Manusia
dan Hewan Berpuasa.
Puasa
ternyata bukan hanya dilakukan oleh manusia, tetapi juga dilakukan oleh
binatang. Beberapa jenis binatang, seperti unta, buaya, kura-kura,
ayam betina, ular dan ulat juga berpuasa tidak makan dan
minum bahkan sampai berbulan-bulan lamanya.
Di beberapa wilayah tropis yang ekstrem, adanya musim kemarau panjang
membuat sungai, danau, dan tanaman menjadi kering. Dengan berkurangnya sumber
makanan, binatang di daerah tropis pun menyesuaikan diri dengan berpindah
tempat atau berpuasa.
Untuk beradaptasi terhadap perubahan musim dan potensi kekurangan sumber
makanan, Allah SWT melengkapinya dengan kemampuan untuk berpuasa.
Mereka mampu melakukan hibernasi , yaitu tidur panjang tanpa makan dan minum. Binatang-binatang yang melakukan hibernasi antara lain adalah: beruang, singa laut, buaya, ular, bekicot, ulat bulu, penguin, dan sebagainya.
Model
Puasa Beberapa Binatang
Beberapa binatang
tersebut melakukan puasa namun hakekat dan tujuan masing-masing berbeda.
Unta misalnya. (1) Unta merupakan hewan yang sangat
mengagumkan, ia memiliki daya tahan tubuh yang sangat luar biasa. Ia mampu
bertahan hidup dalam kondisi ekstrem dalam perjalanan menyusuri gurun
beratus-ratus kilometer tanpa makan dan minum. Unta memiliki
cadangan makanan berupa lemak yang berada di punuknya yang bisa
dimanfaatkan sewaktu-waktu. Unta mampu berpuasa hingga delapan hari tanpa makan
dan minum.
Lain lagi dengan
buaya. (2) Buaya merupakan reptil liar yang memiliki rekor
sangat mengangumkan dalam menahan untuk tidak makan dan tidak minum.
Ia dapat bertahan hidup tanpa makan dan minum selama beberapa bulan. Dalam
beberapa kasus ekstrim, buaya bisa bertahan hidup selama tiga tahun
lamanya tanpa makanan.
Hampir serupa dengan
buaya adalah beruang. (3) Beruang merupakan salah satu mamalia
yang tergolong ordo carnivora. Di musim dingin, beruang dapat melalukan
kebiasaan abadinya yaitu hibernasi (tidur sepanjang musim) dan akan terbangun
jika dia merasa lapar. Meski tidak hibernasi sekalipun, beruang mampu
bertahan tidak makan dan minum selama 10 minggu atau kurang lebih 3 bulan.
Sama halnya dengan
bekicot. (4) Bekicot adalah binatang yang makan makanan
dari lumut dan dari daun-daun yang gugur. Ketika musim kemarau, dimana
pohon-pohonan pada mongering maka bekicot akan melakukan hibernasi (tidur
panjang tanpa makan dan minum) selama satu musim.
Lain halnya dengan
ayam betina. (5) Ayam betina melakukan puasa setiap kali
mengerami telurnya selama 3 minggu. Dengan berpuasa suhu badan ayam akan
meningkat sehingga telur yang dierami dapat menetas menjadi anak-anak ayam.
Bila sang induk tidak sabar menjalani proses tersebut, telur-telur yang
dieraminya akan busuk, dan anak ayam yang dinantikannya akan mati.
Demikian pula dengan Ikan Mujahir. (6) Ikan Mujair ketika sedang beranak, dia memelihara dan menjaga anaknya dengan menyimpannya didalam mulut. Dalam melindungi anaknya ikan mujair berpuasa, walaupun didepan mulutnya ada makan, ditahannya seleranya, dia berpuasa.
Sedangkan (7)
ular melakukan puasa ketika ia berhasil menyantap mangsa yang lebih
besar dari dirinya. Ular berpuasa bisa mencapai waktu dua sampai tiga minggu.
Saat berpuasa penuh, biasanya ular tidak akan melakukan aktivitas
apa-apa. Ular hanya akan bersembunyi dan berdiam diri. Dan saat itulah ular
mengalami proses biologi yang kita kenal dengan proses ganti kulit.
Setelah masa puasa berakhir, dan mendapatkan kulit baru, sang ular akan
lebih ganas, dan aktif dalam mencari mangsa.
Sementara (8) ulat dalam berpuasa sangatlah berbeda. Ulat adalah hewan yang mengalami metamorphosis (perubahan bentuk). Dalam proses metamorfosis itu ulat melakukan puasa lebih kurang 14 hingga 16 hari berada dalam kepompong. Hasil akhir dari metamorphosis bagi ulat adalah keluar dari kepompong dengan wujud yang sama sekali berbeda menjadi binatang bersayap indah rupawan yaitu kupu-kupu.
Tujuan
Binatang Berpuasa
Dari beberapa contoh
puasa binatang diatas, kita bisa simpulkan bahwa ada beberapa model dan tujuan
puasa tiap-tiap binatang yang berbeda. Setidaknya ada 5 model dan tujuan
binatang berpuasa, yaitu :
Pertama, puasa model BEKICOT
dengan cara tidur (hibernasi) sepanjang
musim, tujuan puasanya adalah untuk ‘bertahan hidup’. Puasa dengan
hibernasi yang dilakukan oleh buaya dan beruang karena untuk bertahan
hidup dalam menghadapi perubahan musim dan kehabisan sumber pangan.
Kedua, puasa model
ULAR dengan alasan untuk ‘peremajaan fisik (lahiriyah)’.
Puasa model ini dilakukan oleh ular yang setelah kenyang dengan makanan
yang telah disantapnya ia berganti kulit yang baru, sehingga fisiknya menjadi
muda kembali.
Ketiga, puasa model
ONTA dengan mengumpulkan dan menimbun cadangan makanan berupa lemak di punuknya, dengan tujuan untuk melakukan ‘aktivitas yang berat dan panjang’. Onta mampu
menempuh perjalanan yang jauh dengan kondisi medan yang ekstrem tanpa
adanya makanan dan minuman.
Keempat, puasa model
AYAM BETINA dengan tujuan untuk ‘reproduksi (berkembang biak),
demi kelangsungan generasi’. Puasa ini dilakukan oleh ayam betina yang
mengerami telornya agar menetas menjadi anak ayam.
Kelima, puasa model ULAT dengan tujuan untuk ‘peningkatan kualitas jati diri. Puasa ini dilakukan oleh ulat sehingga berubah wujud menjadi kupu-kupu yang bisa terbang.
Antara
Puasa Ular dan Ulat
Di antara beberapa
alasan puasa hewan itu, rupanya puasa yang dilakukan oleh ular dan ulat dapat
kita ambil sebagai pelajaran.
ULAR berpuasa dalam rangka menjaga
kelangsungan hidupnya, salah satu yang harus dilakukan adalah harus mengganti kulitnya
secara berkala. Tidak serta merta ular bisa menanggalkan kulit lama. Ia
harus berpuasa tanpa makan dalam kurun waktu tertentu. Setelah puasanya
tunai, kulit luar terlepas dan muncullah kulit baru.
Pengaruh puasa ular:
Pertama, wujud ular sebelum dan sesudah
puasa tetap sama.
Kedua, makanan ular sebelum dan sesudah
puasa tetap sama.
Ketiga, cara bergerak sebelum dan sesudah
puasa tetap sama.
Dan keempat, tabiat dan sifat sebelum dan sesudah
puasa tetap sama.
ULAT berpuasa untuk mengubah kualitas
hidupnya. Ulat termasuk hewan paling rakus. Karena hampir sepanjang waktunya
dihabiskan untuk makan. Tapi begitu sudah bosan makan, ia lakukan perubahan
dengan jalan berpuasa. Ia berpuasa dengan cara mengasingkan diri,
badannya dibungkus rapat dan tertutup dalam kokon sehingga tak mungkin lagi
melampiaskan hawa nafsu makannya. Setelah berminggu-minggu puasa, maka
keluarlah dari kokon seekor makhluk baru yang sangat indah dan dapat terbang
bernama kupu-kupu.
Pengaruh puasa ulat:
Pertama, wujud ulat sesudah puasa berubah
menjadi kupu-kupu.
Kedua, makanan ulat sesudah puasa
berubah mengisap sari pati bunga.
Ketiga, cara bergerak ketika masih jadi
ulat menjalar, setelah jadi kupu-kupu bisa terbang.
Keempat, tabiat dan sifat berubah total. Ketika masih jadi ulat menjadi perusak alam pemakan daun. Begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu penyerbukan bunga.
Bagaimana Cara
Berpuasa Seperti Ulat
Apabila puasa yang
dilaksanakan tidak membawa perubahan menuju kepada derajat yang lebih baik
yaitu taqwa, maka puasa itu tak ubahnya seperti puasanya ular.
Tetapi apabila puasa itu berdampak pada perubahan prilaku dan
karakter berakhlak mulia sebagaimana tujuan puasa agar menjadi bertaqwa, maka
itulah puasa ulat.
Allah berfirman dalam
QS. Al Baqarah (2): 183. “Yaa Ayuhal
Ladziina Aamanuu - Kutiba ’Alaikumush Shiyaam - Kamaa Kutiba ’Alal
Ladzina Min Qablikum - La’allakum Tattaquun”,
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.
Agar kita dapat
berpuasa seperti ulat yang bisa berubah menjadi kupu-kupu maka kita harus
berpuasa secara benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Hakekat puasa
sesungguhnya adalah pengendalian diri (self control) terhadap berbagai
dorongan nafsu agar menjadi pribadi akhlakul karimah (berkarakter mulia).
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Laisash Shiyaamu Minal Akli wasy Syarb - Fainnamash Shiyaamu Minal Lagwi war Rafats.” Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia (lagwi) serta menjauhi perbuatan yang kotor (rafats). (HR. Ibnu Khuzaimah)
Untuk
menjaga kekhusukan ibadah puasa dalam rangka memperoleh taqwa, Imam Al-Ghazali
mengingatkan agar kita tidak sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga
harus mampu menjaga empat hal dari perbuatan tidak baik, kotor dan keji, yaitu: penglihatan, perkataan, pendengaran,
dan aktivitas tubuh. Bahkan untuk menjadikan puasa yang
benar-benar berkualitas adalah ditambah dengan menjaga hati dan pikiran dari
sesuatu yang tidak baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar