Minggu, 22 September 2019

Ketika Petruk Bertemu Pinokio


Dua tokoh fiktif, Petruk dan Pinokio tidak memiliki keterkaitan namun akhir-akhir ini sering diperbincangkan masyarakat negeri ini. Tentu ada fenomena riil yang membuat kedua tokoh ini disebut-sebut atau dikaitkan dengan fenomena tersebut.

Petruk dan Pinokio memang tak pernah benar-benar hadir di dunia nyata karena keduanya hanya tokoh rekaan yang sengaja diciptakan untuk menghidupkan atau melengkapi cerita fiktif. Dalam kisah fiktif pun kedua tokoh tersebut tak pernah saling bertemu karena keduanya hadir dalam cerita yang jauh berbeda setting dan budaya.

Petruk hadir dalam kisah pewayangan Jawa sebagai salah satu tokoh punakawan bersama Semar, Gareng dan Bagong. Sedangkan Pinokio, ia hadir dalam kisah dongeng dari Italia sebagai boneka kayu yang dihidupkan layaknya manusia dan diangkat anak oleh Gepeto si tukang kayu.

Meskipun Petruk dan Pinokio hanya tokoh fiktif namun keduanya sangat tenar karena membawa pesan yang humanis dalam ceritanya. Pinokio yang lahir dari negeri di benua Eropa menyampaikan pentingnya arti kejujuran dan bahayanya sikap dusta.

Sedangkan Petruk yang lahir di jagad pewayangan Jawa menyampaikan pesan pentingnya nilai kesederhanaan dan proporsionalitas dalam kehidupan.

Kedua tokoh ini membawa spirit penting bagi masyarakat sesuai konteks sosial yang ada saat itu. Kelihaian para pujangga yang berada di belakang kedua tokoh ini patut dihargai karena dapat membungkus pesan moral yang sebenarnya berat dan kaku dalam kisah yang ringan, jenaka dan menghibur.

Pesan dan nilai penting yang terkandung dalam kedua tokoh ini sepertinya bisa tersampaikan ke masyarakat tanpa perlu khotbah moral seperti yang disampaikan ustadz atau pendeta. Khotbah tentang moral memang tak selalu harus dilakukan di atas mimbar melainkan bisa dilakukan melalui dongeng atau cerita fiktif yang menyentuh.

Satu-satunya kemiripan atau kesamaan yang dimiliki oleh Pinokio dan Petruk adalah bentuk fisiknya, khususnya di bagian hidung. Baik Pinokio atau Petruk digambarkan memiliki hidung panjang melebihi ukuran normal.

Bedanya, hidung Pinokio bertambah panjang akibat perbuatan bohong yang dilakukannya, sedangkan hidung Petruk panjang dari sononya, tak terkait dengan perbuatan yang dilakukannya.

Pinokio dengan hidung panjangnya seolah mengingatkan manusia bahwa apabila kebohongan selalu terlihat maka tak ada seorang manusiapun yang mau melakukannya. Manusia akan berbuat dan berkata jujur supaya dapat hidup normal dan tak perlu berbohong.

Sedangkan Petruk adalah tokoh yang membawa pesan dan nilai-nilai tentang kemanusiaan dan budaya (Jawa) yang terbingkai dalam kisah pewayangan Maha Bharata versi Jawa.

Petruk adalah gambaran masyarakat kebanyakan yang hidup apa adanya sesuai dengan kodratnya sebagai rakyat biasa. Berbeda dengan kerabatnya yang juga tokoh punakawan yakni Semar, Gareng dan Bagong, Petruk mendapat porsi yang lebih besar dalam kisah pewayangan versi Jawa.

Petruk yang rakyat biasa (bukan golongan bangsawan) suatu ketika mendapat wahyu keprabon karena dititipi Jamus Kalimasodo. Dengan Jamus Kalimosodo di tangannya, Petruk memiliki kesaktian yang sulit ditandingi. Perilaku Petruk berubah drastis, dari semula rendah hati dan sederhana menjadi sombong dan sewenang-wenang. Istilah Jawanya Adigang Adigung Adiguna.

Petruk mendirikan kerajaan dan mengangkat dirinya menjadi raja yang bergelar Prabu Wel Geduwel Beh. Singkat cerita ulah Petruk yang sudah melampaui batas membuat dewa di khayangan murka. Akhirnya para Dewa turun tangan untuk menghentikan sepak terjang Petruk alias Prabu Wel Geduwel Beh dan mengembalikan Petruk sebagai rakyat biasa.

Kisah Petruk Dadi Ratu (Petruk Menjadi Raja) menjadi pengingat bahwa manusia seringkali lupa daratan dan sewenang-wenang ketika berkuasa.

Entah kenapa saat ini kisah Pinokio yang sering berbohong dan Petruk yang lupa daratan menjadi trending topic di masyarakat kita. Padahal konteks sosial budaya masyarakat kita saat ini sangat berbeda dengan konteks sosial saat kisah Pinokio dan Petruk dibuat. Mungkin karena kondisi sosial politik yang ada saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi saat kisah Pinokio dan Petruk hadir di masyarakat ratusan tahun silam.

Atau mungkin saat ini hadir dalam kehidupan kita orang yang memiliki sifat perilaku seperti Pinokio yang sering bohong sekaligus Petruk yang lupa daratan?

Entahlah. Yang jelas siapa saja bisa menjadi Petruk sekaligus Pinokio apabila kondisi memungkinkannya. Dan masyarakatlah yang menilai siapa Pinokio dan siapa Petruk karena perbuatannya yang merugikan kepentingan masyarakat.

**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar