INILAH BEDANYA PANCASILA YANG DI SAMPAIKAN SOEKARNO TANGGAL 1 JUNI 1945 DENGAN RUMUSAN FINAL PANCASILA YANG DI SAHKAN TANGGAL 18 AGUSTUS 1945.. SOEKARNO MELETAKKAN SILA KETUHANAN SEBAGAI SILA TERAKHIR, SEDANGKAN PANCASILA YANG DI SAHKAN TANGGAL 18 AGUSTUS 1945 SILA KETUHANAN DI TEMPATKAN DI SILA PERTAMA,,
JADI PANCASILA DENGAN SILA PERTAMA KETUHANAN YANG MAHA ESA LAHIR SETELAH MENDAPATKAN PENGESAHAN PADA TANGGAL 18 AGUSTUS 1945..
PANCASILA VERSI SOEKARNO (1 Juni 1945):
1.Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan;
3. Mufakat atau demokrasi;
4. Kesejahteraan sosial.
5. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
1.Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan;
3. Mufakat atau demokrasi;
4. Kesejahteraan sosial.
5. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
PANCASILA HASIL PENGESAHAN (18 AGUSTUS 1945)
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Yusril: Pancasila lahir 18 Agustus 1945
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra menyatakan Pancasila lahir tanggal 18 Agustus 1945.
"Bahwa hari lahirnya Pancasila bukanlah tanggal 1 Juni, tetapi tanggal 18 Agustus ketika rumusan final disepakati dan disahkan," kata Yusril dalam rilis yang diterima ANTARA News, Jakarta, Rabu.
Pidato Sukarno tanggal 1 Juni, lanjut Yusril, barulah masukan, seperti masukan dari tokoh-tokoh lain baik dari golongan kebangsaan maupun dari golongan Islam.
"Jika membandingkan usulan Sukarno tanggal 1 Juni 1945 dengan yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945, cukup mengandung perbedaan fundamental," kata Yusril.
Sila Ketuhanan saja, kata Yusril, diletakkan Sukarno sebagai sila terakhir.
"Tetapi rumusan final justru menempatkannya pada sila pertama. Sukarno mengatakan bahwa Pancasila dapat diperas menjadi Trisila, dan Trisila dapat diperas lagi menjadi Ekasila yakni gotong-royong. Sementara rumusan final Pancasila, menolak pemerasan Pancasila menjadi Trisila dan Ekasila," kata Yusril.
Mantan menteri Hukum dan HAM itu mengatakan, sebelum disahkan tanggal 18 Agustus, atas permintaan, Sukarno dan Bung Hatta agar tokoh-tokoh Islam setuju frasa "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya," dihapus.
Menurut Yusril, saat itu Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo (tokoh Muhammadiyah) kecewa namun akhirnya menerima ajakan Sukarno dan Hatta.
Kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus dan diganti dengan "Ketuhanan Yang Mahaesa".
"Pelajaran apa yang dapat kita petik adalah bahwa kompromi terakhir tentang landasan falsafah negara, Pancasila, dengan rumusan seperti dalam Pembukaan UUD 1945 adalah terjadi tanggal 18 Agustus 1945," pungkasnya.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2013
COPYRIGHT © ANTARA 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar