Dalam
sambutan di sebuah acara Natalan komunitas Nasrani, seorang tokoh muslim
menyampaikan narasi : “Umat Islam yang mengucapkan selamat natal besoknya tidak
menjadi Kristen. Mengucapkan selamat menikah juga tidak selalu akan menjadi
pengantin,” dsb.
Apa yg disampaikan oleh bapak itu adalah *Analogi Yang Timpang*
Ucapan
selamat bermakna: *pengakuan*, *pembenaran* atau *penyemangat*
Misal kita buat analogi lain: …
Kalo
kita mengucapkan selamat kpd *teroris* yg sukses ngebom pasar dg
keyakinannya *jihad*, maka itu mempunyai makna: *kita
mengakui/membenarkan/menyemangati perbuatan teroris tsb*.
Masalah muamalah … Rasulullah tlh memberi contoh yg baik bgmn umat Islam berhubungan sosial dg kaum kafir (Nasrani, Yahudi, dan Majusi).
Dalam
hal *muamalah* Rasulullah menganjurkan saling tolong menolong dg kaum
kafir, tapi dlm hal *aqidah* tidak boleh ada pengakuan (dg ucapan).
Intinya: Dalam hal muamalah Islam bersifat *luwes*, tapi dlm hal aqidah Islam harus *tegas* (bukan memusuhi).
Toleransi
itu *mempersilahkan, bukan membenarkan* … "Lakum diinukum waliyadiin" (Bagimu agamamu, bagiku agamaku)
---------
Narasi yg disampaikan bapak itu bahwa *“perayaan Natal sama dengan perayaan Idul Fitri”* perlu kita koreksi.
Natal
dan Idul Fitri *sangat berbeda*.
*Natal* adalah perayaan memperingati hari *kelahiran Yesus Kristus (Anak Allah)* pada setiap tanggal *25 Desember* (ada unsur aqidah)
*Idul
Fitri* merupakan refleksi kemenangan umat Islam atas *perjuangan melawan
hawa nafsu (puasa)* sebulan penuh (masalah ibadah, bukan aqidah).
---
--- ---
Bagi saudara kita yg mengucapkan selamat natal ... semoga *aqidahnya msh tetap terjaga*.
Dan bagi
yang tidak mengucapkannya ... semoga *tdk merasa lbh bertaqwa*.
Kewajiban
kita adl saling menasehati. “Sesungguhnya manusia itu berada dlm kerugian,
kecuali … mereka yg *saling menasehati dlm kebenaran* …” (QS. Al Ashr 103)
πππππ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar