Minggu, 13 Desember 2020

Belajarlah Dari Muhammadiyah

(Sebuah refleksi dari tokoh muda NU)

----- -----

JADILAH seperti Muhammadiyah, mandiri dalam segala bidang.

Karenanya, sikap-sikap politik dan kenegaraan mereka pun mandiri.

Tidak banyak mudahanah, cari-cari muka, apalagi menjilat penguasa, tidak pernah mengaku paling NKRI, tidak mengaku paling Pancasilais, pengakuan mereka tidak diperlukan sebab tindakan mereka lebih dari cukup untuk menjadi bukti.

Muhammadiyah selalu bisa diharapkan, bahkan saat Revolusi Jilbab di era orde baru, saat siswa-siswa berjilbab begitu didiskriminasikan, sekolah-sekolah Muhammadiyah lah yang menampung mereka. Kasus Suyono Klaten yang dizholimi densus 88.

Muhammadiyah pula yang advokasi. Kasus penistaan agama oleh Ahok, Muhammadiyah pula yang menempuh jalur hukum beserta elemen lainnya. Muhammadiyah pun banyak mengajukan judicial review atas undang-undang yang merugikan rakyat.

Ketika liberalisme agama menyerang pemuda-pemuda dan umat Islam, pemuda-pemuda Muhammadiyah lah yang terang-terangan menolaknya. 

Berbeda dengan ormas yang dari NU, malahan ikut larut menyatu dengan kemunkaran dengan alasan toleransi dan kebhinekaan yang kebablasan..!

Warga Muhammadiyah tak begitu tertarik menjual agama demi uang, sebab perut mereka sudah cukup, mereka mandiri, mereka pun banyak memberi.

Bukan seperti ormas dari NU yang menerima hibah tanah hektaran dan bantuan triliyunan 1,5 Triliyun setelah mampu menjadi stempel menyetujui Perppu No.2 tahun 2017 (Perppu panik) yang menzholimi umat Islam lainnya.

Saya dengar salah satu kisah dari sesepuh kami, gerakan Misionaris di salah satu kampung kewalahan bersaing dengan Muhammadiyah.

Bukan seperti ormas sebelahnya malah membiarkan dan membantu kristenisasi dgn alasan toleransi dan kebersamaan.

Mereka memberi beras, Muhammadiyah juga memberi beras, mereka buat TK, Muhammadiyah juga buat TK, mereka bagikan permen, Muhammadiyah pun bagikan permen.

Akhirnya, umat lapar itu lebih memilih ngaji ke TK Muhammadiyah, sama2 Islam, sama2 dapat beras.

Saya yakin, semua keberkahan ini berawal dari kata-kata KH. Ahmad Dahlan (pendiri muhammadiyah): “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dari Muhammadiyah”

Salam hormat untuk saudaraku keluarga besar Muhammadiyah. Mari kita belajar dari Muhammadiyah.

----- -----

Gus Asror

Pesantren Sidogiri Pesantren NU Tertua Jawa Timur

https://sangpencerah.id/2017/07/gus-asror-belajarlah-dari-muhammadiyah/ 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar