Senin, 23 November 2020

Logika AQ

1. Wanita Badui Cantik

Imam Al-Asymu’i, seorang ulama dari Madinah, menuturkan suatu kisah tentang kejadian yang pernah dialaminya.  

Suatu ketika, beliau berjalan-jalan ke sebuah perkampungan Badui.  Ketika melewati lorong-lorong rumah yang kumuh, dilihatnya ada seorang gadis kecil yang cantik sedang bermain-main tanah dengan jari jemarinya sendirian.   Setelah memperhatikan sejenak, dengan sedikit membungkuk beliau menyapa gadis kecil itu dengan salam ramah , ”Assalamu’alaikum, siapa namamu?”. 

Belum sempat gadis kecil itu menjawab, tiba-tiba datang dari belakang seorang wanita, ”Wa’alaikum salam, dia adalah anakku, namanya Nasyila” jawabnya dengan senyum.    

Setelah menengok ke belakang, alangkah terkejutnya sang imam, ternyata seorang ibu muda dengan paras yang amat cantik.  

Dan sang imam semakin terkejut lagi, ketika dari tempat yang agak jauh  seorang laki-laki dengan wajah yang buruk mengangguk dan tersenyum.  Belum sempat ditanyakannya, wanita muda cantik itu menjelaskan,  ”Dia adalah suamiku”.  

Dengan penuh keheranan sang Imam memberanikan diri untuk bertanya, ”kenapa engkau yang berparas sangat cantik ini mau dengan dia yang berparas buruk?”.

Wanita cantik itu menjawab dengan tegas, ” Aku sangat beruntung, dia adalah seorang suami yang sangat baik bagiku”. 

Masih belum selesai keheranannya, wanita itu melanjutkan penjelasannya, ”Dengarlah wahai Imam,  ternyata suamiku yang berparas buruk itu adalah orang yang sangat baik disisi Allah SWT, sehingga Allah menjadikan diriku sebagai pahala untuknya.  Dan sepertinya Allah  juga telah mengabulkan permohonanku yang meninginkan seorang suami yang baik yang dapat menjadi pelindung, pembimbing dan teladan bagi keluarga”. 

Sang Imam sangat tercengang atas ungkapan wanita Badui itu, dalam hati sang Imam berkata,   “ternyata di pedalaman Badui ini ada orang yang berhati bersih, dan berpikiran jernih.  ”Wanita Badui itu telah menggunakan ”logika Al-Quran” dalam menjalani hidupnya, bukan dengan ”logika akal” semata.


2. Logika AQ 

Peristiwa yang dialami Imam Al-Asmu’i tersebut menjadi hikmah bagi kita, betapa langkanya manusia yang menggunakan logika Al-Quran dalam menjalani kehidupannya.   Begitu langkanya sehingga seorang imam yang berilmu agama tinggi seperti Imam Al-Asymu’i-pun sempat terjebak oleh logika akal.

Dalam logika akal manusia, seorang wanita cantik tentu akan memilih dan dengan mudah mendapatkan suami seorang pria yang tampan, kaya, berpangkat atau kedudukan tinggi, bukan pria yang buruk rupa dan miskin harta.   Logika akal manusia menyatakan bahwa harta, pangkat dan jabatan tinggi itu akan membawa kebahagiaan.    Logika seperti itu adalah  wajar dan logis. 

Namun ”logika akal manusia”  tidak selalu benar dan bahkan bisa keliru.   Dan ternyata harta, pangkat dan kedudukan bukan jaminan kebahagiaan.  Bahkan tidak sedikit orang, yang karena harta, pangkat dan kedudukan, hidupnya menjadi terbelenggu,  kebebasannya terbatas, terikat oleh etika dan formalitas, dihantui kecemasan, stres, dan bahkan ada yang sampai bunuh diri.  

Dalam Al-Qur’an dijelaskan, apa yang nampaknya buruk atau tidak menyenangkan, bisa jadi itu baik bagi kita, dan begitu pula sebaliknya.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 216 :

Wa’asaa anta krahu syai’an     Wahuwa khairullakum

Wa’asaa antu hibbu   syai’an     Wahuwa syarrullakum

Wallahu ya’lamu  wa antum   laa ta’lamuun

Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk bagimu.   Dan Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahuinya.

 

3. Logika Yang Terkesan Aneh

Logika Al-Quran terkadang terasa aneh bagi kita yang awam.     Dan terkadang justru berbanding terbalik dengan logika akal manusia.    Bagi manusia, apabila ia mencintai sesuatu atau seseorang pasti dia akan berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati orang yang dicintainya, yaitu dengan memberi fasilitas, kemudahan,  kenyamanan, melindungi, dan sebagainya.     Namun tidak demikian dengan Allah SWT.  Jika Allah mencintai hambanya, justru Allah akan memberi cobaan atau ujian terlebih dahulu.  

Allah SWT berfirman, ”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk sorga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa kesengsaraan, kemelaratan dan mereka digoncangkan (dengan berbagai cobaan)”.     QS. Al-Baqarah (2) : 214

Jadi, musibah atau cobaan adalah cara Allah dalam mencintai hambanya. Tujuannya adalah sebagai peringatan agar hambanya tidak sombong, agar tidak melupakan-Nya.  Itulah logika Al-Qur’an. 

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

Allah menurunkan ujian kepada seorang hamba yang salih dari hamba-hamba-Nya. Dan kepada para malaikat Dia berkata : “agar Aku mendengar suaranya (Do’a dan permintaannya)”.


4. Ujian Meningkatkan Derajat Keimanan 

Dengan musibah pula sesungguhnya Allah SWT hendak menguji hambaNya. Dan ketika ujian dapat dilalui dengan baik, maka Allah akan menaikkan derajat dan kebaikan bagi si penerima ujian itu.  Sebagaimana anak-anak kita ketika akan naik kelas, dia perlu diuji terlebih dahulu.   

Kisah penyakit nabi Ayyub misalnya.   Nabi Ayub diuji oleh Allah dengan penyakit kulit yang begitu parah, hingga sekujur tubuhnya melepuh, bernanah dan bau busuk. Selama 18  tahun nabi Ayub bertarung melawan penyakit ini.  Sampai sampai orang-orang dekat dan para tetangga menjauh, bahkan mengusirnya.    Padahal sebelumnya Nabi Ayub adalah orang kaya yang sangat dermawan sehingga banyak orang yang datang mendekat padanya. 

Ketika istri nabi Ayub menyarankan, ” Wahai suamiku, engkau adalah seorang nabi.  Mohonlah kepada Allah agar penyakitmu segera disembuhkan”.  Nabi Ayub menjawab, ”Wahai istriku, puluhan tahun sudah kita menikmati karunia Allah dengan kebahagiaan. Dan  baru tiga tahun kita diuji oleh Allah dengan penyakit ini.  Malu rasanya aku minta segera disembuhkan dari penyakit ini.  Tidak sebanding antara nikmat dan ujian yang diberikan Allah.”  

Dengan kesabaran dalam menerima penyakit itu, maka Allah meluluskan Nabi Ayyub dari ujian itu, dan memerintahkan kepada malaikat Jibril untuk memberikan buah delima kepada Nabi Ayyub sebagai obat.     Dengan memberi penyakit itu,  sesungguh-nya Allah menghendaki agar Nabi Ayub tidak takabur atas kekayaan dan kedermawanannya.   Dan dengan kesabaran dalam menerima ujian berupa penyakit itu, Allah meningkatkan derajat keimanan Nabi Ayub ke tingkat yang lebih tinggi.


5. Cara Unik Allah  

Sesungguhnya Allah yang maha Pengasih dan Penyayang itu mempunyai CARA YANG UNIK dalam memberikan cinta kepada hambanya. ”Cara Unik” itulah ”Logika Al-Qur’an

·         Jika kita memohon kekuatan, maka Allah memberi kita kesulitan-kesulitan untuk diatasi, yang membuat kita tegar.

·         Jika kita memohon keteguhan hati (kesabaran), maka Allah memberi bencana dan musibah untuk diatasi. --- (Tidak bisa dikatakan sabar bila tidak pernah mengalami cobaan.  Innallaha ma’a shabirin)

·         Jika kita memohon kasih sayang,  maka Allah memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai

·         Jika kita memohon kenikmatan / kedamaian hidup, maka Allah memberi kita kesederhanaan bukan kemewahan

·         Jika kita menginginkan kebahagiaan, maka Allah memerintahkan kita untuk memberi, bukan menerima.

·         Jika kita meninginkan kekayaan, maka Allah memerintahkan kita untuk bersedekah, bukan menumpuk harta, apalagi korupsi.  --- (Pada hakekatnya orang yg tdk pernah bersedekah adl org yang tdk berkecukupan)

 

Begitulah cara Allah membimbing kita.

Perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup.   jika Allah membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan,  itu mungkin justru akan melumpuhkan kita.

Apabila kita berdoa memohon sesuatu kepada Allah, kadang Allah  tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti Allah memberikan yang terbaik untuk kita.   Itulah logika Al-Quran

Kebanyakan kita tidak mengerti, bahkan tidak mau menerima rencana Allah.   Padahal justru itulah yang terbaik untuk kita 

Wa’asaa anta krahu syai’an     Wahuwa khairullakum

Wa’asaa antu hibbu   syai’an     Wahuwa syarrullakum

Wallahu ya’lamu  wa antum   laa ta’lamuun

Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk bagimu.   Dan Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahuinya.


Seorang hamba Allah yang dilahirkan dengan cacat fisik, misalnya buta mata  atau karena suatu musibah yang menyebabkan matanya buta, hal itu janganlah dipandang sebagai azab atau siksa, melainkan sebagai bentuk kasih sayang Allah.  Dengan cara itu Allah ingin menjaga matanya agar tidak digunakan untuk maksiat, agar ia tidak sombong, agar ia lebih banyak mendekat kepada Allah.  Itulah logika Al-Quran

Jadi dibalik musibah itu, sesungguhnya Allah mempunyai rencana untuk kebaikan hambanya.    Rasulullah Muhammad SAW bersabda,

Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah (ujian) kepadanya terlebih dahulu.    (HR. Bukhari Muslim)

 

Ketika ada seorang anak yg mengalami keterbelakangan mental, misalnya idiot, maka kebanyakan orang menaruh kasihan kepadanya. Itu wajar karena menggunakan logika akal biasa.  Tetapi apabila kita menggunakan logika AQ, maka bisa jadi anak idiot itu justru merasa nyaman. Anak idiot biasanya tidak pernah merasa sombong, tidak iri dengki, tidak mempunyai rasa cemas, bahkan bisa jadi ia selalu bahagia.  

Meskipun banyak orang yang menertawakannya, ia tak merasa ditertawakan atau dihina. Ia selalu ikhlas.  Jadi bisa salah bila kita menaruh rasa kasihan kepada anak idiot, karena bisa jadi ia lebih baik dan lebih beruntung daripada kita yang normal. Bisa jadi ia tak pernah punya dosa. Itulah jika kita menggunakan logika AQ.

Apabila dalam menjalani hidup ini, kita mengalami kegagalan dalam meraih cita-cita,  atau mengalami musibah, atau bencana,  maka jangan buru-buru kita su’udzan (berprasangka buruk) kepada Allah SWT.  Bisa jadi itu adalah yang terbaik bagi kita.

Demikian pula sebaliknya, apabila selama ini, kita lalui kehidupan ini dengan lancar, dengan mudah, tanpa rintangan, tanpa kendala, tanpa bencana,    Maka kita perlu waspada.  Jangan-jangan Allah telah melupakan kita.  Jangan-jangan Allah sudah tak mempedulikan kita lagi.  Jangan-jangan kita termasuk orang yang tidak dalam cinta-Nya.  Maka segeralah kita untuk bertobat.  Karena bisa jadi selama ini kita tidak pernah bersyukur, kita tidak pernah berterima kasih atas karunia rizki-Nya..   Kita telah meninggalkan Allah.    


La In Syakartum La Azii Dannakum   Wa La In Kafartum Inna Adzaabii La Syadiid Sungguh jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkarinya (nikmat-Ku), sungguh azab-Ku sangat keras.  (QS. Ibrahim (14)  : 7) 

Berkaitan dengan cobaan dan kesulitan hidup, Nabi SAW bersabda, ”Surga dipagari dengan kesulitan-kesulitan, sedangkan neraka dipagari oleh kesenangan-kesenangan.” 

Dalam Al-Quran juga dijelaskan, Wamaa Alhayawaa  Tuddun-Yaa Illa Mataa’ul Ghuruur. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan    (QS. Ali Imran (3): 185). 


****

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar