Tentara musuh memasuki sebuah desa.
Mereka menodai kehormatan seluruh wanita di desa itu, kecuali seorang wanita
yang selamat dari penodaan. Ia melawan, membunuh dan kemudian memenggal kepala
tentara yang akan menodainya.
Ketika seluruh tentara sudah pergi
meninggalkan desa itu, para wanita malang semuanya keluar dg busana
compang-camping, meraung, menangis dan meratap, kecuali satu orang wanita tadi.
Ia keluar dari rumahnya dg busana
rapat dan bersimbah darah sambil menenteng kepala tentara itu dg tangan
kirinya.
Para wanita bertanya:
"Bagaimana engkau bisa selamat
dari bencana ini?"
Ia menjawab:
"Bagiku hanya ada satu jalan
keluar. Berjuang membela diri atau mati dalam menjaga kehormatan."
Para wanita mengaguminya, tetapi
kemudian rasa was-was merambat dalam benak mereka. Bagaimana nanti jk para
suami menyalahkan mereka gara-gara wanita pemberani ini. Mengapa kalian tidak
membela diri seperti wanita itu?"
Kekaguman pun berubah perlahan
menjadi ketakutan. Dan dikala lalai, seperti dikomandoi, para wanita menyerang
wanita pemberani itu, mereka membunuhnya.
Membunuh kebenaran agar dapat
bertahan hidup dalam aib, dalam kelemahan.
Beginilah keadaan kita saat ini...
Orang-orang yang rusak dan para
pendosa, mencela, mengucilkan, menyerang dan bahkan membunuh orang-orang mulia
agar mereka tidak menjadi saksi bagi kerusakan dan keburukan, agar hidup
terlihat berjalan baik walau dalam kehinaan.
Tentukan di sisi mana kita berdiri
!!!
(Kiki Syahnakri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar