Rabu, 09 Desember 2020

Tiba-tiba Saja IQ Kita Sebangsa Dipaksa Minus....

Kita semua sibuk berdebat, siapa yang salah dan siapa yang benar di "perseteruan" antara Polda Metro Jaya dengan IB dan Ormas IB yang menewaskan 6 orang anggota Ef-P-I.

 

Para pakar hukum juga terbelah pendapatnya. Sebagian membela pelaku pembunuh atas nama kewenangan (boleh dibaca: kesewenang-wenangan) dan sebagian yang lain membela korban.

 

Semua melupakan dasar dan akar dari timbulnya tragedi ini. Yaitu kasus yang ditersangkakan kepada IB!

 

Kasus IB apa sih...?

 

Kasus Teroris? BUKAN!

Kasus Korupsi? BUKAN!

Kasus Pembunuhan? BUKAN!

Kasus Narkoba? BUKAN!

Kasus Rekening Gendut? BUKAN!

Kasus Simulator SIM? BUKAN!

Kasus Suap? BUKAN!

 

Jadi kasusnya apa...?

Kasus atau lebih tepatnya adalah dikasuskan karena PELANGGARAN PROTOKOL KESEHATAN!

 

Saya sengaja menyebut dikasuskan karena IB sendiri sudah membayar denda kepada Pemda DKI akibat dituduh melanggar Protokol Kesehatan.

 

Saya juga merasa lebih tepat menggunakan bahasa "dikasuskan", karena ribuan dan bahkan jutaan rakyat yang melanggar Protokol Kesehatan. Bahkan Pemerintah Pusat sendiri bisa dikatakan melakukan Pelanggaran Protokol Kesehatan karena bersikeras tetap melangsungkan Pilkada pada Pandemi ini.

 

Tapi baiklah. Anggap saja IB tetap dipaksa dikasuskan. Yaitu PELANGGARAN PROTOKOL KESEHATAN!

 

Pertanyannya:

Apakah Pelanggaran Protokol Kesehatan termasuk sebuah tindak pidana serius atau sebuah Kejahatan extraordinary? Sampai-sampai Polda Metro Jaya mengusut dan memperlakukan kasus ini bagaikan Kasus Teroris dan Kasus Korupsi!

 

Berapa banyak SDM dan dana extra yang harus dikeluarkan Polda Metro Jaya untuk mengusut kasus ini. Bahkan sampai harus membunuh 6 orang anak bangsa yang tidak bersalah!

 

Maaf. Sebagai salah satu Warga Negara dan juga Pembayar Pajak, saya keberatan kalau Pajak yang saya bayarkan digunakan Negara untuk "lelucon" berujung tragedi seperti ini.

 

Sekali lagi, Kesalahan IB cuma Pelanggaran Protokol Kesehatan. Kesalahan yang dilakukan jutaan rakyat yang lain. Kalau tidak percaya, tinggal datang ke Pasar Tradisional dan lihat kerumunan-kerumunan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan Pilkada kemarin.

 

Artinya ada kesalahan Pihak Kepolisian Polda Metro Jaya dipenanganan, diperlakuan dan penyidikan terhadap Kasus Pelanggaran Protokol Kesehatan yang dituduhkan kepada IB.

 

Saya jadi benar-benar khawatir. Kalau penyidikan Pelanggaran Protokol Kesehatan diperlakukan seperti kasus Terorisme atau Korupsi, jangan-jangan nanti kalau misalnya ada anak muda yang lupa membawa SIM (Pelanggaran Berlalu Lintas), si anak muda tersebut karena takut motornya disita dan diomelin emaknya terus mencoba kabur dan kemudian ditembak mati oleh Petugas yang razia gelap di tempat!

 

Tinggal matiin CCTV di TKP, terus bikin Konferensi Pers ada ditemukan keris di Jok Motor si Anak Muda. Terus si Anak Muda disebut mencoba melawan Petugas. Kemudian para Buzzer dikerahkan membangun Opini si Anak muda seorang Preman.

 

Gila! Jadi apa wajah hukum di Negara kita ini kelak.

 

Jadi tolong berhenti berdebat. Tidak semua IQ anak bangsa ini minus.

 

Sejak awal kasus yang dituduhkan kepada IB, Pelanggaran Protokol Kesehatan ini terlalu politis. Sama seperti kasus Chat Fake W/A Pornografi yang sampai hendak melibatkan Interpol.

 

Kita terbuka dan terus terang aja. Kasus yang dituduhkan kepada IB ini diperlakukan begitu serius karena IB dianggap ancaman bagi segelintir orang. IB dianggap saingan dalam berbagi kekaguman bagi seseorang. Seseorang tersebut tidak bisa menerima ada sambutan meriah apalagi tepuk tangan bagi orang lain. Karena menurutnya, hanya dia yang jadi Pusat Alam Semesta. Benar-benar sakit jiwa!

 

Makanya kepada IB selalu coba dijerat dan dituduh kasus-kasus yang terkadang membuat kita terpaksa geleng-geleng Kepala. Sebut saja dulu kasus Chat Fake W/A.

 

Masalahnya kasus Chat Fake W/A yang dulu cuma mengakibatkan korban luka (Bung Hermansyah di tikam di Jalan Tol). Sedangkan sekarang Kasus yang cuma Pelanggaran ini sampai mengakibatkan 6 orang anak bangsa yang tidak bersalah dan sampai kehilangan nyawa di Jalan Tol juga.

 

(Maafkan kalau saya jadi berpikir negatif, jangan-jangan pelaku dan otak pelakunya juga orang yang sama).

 

Buat otak-otak yang memang sejak terlahir minus, menganggap Kasus IB setara dengan Terorisme, kemudian membuat Opini seakan-akan Ef-P-I adalah Ormas Teroris, menganggap ormas Ef-P-I tidak ada baiknya, maaf, saya menyerah memberikan pencerahan ke otak anda.

 

Tapi saya sepakat, Ef-P-I memang tidak baik bagi sebagian orang, yaitu Pemilik Warung Remang-remang. Ef-P-I juga tidak baik dimata para Pelaku Maksiat. Ef-P-I juga tidak baik di mata para Agen Narkoba. Ef-P-I juga tidak baik di mata para Koruptor. Kalau tidak percaya, tanya saja sama Harun Masiku dan Djoko Tjandra! 

 

Sebagai Penutup, saya berharap agar kasus pembunuhan terhadap 6 orang anak bangsa ini diusut tuntas. Bentuk Tim Pencari Fakta. Lebih baik lagi dari Luar Negeri. Karena kalau dalam Negeri, jujur saya sudah skeptis dan sangat pesimis dengan segala bentuk Penegakan Hukum di Negeri ini.

 

#TY

 

NOTE:

Sekalian saya ucapakan, Selamat kepada Bapak Presiden, berdasarkan Quick Count yang saya lihat di Media, kemungkinan Anak dan Menantu Presiden akan jadi Walikota.

Indonesia ditangan Pak Jokowi benar-benar Luar Biasa, Presiden yang dulu ngapain aja? Mosok Anak-anak mereka jadi Lurah aja ngga bisa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar