Bentrok Antar Umat
Islam
Fenomena
yang sedang marak dan kita saksikan bersama di negeri tercinta ini adalah
benturan antar kelompok atau golongan atas nama “Demi
Martabat Bangsa dan Negara”.
Hampir di setiap daerah sekarang ini muncul kelompok-kelompok masyarakat
yang mengklaim “Demi Menjaga NKRI” dan kemudian mengecam kelompok lain yang
dinilainya “Anti Kebhinekaan.” Ironisnya
masing -masing kelompok yang saling berhadap-hadapan itu justru anggotanya
sama-sama mayoritas muslim.
Ketegangan
antar kelompok ini tentu mengancam keutuhan bangsa dan negara, mengingat
Indonesia adalah Negara Muslim terbesar didunia dengan populasi 207.000,105
jiwa (88,20%). Ketegangan itu kalau
tidak bisa dikendalikan dengan baik maka bakal terjadi bentrok antar umat
muslim Indonesia dan tentu akan terjadi benturan antar masyarakat bangsa yang
dahsyat.
Bayangkan
apa yang bakal terjadi bila sesama muslim yang mayoritas di negeri ini saling bertikai. Tentu tidak akan ada kelompok yang menang
dalam pergolakan itu. Yang bakal terjadi adalah sama-sama babak belur, karena
yang kalah pasti akan balas dendam untuk menyerang kemudian, begitu
seterusnya. Hal ini pasti akan meluluh
lantakkan kehidupan bangsa dan negara kita.
Apakah
gonjang ganjing ini telah disadari oleh
para pemimpin dan stake holder kita? Jawabannya bisa ya dan bisa juga tidak. Bila ya, tentu ada vested interest. Tetapi
bila tidak disadari, mungkin itu karena pihak asing telah begitu rapih dan
canggihnya dalam merancang perang proksi pada negeri ini.
Keberadaan Orang
Munafik
Dipandang
dari kacamata Islam, fenomena ini terjadi karena adanya peran orang-orang
munafik. Surat Al Baqarah bercerita
tentang tiga kelompok manusia, yaitu al-muttaqin (orang-orang taqwa), al-kafaru
(orang-orang kafir) dan al-munafiqin (orang-orang munafik). Dari ketiga kelompok tersebut, yang paling
banyak diceritakan dalam Al-Qur’an adalah kelompok orang munafik.
Secara
etimologi kata munafik berasal dari kata “nifak” yang berarti berpura-pura,
atau menampakkan yang baik dan menyembunyikan yang buruk. Secara sederhana istilah munafik mempunyai
pengertian bermuka dua, atau adanya perbedaan sikap antara lahiriah dan
batiniah.
Rasulullah
SAW menyebut orang yang bermuka dua (al
wajhain) adalah manusia yang paling buruk, seperti disebutkan di dalam
hadits: “Manusia yang paling buruk adalah orang yang bermuka dua, yang
mendatangi kaum dengan muka tertentu dan mendatangi lainnya dengan muka yang
lain.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah).
Orang
munafik lebih bahaya ketimbang orang-orang kafir. Bila orang kafir menentang
dan melawan perjuangan Islam dengan terang-terangan, maka orang-orang munafik
menggerogoti Islam dari dalam tubuh sendiri. Mereka adalah musuh dalam selimut.
Oleh karenanya, siksa mereka di akhirat lebih pedih ketimbang orang-orang
kafir.
Segala
bentuk aktifitas orang-orang munafik sangat membahayakan dan merugikan umat
Islam, karena secara langsung maupun tak langsung ia mendukung perjuangan
orang-orang kafir. Dalam sejarah
peradaban Islam, peran orang-orang munafik sangat signifikan dalam meruntuhkan
kejayaan Islam.
Ciri-ciri dan prilaku
orang munafik.
Orang
munafik adalah orang yang bermuka dua dan bermulut dua, yaitu adanya perbedaan antara
sikap lahir dan sikap batin. Dalam
keseharian Nabi Muhammad memberikan ciri-ciri orang munafik, seperti yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari, yaitu: (1) Apabila dipercaya ia berkhianat; (2)
Apabila berkata ia berdusta; dan (3) Apabila berjanji ia ingkar.
Sedangkan
prilaku orang munafik, antara lain adalah: (1) Bersekutu dengan orang-orang
kafir; (2) Mengangkat orang kafir sebagai aulia (penolong/pemimpin); (3)
Membantu orang-orang Kafir yang menentang Islam; (4) Tidak mau berperang karena
takut mati; dan (5) Tidak mau membela kepentingan umat Islam.
Sebab menjadi munafik
Kenapa
seseorang bisa menjadi munafik? Motivasi orang menjadi munafik, menurut DR.
Rifa’ah Badwi Rafi’, sebab utamanya adalah karena lemahnya iman, yang bisa membuat
dirinya: melacurkan akidah demi memperoleh keuntungan, takut kehilangan kedudukan, takut kehilangan
harga diri, menghindari rasa malu dan mencari muka atau pujian.
Mencermati
fenomena pergolakan antar kelompok (umat Islam) saat ini, nampak bahwa peristiwa
itu tidak terjadi secara alamiah, tetapi sengaja diciptakan (by design). Ada kesengajaan untuk mengadu domba antar
kelompok yang ada. Bahkan ironisnya di masing-masing
kelompok itu (yang notabene orang-orang muslim juga) justru ada “ulama” nya,
yang tentu motivasinya adalah kepentingan.
Bahkan bisa jadi pula aktor intelektualnya juga adalah orang Islam.
Kalau benar demikian maka betapa ia benar-benar orang munafik sejati.
Naudzubillahi min dzalik.
Untuk
mencari ulama yang benar, Imam Asy-Syafi’i mengatakan: “Carilah ulama yang
paling dibenci oleh orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Dan jadikanlah
ia sebagai panutanmu”.
Menyoal Intoleransi
Bagaimana
Islam memandang toleransi?. Dalam ajaran
Islam istilah “toleransi” bukan hanya teori, tapi telah dipraktekkan dan
dicontohkan oleh nabi Muhammad melalui "Piagam Madinah" tahun 622
Masehi, jauh sebelum PBB mencanangkan Declaration of Human Rights tahun 1948 di
Paris. Piagam Madinah merupakan sebuah
konstitusi tertulis pertama di dunia, yang kehadirannya nyaris 6 abad
mendahului Magna Charta, dan hampir 12 abad mendahului Konstitusi Amerika ataupun
Prancis.
Piagam
Madinah disusun oleh Nabi Muhammad SAW,
berisi peraturan-peraturan tentang tatacara berkehidupan secara adil dan
bermartabat antar penduduk di kota Madinah yang terdiri dari berbagai suku,
ras, dan agama. Dengan Piagam itu penduduk
Madinah yang multi golongan hidup berdampingan secara rukun dan damai.
Piagam
Madinah terdiri daripada 47 pasal, kandungan berisi hal-hal seputar Pembentukan
umat, Persatuan seagama, Persatuan segenap warga negara, Golongan minoritas,
Tugas Warga Negara, Perlindungan Negara, Pimpinan Negara, dan Politik
Perdamaian.
Prinsip Toleransi
dalam Islam.
Prinsip
toleransi dalam hubungan antar umat beragama diatur oleh Islam melalui
ayat-ayat kitab suci Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad. Setidaknya ada lima poin
ketentuan toleransi, yakni: Pertama, Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S.
Al-Baqarah 256). Kedua, Mengakui eksistensi agama lain serta menghormati
keyakinannya (Q.S. Al-Kafirun 1-6). Ketiga, Tidak boleh mencela atau memaki
sesembahan mereka (Q.S. Al-An'am).
Keempat,
Tetap berbuat baik dan berlaku adil selama mereka tidak memusuhi (Q.S.
Al-Mumtahanah 8-9). Dan kelima, Memberi
perlindungan atau jaminan keselamatan. Sabda Nabi: "Barangsiapa yang menyakiti orang dzimmi
(non muslim yang berinteraksi secara baik), berarti dia telah menyakiti diriku
dan barangsiapa menyakiti diriku berarti dia menyakiti Allah’"
(diriwayatkan oleh Imam Thabrani)
Dengan
demikian jelaslah bahwa Islam adalah pelopor toleransi. Bila ada kelompok yang
intoleran yaitu yang prakteknya bertentangan dengan prinsip diatas maka ia
bukanlah kelompok yang menyuarakan Islam.
Ulama Harus Bersatu
Bentrok
antar kelompok atau golongan itu sesungguhnya adalah benturan antar umat Islam
sendiri yang masing-masing mengklaim demi NKRI. Fenomena ini sangat mengancam
keutuhan bangsa dan Negara.
Dipandang
dari kacamata Islam, fenomena seperti ini terjadi sejak dulu kala yang
disebabkan adanya orang-orang munafik. Permasalahan
itu bisa diselesaikan hanya oleh orang-orang Islam sendiri, yaitu dengan bertemu
dan bersatunya para ulama untuk mencari solusi.
InsyaAllah….
Bisa dibaca di :
http://www.kompasiana.com/kalimana/orang-orang-munafik-di-negeri-ini_588b4d1d929373ad08b1d850
Tidak ada komentar:
Posting Komentar