Senin, 05 Februari 2018

Terbunuhnya Kebenaran

Tentara musuh memasuki sebuah desa. Mereka menodai kehormatan seluruh wanita di desa itu, kecuali seorang wanita yang selamat dari penodaan. Ia melawan, membunuh dan kemudian memenggal kepala tentara yang akan menodainya.

Ketika seluruh tentara sudah pergi meninggalkan desa itu, para wanita malang semuanya keluar dg busana compang-camping, meraung, menangis dan meratap, kecuali satu orang wanita tadi.
Ia keluar dari rumahnya dg busana rapat dan bersimbah darah sambil menenteng kepala tentara itu dg tangan kirinya.
Para wanita bertanya:
"Bagaimana engkau bisa selamat dari bencana ini?"

Ia menjawab:
"Bagiku hanya ada satu jalan keluar. Berjuang membela diri atau mati dalam menjaga kehormatan."

Para wanita mengaguminya, tetapi kemudian rasa was-was merambat dalam benak mereka. Bagaimana nanti jk para suami menyalahkan mereka gara-gara wanita pemberani ini. Mengapa kalian tidak membela diri seperti wanita itu?"

Kekaguman pun berubah perlahan menjadi ketakutan. Dan dikala lalai, seperti dikomandoi, para wanita menyerang wanita pemberani itu, mereka membunuhnya.
Membunuh kebenaran agar dapat bertahan hidup dalam aib, dalam kelemahan.

Beginilah keadaan kita saat ini...
Orang-orang yang rusak dan para pendosa, mencela, mengucilkan, menyerang dan bahkan membunuh orang-orang mulia agar mereka tidak menjadi saksi bagi kerusakan dan keburukan, agar hidup terlihat berjalan baik walau dalam kehinaan.

Tentukan di sisi mana kita berdiri !!!


(Kiki Syahnakri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar