(Sebuah refleksi dari tokoh
muda NU)
----- -----
JADILAH seperti Muhammadiyah,
mandiri dalam segala bidang.
Karenanya, sikap-sikap
politik dan kenegaraan mereka pun mandiri.
Tidak banyak mudahanah,
cari-cari muka, apalagi menjilat penguasa, tidak pernah mengaku paling NKRI,
tidak mengaku paling Pancasilais, pengakuan mereka tidak diperlukan sebab
tindakan mereka lebih dari cukup untuk menjadi bukti.
Muhammadiyah selalu bisa
diharapkan, bahkan saat Revolusi Jilbab di era orde baru, saat siswa-siswa
berjilbab begitu didiskriminasikan, sekolah-sekolah Muhammadiyah lah yang
menampung mereka. Kasus Suyono Klaten yang dizholimi densus 88.
Muhammadiyah pula yang
advokasi. Kasus penistaan agama oleh Ahok, Muhammadiyah pula yang menempuh
jalur hukum beserta elemen lainnya. Muhammadiyah pun banyak mengajukan judicial
review atas undang-undang yang merugikan rakyat.
Ketika liberalisme agama
menyerang pemuda-pemuda dan umat Islam, pemuda-pemuda Muhammadiyah lah yang
terang-terangan menolaknya.
Berbeda dengan ormas yang
dari NU, malahan ikut larut menyatu dengan kemunkaran dengan alasan toleransi
dan kebhinekaan yang kebablasan..!
Warga Muhammadiyah tak
begitu tertarik menjual agama demi uang, sebab perut mereka sudah cukup, mereka
mandiri, mereka pun banyak memberi.
Bukan seperti ormas dari NU
yang menerima hibah tanah hektaran dan bantuan triliyunan 1,5 Triliyun setelah
mampu menjadi stempel menyetujui Perppu No.2 tahun 2017 (Perppu panik) yang
menzholimi umat Islam lainnya.
Saya dengar salah satu
kisah dari sesepuh kami, gerakan Misionaris di salah satu kampung kewalahan
bersaing dengan Muhammadiyah.
Bukan seperti ormas sebelahnya
malah membiarkan dan membantu kristenisasi dgn alasan toleransi dan
kebersamaan.
Mereka memberi beras,
Muhammadiyah juga memberi beras, mereka buat TK, Muhammadiyah juga buat TK,
mereka bagikan permen, Muhammadiyah pun bagikan permen.
Akhirnya, umat lapar itu
lebih memilih ngaji ke TK Muhammadiyah, sama2 Islam, sama2 dapat beras.
Saya yakin, semua
keberkahan ini berawal dari kata-kata KH. Ahmad Dahlan (pendiri muhammadiyah):
“hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dari Muhammadiyah”
Salam hormat untuk
saudaraku keluarga besar Muhammadiyah. Mari kita belajar dari Muhammadiyah.
----- -----
Gus Asror
Pesantren Sidogiri
Pesantren NU Tertua Jawa Timur
https://sangpencerah.id/2017/07/gus-asror-belajarlah-dari-muhammadiyah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar