Perang Asimetrik (PA) kini dipahami sebagai
perang antar Pihak yang berbeda kekuatannya sehingga si lemah perlu bersiasat
aksi tempur lebih kreatif dan inovatif, a.l. penggunaan strategi
Ermattungskrieg [Hans Delbruck] atau upaya penjemuan atau pelelahan atau
penghabisan tenaga potensi musuh yang lebih kuat dengan metoda seperti gerilya
(hit & run) berbasis dukungan rakyat dan berbasis wilayah lebih luas
daripada kedudukan si kuat guna memecah pasukan si kuat dalam satuan-satuan
tempur lebih kecil dan berpencar sehingga lebih mudah jadi sasaran gangguan taktis
bahkan penghancuran.
Perluasan rumusan PA kini adalah pelibatan teknologi
informatika guna disinformasi
selain pengendalian informasi tentang situasi dan kondisi
medan laga bagi proses pengambilan keputusan terbaik.
Terakhir, PA dimaknai sebagai model Perang Generasi ke-4
(PG4) dengan catatan: PG1 adalah pertempuran berbasis linier dan barisan seperti
era Napoleon,
PG2 adalah pertempuran berbasis senapan mesin dan
artileri sehingga terjadi pembantaian seperti pada Perang Dunia ke-I
(1914-1918) dan
PG3 adalah pertempuran berbasis manuver tank, pesawat
terbang dan kapal perang seperti pada Perang Dunia ke-II (1940 – 1945)
sampai dengan invasi balatentara Amerika ke Irak (2001).
Sedangkan PG4 berciri kombatan non uniform berkapasitas
cendekiawan yang berkemampuan seperti multi bahasa, penguasaan sejarah dan
antropologi wilayah sasaran serta lebih ditujukan untuk mengalahkan kekuatan
musuh tanpa tindakan militer, menyerang langsung jiwa dari penentu kebijakan
musuh dan menghancurkan kemauan politik musuh.
Strategi PG4 ini mengingatkan model strategi kolonialis
Belanda (1602 – 1942)
--- Wednesday, 09 July 2008
:: Situs Berita Indonesia ::
http://apindonesia.com/new Menggunakan Joomla! Generated:
14 April, 2010, 08:09
padahal Sun Tzu telah berpetuah bahwa Dagang adalah
Perang. Artinya, peran Kesejahteraan Rakyat adalah strategik guna mengatasi
kampanye PA atau PG4 oleh musuh, sejalan saja dengan pendapat bahwa tingkat
pendapatan per kapita berkorelasi dengan tingkat pastisipasi berdemokrasi,
buktinya kini mewabah ulah demokrasi korupsi berjamaah yang berdampak strategik
yaitu pelemahan potensi ketahanan bangsa. ***Pandji R. Hadinoto / Ketua BARPETA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar