Rabu, 25 November 2020

Dua Tangan Yang Pernah Dicium Rasulullah

Setiap kali akan menghadapi peperangan, Rasulullah Muhammad Saw terlebih dahulu menyampaikan pengumuman dan mengajak kaum muslimin pengikutnya untuk ikut berperang. Karena pada saat itu umat Islam masih belum mempunyai pasukan yang disiapkan untuk perang.

Ajakan Rasulullah untuk berjihad itu selalu disambut antusias oleh para pengikutnya, kendati masih ada yang enggan ikut berperang karena iman yang masih lemah.

Kendati begitu tidak semua sahabat yang mengajukan diri ikut berperang diterima oleh Rasulullah. Mereka yang tak diijinkan ikut berperang adalah anak-anak, wanita, lansia, orang yang udzur. 

Tangan Yang Dicium Rasulullah

Pada perang Tabuk, hampir seluruh sahabat ikut menyertai Rasulullah berperang melawan pasukan Romawi yang selalu mengancam kaum muslimin di sana. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan atau ada udzur.

Sekembalinya dari perang Tabuk, saat kafilah baru tiba di kota Madinah, Rasulullah melihat seorang lelaki yang tidak ikut berperang. Lalu beliau menghampirinya. Setelah mendekat Rasulullah melihat telapak tangan lelaki itu yang melepuh merah kehitam-hitaman.

Lalu beliau bertanya kenapa tangannya seperti itu. Lelaki itu menjawab, “Ya Rasulullah, setiap hari saya bekerja memecah batu. Lalu saya menjualnya ke pasar, hasilnya untuk menafkahi keluarga saya. Hanya itulah yang bisa saya lakukan untuk menafkahi keluarga. Maka tangan saya menjadi seperti ini.”

Mendengar jawaban itu Rasul pun menggapai tangan lelaki itu dan menciumnya, Lalu Rasul berkata, “Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada” (inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selamanya).  

Para sahabat yang menyertai Rasulullah tercengang menyaksikan manusia yang paling mulia itu mencium tangan lelaki pemecah batu yang keras, kotor dan melepuh. Tidak pernah sekalipun Rasulullah mencium tangan para pemimpin Quraisy, tangan para pemimpin khabilah, bangsawan, raja atau siapapun. Tetapi Rasulullah justru mencium tangan seorang dhuafa, buruh pemecah batu.

Sejarah mencatat hanya dua orang yang tangannya pernah dicium oleh Rasulullah, yaitu Fatimah Az Zahra dan seorang tukang batu.

Jika Rasulullah mencium tangan Fatimah Az-Zahra tentu kita tidak begitu heran, karena Fatimah adalah putri Rasulullah yang sangat beliau cintai dan banggakan. Tapi, bagaimana dengan seorang tukang batu? Apa keistimewaan seorang tukang batu tersebut?

Kepada para sahabatnya Rasulullah bersabda, bahwa orang yang bekerja dengan susah payah untuk menghidupi keluarganya, untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, atau untuk menghidupi dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu adalah jihad fi sabilillah. Di hari kiamat kelak ia akan datang dengan wajah berseri seperti bulan purnama. Sabda nabi itu ada dalam hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Ahmad.   

Nilai Kemuliaan Manusia

Kisah Rasulullah mencium tangan seorang tukang batu itu menjadi pelajaran dan peringatan kepada kita, bahwa janganlah pernah kita memandang rendah orang lain karena status sosialnya. Meski mereka buruh atau pelayan, bisa jadi mereka lebih mulia dimata Allah daripada kita.

Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.  Dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Pada ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa kedudukan manusia yang beragam itu sesungguhnya setara di hadapan Allah. Yang membedakan diantara mereka adalah ketaqwaannya.  Inna akramakum ‘indallaahi atqaakum,sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa.

Kemuliaan manusia di sisi Allah ditentukan oleh kataqwaan mereka, dan kemuliaan itu berbanding lurus dengan level ketaqwaannya. Semakin taqwa seseorang maka semakin mulia pula dirinya.

Keberadaan para buruh dan pelayan sesungguhnya sangatlah berarti bagi para bangsawan dan pejabat. Maka hargailah mereka. Berterima kasihlah pada mereka.

Tanpa ada kaum buruh, baik itu buruh tani, buruh pabrik, buruh bangunan, nelayan, pelayan, pedagang kecil dan budak, maka hidup para bangsawan dan pejabat akan berat. Tanpa bantuan buruh dan pelayan mereka akan mengerjakaan pekerjaan kasar sendiri tanpa ada yang membantu. 

La Tahzan (Jangan bersedih)

Bagi saudara-saudara kita fakir miskin, yang hidupnya berat, penuh perjuangan dan penderitaan, maka bersabarlah dan jangan bersedih hati. Ingatlah bahwa orang yang tangannya pernah dicium oleh Rasulullah adalah buruh pemecah batu.

Ingatlah bahwa orang yang paling banyak diuji dalam hidupnya oleh Allah adalah para nabi dan orang-orang kekasihNya.

Ingatlah bahwa orang tidak akan masuk syurga sebelum diberi ujian terlebih dahulu, ujian berupa kesengsaraan, kemelaratan, malapetaka dan berbagai goncangan hidup (Al-Baqarah ayat 214).

Ingatlah bahwa Allah adalah dzat yang Maha Adil dan Bijaksana. Setiap penderitaan hambaNya dalam mencari rezeki yang halal akan diganti dengan kebahagiaan di akhirat kelak. (HR. Ad-Dailami).

Ingatlah bahwa ada diantara dosa yang tidak bisa dihapus dengan pahala sholat, sedekah atau haji, kecuali dengan bersusah payah dalam mencari nafkah” (Ath- Thabrani).

Dan ingatlah pula sabda Rasulullah bahwa dua perkara yang menakjubkan adalah sabar dan syukur. Bersabar ketika ditimpa musibah dan bersyukur ketika mendapatkan nikmat, keduanya adalah kebaikan. (HR. Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar