Dua tokoh fiktif, Petruk dan Pinokio tidak memiliki
keterkaitan namun akhir-akhir ini sering diperbincangkan masyarakat negeri ini.
Tentu ada fenomena riil yang membuat kedua tokoh
ini disebut-sebut atau dikaitkan dengan fenomena tersebut.
Petruk dan Pinokio memang tak pernah benar-benar hadir di
dunia nyata karena keduanya hanya tokoh rekaan yang sengaja diciptakan untuk
menghidupkan atau melengkapi cerita fiktif. Dalam kisah fiktif pun kedua tokoh
tersebut tak pernah saling bertemu karena keduanya hadir dalam cerita yang jauh
berbeda setting dan budaya.
Petruk hadir dalam kisah pewayangan
Jawa sebagai salah satu tokoh punakawan bersama Semar, Gareng dan
Bagong. Sedangkan Pinokio, ia hadir dalam kisah dongeng
dari Italia sebagai boneka kayu yang dihidupkan layaknya manusia dan
diangkat anak oleh Gepeto si tukang kayu.
Meskipun Petruk dan Pinokio hanya tokoh fiktif namun
keduanya sangat tenar karena membawa pesan yang humanis dalam ceritanya.
Pinokio yang lahir dari negeri di benua Eropa menyampaikan pentingnya arti kejujuran dan bahayanya sikap dusta.
Sedangkan Petruk yang lahir di jagad pewayangan Jawa
menyampaikan pesan pentingnya nilai kesederhanaan
dan proporsionalitas dalam kehidupan.
Kedua tokoh ini membawa spirit penting bagi masyarakat sesuai konteks sosial yang ada saat itu. Kelihaian
para pujangga yang berada di belakang kedua tokoh ini patut dihargai karena
dapat membungkus pesan moral yang sebenarnya berat dan kaku dalam kisah yang
ringan, jenaka dan menghibur.
Pesan dan nilai penting yang terkandung dalam kedua tokoh
ini sepertinya bisa tersampaikan ke masyarakat tanpa perlu khotbah moral
seperti yang disampaikan ustadz atau pendeta. Khotbah tentang moral memang tak
selalu harus dilakukan di atas mimbar melainkan bisa dilakukan melalui dongeng
atau cerita fiktif yang menyentuh.
Satu-satunya kemiripan atau kesamaan yang dimiliki oleh
Pinokio dan Petruk adalah bentuk fisiknya, khususnya di bagian hidung. Baik
Pinokio atau Petruk digambarkan memiliki hidung panjang
melebihi ukuran normal.
Bedanya, hidung Pinokio bertambah panjang akibat perbuatan bohong yang dilakukannya, sedangkan hidung
Petruk panjang dari sononya, tak terkait dengan perbuatan yang dilakukannya.
Pinokio dengan hidung panjangnya seolah mengingatkan manusia
bahwa apabila kebohongan selalu terlihat maka tak ada seorang manusiapun yang
mau melakukannya. Manusia akan berbuat dan berkata jujur supaya dapat hidup
normal dan tak perlu berbohong.
Sedangkan Petruk adalah tokoh yang membawa pesan dan
nilai-nilai tentang kemanusiaan dan budaya (Jawa) yang terbingkai dalam kisah
pewayangan Maha Bharata versi Jawa.
Petruk adalah gambaran masyarakat
kebanyakan yang hidup apa adanya sesuai dengan kodratnya sebagai rakyat
biasa. Berbeda dengan kerabatnya yang juga tokoh punakawan yakni Semar, Gareng
dan Bagong, Petruk mendapat porsi yang lebih besar dalam kisah pewayangan versi
Jawa.
Petruk yang rakyat biasa (bukan golongan bangsawan) suatu
ketika mendapat wahyu keprabon karena dititipi
Jamus Kalimasodo. Dengan Jamus Kalimosodo di tangannya, Petruk memiliki
kesaktian yang sulit ditandingi. Perilaku Petruk berubah drastis, dari semula rendah hati dan sederhana menjadi sombong dan sewenang-wenang.
Istilah Jawanya Adigang Adigung Adiguna.
Petruk mendirikan kerajaan dan mengangkat dirinya menjadi
raja yang bergelar Prabu Wel Geduwel Beh.
Singkat cerita ulah Petruk yang sudah melampaui batas
membuat dewa di khayangan murka. Akhirnya para Dewa turun tangan untuk
menghentikan sepak terjang Petruk alias Prabu Wel Geduwel Beh dan mengembalikan
Petruk sebagai rakyat biasa.
Kisah Petruk Dadi Ratu (Petruk Menjadi Raja) menjadi
pengingat bahwa manusia seringkali lupa daratan dan sewenang-wenang
ketika berkuasa.
Entah kenapa saat ini kisah Pinokio
yang sering berbohong dan Petruk yang lupa
daratan menjadi trending topic di masyarakat kita. Padahal konteks
sosial budaya masyarakat kita saat ini sangat berbeda dengan konteks sosial
saat kisah Pinokio dan Petruk dibuat. Mungkin karena kondisi sosial politik
yang ada saat ini tidak jauh berbeda dengan
kondisi saat kisah Pinokio dan Petruk hadir di masyarakat ratusan tahun silam.
Atau mungkin saat ini hadir dalam kehidupan kita orang yang memiliki sifat perilaku seperti Pinokio yang sering bohong
sekaligus Petruk yang lupa daratan?
Entahlah. Yang jelas siapa saja bisa menjadi Petruk
sekaligus Pinokio apabila kondisi memungkinkannya. Dan masyarakatlah yang
menilai siapa Pinokio dan siapa Petruk karena perbuatannya yang merugikan kepentingan masyarakat.
**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar