“Islam mengenal syariat, tariqat, hakikat dan makrifat dalam ajaran sufismenya, Jawa mengenal ajaran sufisme dengan sedulur papat limo pancer.”
Sedulur papat lima pancer dalam pemahaman orang Jawa merupakan puncak kesatuan dengan Illahi. Dalam pandangan ini, tubuh manusia ibaratkan sebagai kerajaan yang menempatkan pancer sebagai pemimpin dan sedulur papat sebagai yang diatur. Jika sedulur papat ini selaras dengan pemimpinnya (pancer), maka manusia akan menemukan kesatuan kehidupan dan Tuhannya.
Sedulur papat dalam keyakinan sufisme Jawa ialah nafsu. Nafsu inilah yang menjadi tindakan manusia yang mewujud menjadi rasa dan keinginan. Dalam ajaran Sunan Kalijaga sebagaimana dikutib oleh Tibun Raharjo (2012) sedulu papat dikenal dengan kanespon yang terdari empat nafsu yaitu aluamah, sufiyah, amarah dan mutmainah.
Pertama, nafsu aluamah, ialah keinginan yang paling dasar dalam hidup, berupa keinginan makan dan minum. Jika manusia memiliki banyak keinginan untuk makan, berdampak tidak baik dalam tubuh maupun pikiran. Makan yang terlalu banyak menjadikan manusia malas, tidak banyak beraktivitas dan berisiko terserang banyak penyakit.
Kedua, nafsu sufiyah, yakni nafsu yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial manusia. Nafsu ini memengaruhi keinginan manusia agar disanjung, memiliki pangkat, derajat, loba, tamak dan lainnya. Pada dasarnya kebanyakan manusia memiliki keinginan untuk dinilai lebih daripada manusia lain. Nafsu ini mampu menggerakkan manusia untuk berbuat jahat kepada manusia lainnya. Nafsu ini membuat manusia selalu gelisah dan mengusahakan berbagai cara agar memperoleh kekuasaan dan penghargaan.
Ketiga, nafsu amarah, ini merupakan muntahan sifat amarah melalui rasa marah, emosi dan kekecewaan terhadap apa yang menimpa diri manusia. Nafsu ini membuat seseorang menjadi tidak tenang, sehingga perilaku yang ditumbulkan menjadi tidak layaknya manusia. Nafsu amarah ini terkadang membuat manusia berperilaku di luar batas layaknya hewan buas, bahkan bisa lebih buas daripada hewan.
Keempat, nafsu mutmainah, adalah nafsu yang mengajak pada arah kebaikan, seperti membantu orang, rasa empati, simpati, beribadah dan bergembira. Nafsu ini dipengaruhi oleh persepsi yang membentuk pemahaman tentang kebaikan manusia seperti halnya ajaran agama, budaya dan pengalaman hidup manusia. Namun nafsu mutmainah jika berlebihan juga tidak baik bagi manusia itu sendiri, sebab dia akan lupa melihat dirinya sendiri jika terlelap kesenangan bersama dirinya.
Ketika sedulur papat tidak dapat dikendalikan, maka kehidupan seseorang akan semrawut. Seseorang akan dirundung kegelisahan dan melampiaskan segala keinginan. Jika keinginan itu gagal, maka akan berakibat pada kesedihan dan kemarahan yang berkepanjangan serta sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Dalam kaitan bagaimana manusia mengendalikan nafsu-nafsu tersebut, baik ajaran Islam maupun Jawa menganjurkan manusia untuk puasa. Hal ini dimaksudkan untuk menekan nafsu sehingga pikiran menjadi tenang, jiwa dan raga menjadi sehat, sehingga nafsu-nafsu tidak saling menguasai diri dan menekan pancer atau jati diri.
Pancer ialah hati nurani yang mengendalikan sedulur papat atau nafsu-nafsu dalam diri. Dalam pandangan Jawa, hal ini dikenal dengan Nur Muhammad yakni guru sejati. Sebagai guru sejati pancer adalah penyeimbang jagad kecil dalam diri manusia atau dikenal dengan roso jati sejatining roso.
Ketika pancer sedah ditemukan atau aktif dalam diri, manusia akan mampu mengendalikan dirinya dan menempatkan dirinya di berbagai situasi. Sehingga membuat manusia tidak gampang gelisah dalam menjalankan kehidupan. Aktifnya pancer membuat nafsu-nafsu terkendalikan, manusia akan bijak kapan waktunya marah, sedih, senang dan bahagia dengan kadar yang semestinya.
Dalam sufisme Jawa sedulur papat lima pancer merupakan istilah untuk menggambarkan pengenalan diri secara mendalam. Manusia memiliki hati nurani untuk menentukan kebijakan dalam merespon segala permasalahan yang ada, yang dikenal dengan pancer. Sedang sedulur papat ialah perwujudan nafsu atau respon pada diri atas segala hal yang ada.
Jika manusia mengenal sedulur papat lima pancer, berarti dia sudah mengenal dirinya. Mengenal dirinya berarti mengenal Tuhannya. Perkenalan ini mengarahkan pada penyatuan dengan Tuhan yang Maha Esa. Melalui pengendalian nafsu dan pemahaman mengenai jati diri, mengarahkan manusia untuk menyadari tentang hakikat kehidupan dunia., sehingga manusia akan menyadari apa yang harus dilakukan di dunia ini.
Kehidupan ini ialah lakon, dan manusia ialah wayangnya. Pengenalan terhadap Sedulur papat lima pancer akan menuntun manusia untuk melakoni lakon kehidupan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Pada intinya sedulur papat lima pancer ialah diri manusia dengan segala nafsu-nafsu yang menyelimutinya. Pengendalian terhadap sedulur papat oleh pancer pada manusia, ibarat manusia mengendalikan mesin. Mesin akan bermanfaat apabila manusia mengendalikannya dengan bijak. Sebaliknya apabila manusia tidak memahami mesin, diri manusia justru akan dikendalikan oleh mesin itu sendiri. []
----------------------------------------
Muhamad Syaiful
Institute for
Javanese Islam Research
Jurusan Aqidah & Filsafat Islam
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah
IAIN Tulungagung
Jl. Mayor Sujadi Timur 46, Tulungagung, Jawa
Timur, Indonesia.
Kodepos: 66221
email: pusatkajianislamjawa@gmail.com
----------------------------------------
Oleh: Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Falsafah Sedulur Papat Kalima Pancer adalah falsafah Jawa Kuno yang memiliki makna spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar dalam falsafah tersebut berbicara tentang kelahiran seorang manusia (jabang bayi) yang tidak lepas dari empat duplikasi penyertanya. Duplikasi tersebut dimaknai sebagai sedulur (saudara) yang tak kasat mata, yang akan menyertai kehidupan seseorang sejak lahir hingga matinya. Mereka itu antara lain:
Watman : yaitu rasa cemas / kawatir dari seorang ibu ketika hendak melahirkan anaknya. Ibu harus berjuang antara hidup dan mati dalam proses kelahiran. Watman adalah saudara tertua yang menyiratkan betapa utamanya sikap menaruh hormat dan sujud pada orang tua khususnya ibu. Kasih sayang, perhatian dan doa ibu adalah kekuatan yang akan mengiringi perjalanan hidup sang anak.
Wahman : yaitu kawah atau air ketuban. Fungsi air ketuban adalah menjaga agar janin dalam kandungan tetap aman dari goncangan. Ketika proses kelahiran terjadi, air ketuban pecah dan musnah menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.
Rahman : yaitu darah persalinan. Darah adalah gambaran kehidupan, nyawa dan semangat. Darah persalinan pada akhirnya musnah dan menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara yang memberi semangat dalam perjuangan mengarungi kehidupan. Darah juga gambaran kesehatan jasmani dalam hidup seseorang.
Ariman : yaitu ari-ari atau plasenta. Fungsi ari-ari adalah sebagai saluran makanan bagi janin dalam kandungan. Ariman adalah saudara tak kasat mata yang menolong seseorang untuk dapat mencari nafkah dan memelihara kehidupannya.
Dan sebagai yang kelima adalah Pancer (Pusat) yaitu si jabang bayi itu sendiri. Ketika jabang bayi itu lahir, tumbuh dan dewasa, maka ia tidaklah sendirian. Keempat saudaranya Watman, Wahman, Rahman dan Ariman senantiasa menemani secara metafisik. Mereka adalah saudara penolong dalam mengarungi kehidupan hingga seseorang kembali lagi pada Sang Pencipta.
Pancer atau Pusat juga dimaknai sebagai “Ruh” yang ada dalam diri manusia, yang akan mengendalikan kesadaran seseorang agar tetap “eling lan waspodo”, ingat pada Sang Pencipta dan menjadi insan yang bijaksana. Jadi sedulur papat berperan sebagai potensi / energi aktif, sedangkan pancer sebagai pengendali kesadarannya.
Kesadaran kosmik tentang adanya saudara penyerta dalam falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer pada akhirnya akan mengaktifkan potensi dalam diri seseorang. Seseorang yang mampu menggali potensi Sedulur Papat Kalima Pancer akan menjadi seseorang yang sukses seutuhnya. Pada tingkat kesadaran tertentu orang tersebut bahkan dipercaya dapat mencapai “kesaktian” yang supranatural.
Dalam persepsi moralitas dan spiritualitas, orang yang memiliki kesadaran Sedulur Papat Kalima Pancer dapat dimaknai sebagai orang yang memiliki etika tinggi. Etika ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai hubungan dan perannya dalam masyarakat. Dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, kerohanian, kesehatan maupun hubungan-hubungan sosial lainnya. Banyak orang mengklaim dirinya sukses, tapi hanya dalam bisnis saja, sedangkan rumah tangganya berantakan, tubuhnya sakit-sakitan, jiwanya tertekan. Ini bukan sukses yang sejati.
Falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer merupakan falsafah dasar yang kemudian dapat dikembangkan dalam berbagai pakem-pakem Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari Jawa, yaitu pasaran Legi (Timur), Pahing (Selatan), Pon (Barat), Wage (Utara) dan Kliwon (Tengah/Pusat). Dalam tradisi pewayangan juga dikenal tokoh Punakawan: Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang menemani dan melayani tokoh pusat yaitu Arjuna. Hal ini juga menggambarkan keempat kuda pada kereta perang Arjuna yang dikendalikan oleh kusirnya yaitu Krisna. Pada periode Islam Jawa, dikenal pula keyakinan tentang malaikat penyerta yaitu Jibril, Mikail , Isrofil, dan Ijro’il yang akan membawa seseorang mencapai Sidrathul Muntaha atau menyertai hidup manusia hingga mati menghadap kepada Sang Ilahi.
Seperti yang sudah-sudah, falsafah Jawa selalu sarat dengan perlambangan, sehingga ia kaya akan interpretasi tanpa mengeliminir substansi-nya. Demikian pula falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer, secara normatif dapat berupa perlambangan untuk makna yang jauh labih hakiki. Sedulur 4 menggambarkan elemen dasar dalam diri manusia (ego) yaitu Cipta, Rasa, Karsa dan Karya.
CIPTA adalah pikiran, sumber dari segala logika, idea, imajinasi, kreativitas dan ambisi. Pikiran adalah manipulasi otak atas informasi untuk membentuk konsep, penalaran dan pengambilan keputusan.
RASA adalah emosi atau reaksi afekif atas peristiwa dan pengalaman hidup. Berbagai ekspresi emosi begitu kaya, bahkan jauh lebih kaya daripada bahasa yang dapat mengungkapkannya.
KARSA adalah kehendak atau niat, yaitu motivasi dalam diri individu untuk melaksanakan keputusan dan rencananya. Seseorang dapat termotivasi oleh rangsangan dari luar, namun sebaliknya juga dari dalam dirinya sendiri.
KARYA adalah tindakan, yaitu aspek psikomotor dalam diri individu yang menghasilkan suatu wujud konkret, sehingga dapat dikenali dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya.
Keempat elemen dasar dalam diri manusia di atas akan menjadi “efektif” apabila manusia tersebut dikontrol oleh Pancer/kunci yang disebut dengan KESADARAN yang biasa diistilahkan dengan “eling”. Di sinilah letak perjuangan spiritual sesungguhnya. Ketika katup-katup kesadaran mampu dibuka, maka potensi 4 elemen dasar manusia akan menjadi kekuatan “quantum” yang luar biasa, memiliki daya ledak, menjadikan seseorang menjadi insan seutuhnya, sukses lahir batin, satria pinandhita sinisihan wahyu!
Sumber: https://afifulikhwan.com/falsafah-sedulur-papat-kalima-pancer/
______________________________________
Mantra untuk Memanggil Sedulur Papat
Orang Jawa meyakini keberadaan sedulur papat limo pancer dalam perjalanan hidupnya. Istilah sedulur papat pertama kali diketahui dari Suluk Kidung Kawedar, Kidung Sarira Ayu, pada bait ke 41-42. Suluk ini diyakini masyarakat sebagai karya Sunan Kalijaga, sekitar abad 15-16.
Ada beberapa penafsiran terkait "sedulur papat limo pancer" ini. Pertama, Kakang kawah. Kakang kawah adalah air ketuban yang membantu kita lahir ke alam dunia ini. Karena keluar terlebih dahulu masyarakat kejawen menyebutnya dengan Kakang kawah atau Kakak kawah atau saudara lebih tua.
Kedua, Adi Ari-ari atau ari-ari. Setelah jabang lahir ari-ari inilah yang kemudian keluar, sehingga masyarakat kejawen menyebutnya dengan adi ari-ari atau adik ari-ari.
Ketiga, getih atau darah. Getih atau darah adalah zat utama yang terdapat pada bayi dan sang ibu. Darah jugalah menjadi pelindung pada saat bayi masih ada dalam kandungan.
Keempat, puser atau pusar. Pusar merupakan penghubung antara ibu dan anak, dengan adanya tali puser sang ibu mampu memberikan nutrisi kepada sang bayi. Puser juga merupakan saluran bernafas sang bayi. Dengan adanya puser inilah seorang ibu memiliki hubungan batin yang erat dengan bayi.
Kelima,Pancer. Pancer adalah kita sendiri sebagai pusat kehidupan ketika dilahirkan.
Ketika sang jabang bayi lahir ke dunia melalui rahim ibu, maka semua unsur-unsur itu keluar dari rahim ibu. Dengan izin Tuhan, unsur inilah yang menjaga manusia yang ada di bumi saat dilahirkan.
Selain itu ada pula yang menyebut sedulur papat adalah empat makhluk gaib yang tidak kasat mata (metafisik). Mereka adalah saudara yang setia menemani hidup manusia, mulai dilahirkan di dunia hingga nanti meninggal dunia menuju alam kelanggengan. Untuk menemukan Sang Aku Sejati (limo pancer) itulah manusia ditemani oleh sedulur papat.
Mantra Memanggil Sedulur Papat
Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam Serat Pustaka Raja Purwa menuliskan tatacara untuk berkomunikasi dengan sedulur papat. Begini terjemahannya,
Jangan lupa sambat (menyapa untuk minta dibantu) kepada mereka bila ada urusan. Demikian pula ketika minum, ketika makan, ketika duduk, berjalan, bekerja, menjelang tidur, jangan lupa menyapa kepada saudara-saudara kembar itu. Ajaklah mereka membantu atau menemani Andika dalam melakukan segala kegiatan tersebut, kecuali ketika akan tidur, sapalah mereka dan mintalah agar menjaga keselamatan Andika dari segala perbuatan buruk dari sesama makhluk, jangan diajak tidur.
Cara menyapanya cukup dibatin saja sebagai berikut: “Marmarti kakang Kawah adhi Ari-ari Getih Puser, kadang-ingsun papat kalima pancer, kadangingsun kang ora katon lan kang ora karawatan, sarta kadangingsun kang metu saka mar-gaina lan kang ora metu saka margaina, miwah kadangingsun kang metu barengan sadina kabeh, bapanta ana ing ngarep, ibunta ana ing wuri, ayo pada ……. (pekerjaan atau aktivitas yang sedang dilakukan). Sedang bila akan tidur ajakannya sebagai berikut: “Ingsun arsa turu baureksanen sariraningsun sarajadarbekingsun kang ana ing weweng-koningsun kabeh.”
Bila ada pekerjaan atau sedang mengerjakan sesuatu pekerjaan, ajaklah mereka untuk membantu, demikian: “Pada rewang-rewangana ingsun, katekanna ing sakarsaningsun.” Bila sedang buang air atau membuang kotoran/penyakit, bekas luka dan lain-lain ajaklah untuk menyempurnakan pembuangan itu hingga kembali suci dan sembuh seperti sedia kala.
Terakhir, nanti bila sudah sampai janji (menemui kemati-an), saudara-saudara kembar spiritual itu sebaiknya diruwat, agar tidak menjadi penghambat di alam kubur. Meruwatnya dilakukan dalam batin sebagai berikut: “Ingsun angruwat kadangingsun papat kalima pancer kang dumunung ana ing badaningsun dhewe, Marmarti kakang Kawang adhi Ari-ari, Getih, Puser; sakehing kadangingsun kang ora katon lan ora karawatan, utawa kadangingsun kang metu saka ing margaina lan kang ora metu saka ing margaina, sarta kadangingsun kang metu barengan sadina, kabeh padha sampurna-a nirmala waluya ing kahanan jati dening kawasaningsun.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar