Senin, 23 November 2020

Qalbu (DK)

Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk ciptaan Allah lainnya.   Selain berupa jasmani, manusia dilengkapi pula dengan tiga unsur ruhaniah yaitu akalnafsu dan perasaan/qalbu.   Dengan ketiga unsur ruhani itulah manusia menjadi sempurna, karena ia bisa berubah hakekat menjadi apa saja sebagaimana mahluk lainnya.

Jasmani dapat melakukan suatu perbuatan atas kendali atau perintah dari otak sebagai pusat gerak. Otak akan menggerakkan jasmani bila ia didorong oleh nafsu, dorongan ini bisa kearah perbuatan positif atau negatif.  Nafsu akan dibimbing oleh qalbu, sebagai instrumen penyimpan nilai ilahiyah (kemuliaan) untuk menuju ke arah kebajikan. Namun apabila qalbunya kotor atau rusak, maka ia tak dapat berfungsi sebagai pembimbing kebajikan.


Hakikat Qalbu.


Hati atau qalbu adalah instrumen ruhaniah yang menyimpan nilai-nilai ilahiyah, yaitu nilai-nilai mulia yang berasal dari Allah Swt.   Nilai-nilai ilahiyah itu adalah kejujuran, keadilan, kepedulian, tanggung jawab, kasih sayang, empati, syukur, sabar, ikhlas, dsb. Nilai-nilai mulia itu dikenal sebagai suara hati. 

Seorang ahli ilmu kejiwaan, Prof. Dr. Naya Diyarkara, menyatakan: ”Semua manusia memiliki getaran hati yang sama, yang selalu menyuarakan nilai-nilai kebenaran, itulah fitrahFitrah adalah bisikan Tuhan yang terekam dalam jiwa manusia”.

Dengan potensi yang menyimpan nilai ilahiyah maka qalbu akan memancarkan cahaya nilai-nilai kemuliaan ilahiyah agar dapat ditangkap oleh nafsu.

Namun apabila qalbu dalam keadaan kotor atau keras berkerak maka ia tidak dapat memancarkan cahaya ilahiyah dengan baik. Akibatnya nafsu tidak dapat menerima sinar ilahiyah. 

Karena sifat nafsu yang cenderung mendorong ke arah keburukan, apabila tidak menerima pancaran cahaya ilahiyah dari qalbu maka ia akan mendorong jasmani untuk melakukan perbuatan buruk.

Tetapi apabila qalbu dalam keadaan bersih (qalbun salim), maka ia akan memancarkan cahaya ilahiyah sehingga dapat diterima oleh nafsu. Dan tentu nafsu akan mendorong jasmani untuk melakukan perbuatan kebajikan.


Qalbu Ibarat Bola Lampu

Qalbu atau hati itu ibarat bohlam (bola lampu), apabila kaca bohlam bersih maka ia dapat memancarkan sinar cahaya dengan baik. Namun apabila kaca bohlam itu ditutupi oleh kotoran-kotoran yang menempel di kacanya, maka sinar cahaya akan terhambat.  Semakin banyak kotoran yang menempel pada kaca bohlam maka semakin sedikit pula pancaran sinarnya.

Pada mulanya hati itu bersih tanpa noda seditkpun, itulah hati seorang anak bayi.  Namun kemudian hati itu dinodai oleh perbuatan-perbuatan buruk seperti maksiat, kufur, zalim, serakah, egois, dengki, dan sebagainya. 

Setelah noda-noda itu menumpuk semakin banyak, maka hati akan tertutupi dan tidak lagi bisa memancarkan nilai-nilai Ilahiyah.  Kalau sudah demikian maka hati menjadi beku atau mati.    Hati yang telah mati tidak dapat berfungsi lagi untuk mengendalikan nafsu, sehingga mengakibatkan rusaknya prilaku manusia.

Rasulullah SAW bersabda: ”Alaa wa inna fil jasadi mudh ghah, Idzaa sholuhat sholuhal jasadu kulluhu, Waidzaa hasadat fasadal jasadu kulluhu, Alaa wahiyal qalbu.” Artinya, Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada mughdah, bila ia sehat/baik maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia buruk/rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu (HR. Bukhari Muslim)

 

Fungsi Qalbu

Qalbu mempunyai fungsi sebagai sumber nilai ilahiyah, alat indera ruhaniah, dan pusat perasaan.

1) Qalbu sebagai sumber nilai ilahiyah karena ia menyimpan nilai-nilai ilahiyah, yang dipancarkan agar ditangkap oleh nafsu, sebagai pendorong jasmani untuk  melakukan suatu perbuatan. Pancaran nilai-nilai ilahiyah itulah yang disebut suara hati.

2) Qalbu sebagai alat indera ruhaniah, karena ia mempunyai kemampuan untuk melihat, berkata dan mendengar secara ruhaniah.

> Hati punya mata yang disebut mata hati, yang selalu dapat melihat kebenaran.

> Hati juga punya mulut yang selalu membisikkan kebenaran, sehingga ucapannya dikenal sebagai kata hati.

> Hati juga punya telinga yang menangkap suara-suara kebenaran

3) Qalbu merupakan pusat perasaan, yakni sebagai pusat rasa yang membuat manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah, ikhlas atau marah.  Orang menjadi bahagia atau menderita bukan disebabkan oleh harta atau tahta, melainkan ditentukan oleh hati. 

 

Cara Menghidupkan Qalbu 

Hati merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia, karena ia berperan sebagai pembimbing jiwa.  Tidak semua mahluk Allah dikaruniai dengan hati, kecuali jin dan manusia.  Dan bagi kedua mahluk itu (yaitu jin dan manusia) disediakan surga dan neraka sebagai konsekuensinya.

Walaupun pada dasarnya semua orang mempunyai hati, namun dalam kenyataannya tidak semua orang mengelola hatinya dengan baik.  Akibatnya, kebanyakan orang kehilangan manfaat atau fungsi hatinya, yang sebenarnya sangat ia butuhkan untuk mengatasi persoalan dalam hidupnya.

Allah SWT berfirman: ”Walaqod dzara’na li jahannamma kasyiiran minal jinni wal insi -  Lahum kullu bullayaf kohunna bihaa.”  Artinya, ”Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah)” (QS. Al-Araf: 179)

Bahwa hati yang mampu memancarkan nilai-nilai ilahiyah adalah hati yang hidup.  Sedangkan hati yang sudah tidak bisa menjalankan fungsi-fungsinya, bisa dikatakan hatinya telah mati atau telah beku.  Agar hati yang telah mati atau beku bisa berfungsi kembali sebagaimana mestinya, maka ia harus dibersihkan dan dihidupkan kembali. 

Cara untuk membersihkan atau menghidupkan kembali hati adalah dengan melakukan lima macam amalan, yaitu (1) puasa, (2) hidup sederhana, (3) sedekah, (4) mendekati dhuafa, (dan (5) dzikir.  ”Jembatan keledai” lima macam menghidupkan qalbu adalah PSSDD, yaitu singkatan dari : Puasa, Sedekah, Sederhana, Dzikir, dan Dhuafa.

 

1) Puasa.

Pada dasarnya puasa itu bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi hakekat puasa adalah menahan hawa nafsu, atau pengendalian diri (self control).

Pengendalian diri atas ucapan (mulut), pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata), serta perasaan (hati). Yaitu menahan diri untuk tidak berghibah, tidak bicara kasar dan kotor yang menyakiti hati. Menahan diri untuk tidak mendengarkan ghibah serta kata-kata jorok dan kotor. Menahan diri untuk tidak melihat sesuatu yang dilarang agama. Mengendalikan diri untuk tidak berprasangka buruk (su’udzan).

Apabila dikaji secara mendalam sesungguhnya banyak manfaat yang terkandung dalam aktifitas puasa.  Salah satu aktifitas puasa adalah menahan rasa lapar dan haus, aktifitas ini sesungguhnya mengajarkan pada seseorang untuk mempunyai rasa empati, yaiu ikut merasakan betapa beratnya menahan lapar dan haus sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.

Dengan sering melaksanakan puasa maka seseorang akan semakin peka terhadap penderitaan yang dialami kaum dhuafa, dan hal ini akan membuat qalbu menjadi hidup.

2) Hidup Sederhana (Zuhud).

Nabi SAW bersabda bahwa  hal yang dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka, di Nabi SAW bersabda bahwa  hal yang dapat menyelamatkan diri dari siksa api neraka di antaranya adalah hidup sederhana, baik dalam keadaan fakir maupun di saat kaya raya.      

Hidup sederhana merupakan konsep dari tasawuf yaitu zuhud. Zuhud bukanlah sikap hidup yang anti dunia, atau menghindari kenikmatan duniawi, sehingga seseorang harus menjalani kehidupan layaknya orang yang miskin.

Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, melainkan harta benda bukan menjadi kebanggaan apalagi tujuan. Zuhud juga bukan menghindari kenikmatan duniawi, tetapi tidak meletakkan nilai yang tinggi padanya. zuhud bertujuan untuk memerangi hawa nafsu.

Zuhud adalah sikap atau upaya untuk membebaskan diri dari pengaruh dan godaan duniawi berbentuk kemewahan, yang cenderung mendorong seseorang menjadi sombong dan membanggakan diri.

3) Mendekati Kaum Dhuafa.

Kaum dhuafa adalah para fakir miskin, yaitu mereka yang sehari-hari mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.   Mereka sudah bekerja keras tetapi hasil kerjanya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, apalagi untuk pendidikan yang baik.   Mereka adalah para buruh di pabrik, buruh tani, buruh nelayan, kuli bangunan, kuli pasar, pedagang asongan,  dsb.  

Dengan banyak atau sering mendekati kaum dhuafa yang hidupnya sangat memprihatinkan itu, maka akan membuat  hati menjadi lebih hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Rasulullah bersabda: ”Duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian akan terbebas dari kesombongan, dan menjadi orang besar disisi Allah” (HR.Abu Mu’aim)

Dalam suatu kisah, kepada Nabiyullah Musa As. Allah Swt berfirman: “Kalau engkau ingin mendekati-Ku, maka dekatilah mereka yang kehausan, yang kelaparan, dan yang kelelahan.  Karena sesungguhnya Aku bersamanya.

4) Sedekah.

Bersedekah merupakan bentuk kepedulian terhadap nasib fakir miskin.  Bersedekah akan menghapus dosa-dosa dan membersihkan kotoran hati.   Mereka yang enggan bersedekah berarti mereka sudah tidak punya kepedulian terhadap nasib fakir miskin, dan itu pertanda bahwa hatinya telah beku.  Dan mereka ini oleh Allah Swt digolongkan sebagai pendusta agama.

Allah Swt berfirman: “Ara-Aitalladzii Yukadzdzibubiddiin. Fadzaalikalladzi yadu’ ’ulyatiim. Walaa yahudhdhu ’alaa tha’aamill Miskin.” Artinya, Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?. Mereka adalah orang yang menelantarkan anak yatim dan tidak peduli terhadap nasib orang miskin (QS. Al-Ma’un ayat 1-2)

Pada surat Ali Imran, Allah Swt juga  memperingatkan: ”Lan tanaalul birra hatta - tunfiquu mimma tuhibbuuna. Wamaa tunfiquu min syai’in  faa innallaha bihii aliim.” Artinya, Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum menafkahkan  sebagian harta yang kamu cintai.  Dan apapun yang kamu infakkan,  sungguh Allah maha Mengetahui.  (S. Ali Imran (3): 92).

Agama kita menegaskan bahwa pada harta kita ada hak untuk fakir miskin, sebesar 2,5%. Bagi orang kikir yang tidak mau bersedekah 2,5% hartanya kepada fakir miskin maka ia tergolong sebagai manusia pendusta agama.

Sedekah, selain sebagai sarana untuk menyucikan harta dan memperoleh pahala besar, yaitu pahala jariyah, sedekah juga bertujuan untuk mengendalikan nafsu duniawi. Semakin besar nilai sedekah maka semakin besar pula kekuatan pengendalian nafsu.

5) Dzikir

Dzikir untuk mengingat Allah (dzikurllah) dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu (1) dzikir qalbi (dzikir dengan hati), (2) dzikir lisan (dzikir dengan cara diucapkan) dan (3) dzikir amali (dzikir dengan perbuatan). 

Biasanya orang mengenal dzikir adalah dzikir lisan, yaitu aktifitas ibadah dengan mengucapkan kalimah toyibah dan menyanjung asma Allah secara berulang-ulang.

Aktifitas berdzikir dapat melembutkan hati. Karena dengan mengingat Allah, maka hati pun menjadi tenang. Sebagaimana Allah firmankan dalam surah Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya, “Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar