, didalam jiwa dan raga
BEJO MULYO WASKITO, DIGDOYO BOWO LEKSONO
Keberuntungan dan kemuliaan, kesaktian seta kewibawaan
BYAR MANJING SIGRO-SIGRO
Byar, merasuk begitu saja (kedalam jiwa dan raga) bakan terwujud

AMPUH SEPUH WUTUH, TAN KENO ISO PANELUH
Ampuh, sepuh (tua) utuh, tanpa bisa diteluh (disantet)
GAGAH BUNGAH SUMRINGAH, NADAR ING WAYAH-WAYAH
Gagah, riang gembira, merekah disetiap waktu
(SATRIYO TOTO SEMBODO, WIROTOMO KATON SEWU KARTIKO)
Satria tata sembada, wiratama nampak seperti seribu biuntang
(KATAMAN WAHYU KOLO SEBO)
menerima wahyu Kalaseba (kala=waktu seba= menghadap-Nya)

MEMUJI INGSUNG, KANTHI SUWITO LINUWUNG
Aku memuji dengan menghadap Yang maha Tinggi
SEGORO GONDO ARUM, SUREP DUPO KUMELUN
Lautan berbau harum, setiap asap dupa berarak
GINULAH NIAT INGSUN, HANYADHONG SABDO KANG LUHUR
Yang diakibatkan oleh niatku saat mengkidungkan kata-kata luhur
TITAHING SANG HYANG AGUNG
Makhuknya Dzat yang Maha Agung

REMBESING TRESNO, TONDO LUHING NETRO ROSO
Rembasan kasih sayang tanda air matanya rasa
ROSO RASANING ATI, KADYO TIRTO KANG SUCI
Rasa rasanya hati, seperti air yang suci
KAWISTORO JOPO MONTRO, KONDHANG DADI PEPADHANG
Jelas nampak terlihat, terkenal sebagai pembawa penerang
PALILAHING SANG HYANG WENANG
Yang mendapat restu dari Dzat Yang maha Kuasa

NOWO DEWO JAWOTO, TALI SANTIKO BAWONO
Sembilan mewujudkan dewa, talim kekuatan semesta
PRASIDO SIDHIKORO, ING SASONO ASMOROLOYO
Abdi yang selalu memuji, di surga
(SRI NARENDRO KOLOSEBO, WINISUDO ING GEGONO)
Sang Raja Kalaseba, yang diwisuda diangkasa
(DATAN GINGSIR SEWU WARSO)

Tidak akan pernah lengser sampai seribu masa

2 komentar:

  1. Mantap
    Sangat bermanfaat untuk saya ..
    Salam dari sinyalalam blogspot dot com


    Nikmati dan Rasakan merdu yang Luar Biasa ? I
    Merinding Lirik dan Makna Kidung Wahyu Kolosebo

    BalasHapus
  2. Terima kasih penerangan sangat jelas dan mudah di Fahami

    BalasHapus