Selasa, 20 Juni 2017

Hekekat Taqwa

Pengertian Taqwa
Taqwa  (bahasa Arab) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah  yang artinya memelihara atau menjaga, yang bermakna menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat.
Dalam Al-Quran  terdapat 208 ayat yang berkaitan dengan taqwa, antara lain pada surat Al-Baqarah (2) ayat 3, 177 & 183; Ali Imran (3) ayat 17 & 134; dan Adz-Dzariat (51) ayat 17-19. 
Sesuai Al-Qur’an, taqwa itu adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, nabi-nabi, kitab-kitab, kehidupan akhirat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa, serta sabar (dalam menghadapi kesulitan), menahan amarah, memaafkan (kesalahan orang lain), dan menepati janji.
Pengertian taqwa menurut para ulama, yang tentu merujuk pada Al-Qur’an, hadis, dan pendapat sahabat, mengarah pada satu konsep: yakni sikap memelihara keimanan kepada Allah dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam menjalani kehidupannya, yang diwujudkan dengan  melakukan perbuatan yang ma’ruf (disukai Allah), dan menghindari hal-hal yang munkar (tidak disukai oleh Allah). 
Bagi orang yang bertaqwa, ia mempunyai karakter yang baik (ma’ruf) yaitu: jujur, adil, peduli, tanggung jawab, sederhana, ramah dsb. Dan tentu saja jauh dari sifat tercela (munkar) seperti: sombong, apatis, kikir, dengki, serakah, dsb.
Taqwa merupakan ukuran keimanan (kedekatan) manusia terhadap Sang Pencipta. Hanya dengan taqwa-lah seorang mukmin dapat memperoleh kemuliaan di sisi Allah. Untuk mencapai derajat taqwa, maka seorang hamba Allah harus selalu melakukan perbuatan yang ma’ruf (kebajikan) dan menghindari perbuatan yang munkar (keburukan).
Untuk mencapai derajat taqwa, iman saja tidak cukup (dalam pengertian hanya melaksanakan ibadah mahdhah (utama) saja, seperti shalat, zakat dan puasa, akan tetapi harus disertai pula dengan banyak berbuat kebajikan kepada sesama manusia (ibadah sosial).
Taqwallah juga harus disertai dengan syukur, sabar dan ikhlas.  Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan kepada kita sekecil apapun. Sabar dalam menghadapi ujian berupa musibah dan cobaan-cobaan lain. Ikhlas dalam melakukan ibadah tanpa pamrih semata karena lillahi ta’ala. 

Ciri-ciri orang yang bertaqwa.
Dari keseluruhan ayat-ayat taqwa dalam Al-Qur’an, terdapat ciri-ciri khusus bagi orang yang bertaqwa.  Ciri-ciri ini bisa menjadi indikator bagi diri kita sejauh mana tingkat ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Empat ciri-ciri khusus orang yang bertaqwa adalah:
1.         Dermawan, yaitu suka berinfak baik dalam keadaan lapang maupun susah. (QS. 2:3,177 ;  3:17,134 ;   51:19)
2.         Sabar dalam penderitaan dan kesempitan (QS.2: 177)
3.         Menahan amarah  & Mudah memaafkan. (QS. 3:134)
4.         Suka Shalat Malam dan banyak ber Istighfar. (QS. 51:18 *; 3:17)

Ketaqwaan adalah prestasi tertinggi yang diraih oleh seorang mukmin dalam pengabdiannya kepada Allah SWT.    Allah Swt berfirman,  “Inna akramakum ‘indallaahi atqaakum”, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu”. (QS Al Hujurat (49) ayat 13).  Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda: “Akmalul mu’miniina imaanan ahsanuhum khuluqan, “Orang mukmin yang paling sempurna keimannya adalah orang yang sempurna akhlaknya”  (HR. Tarmidzi).

Hakekat Taqwa
Taqwa bukan sekedar patuh, tunduk, dan takut.  Tetapi taqwa mengandung makna cinta.  Jika patuh, tunduk atau takut masih mengandung unsur keterpaksaan, maka cinta adalah keikhlasan atau kerelaan dan dilakukan dengan senang hati.  
Jadi hakekat taqwa adalah cinta, yaitu berbuat kebajikan dengan segenap cinta kepada Allah.  Semakin cinta seseorang kepada Allah Swt maka semakin bertaqwalah ia.  
Sebuah analogi, apabila kita mencintai seseorang tentu kita akan berusaha untuk membuat orang yang dicintainya selalu merasa senang, gembira dan bahagia. Seorang hamba yang mencintai Allah, maka ia akan berusaha untuk melakukan hal-hal yang membuat Allah senang. Ia akan selalu berbuat hal-hal yang disukai Allah (ma’ruf), serta menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh Allah (munkar).

Taqwa = Iman + Amal Saleh
Beriman saja belum menjamin seseorang akan memperoleh surga. Karena surga hanya dijanjikan untuk orang yang bertaqwa.  “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Ali Imran (3): 133)
Itulah sebabnya, orang beriman masih diperintahkan untuk meningkatkan keimanannya menjadi ketakwaan, sebagaimana difirmankan Allah: “Hai orang-orang yang ber-iman, ber-taqwa-lah kepada Allah dengan sebenar-benar  taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri (muslimun).” (Qs. Ali Imran: 102).
Keimanan adalah keyakinan yang berpuncak pada komitmen untuk menjalankan ibadah dengan penuh penghayatan dan dengan kualitas terbaik yang bisa kita lakukan. Akan tetapi, baru sekedar “penghayatan”, “keyakinan” dan “komitmen”. Belum diamalkan.
Dengan kata lain, keimanan adalah kondisi internal di dalam jiwa kita sendiri. Karena itu perlu dieksternalkan menjadi sebuah amalan saleh. Jadi keimanan berbasis pada keyakinan yang bersifat internal, sedangkan ketakwaan berbasis pada amal perbuatan yang bersifat eksternal.
Jadi, bila orang yang sudah beriman ingin masuk surga maka ia harus mencapai tingkatan taqwa. Untuk bisa mencapai derajat taqwa orang beriman harus melakukan amalan saleh. Karena sesungguhnya “iman + amal saleh = taqwa”.
Terkait dengan ibadah puasa, Allah juga menegaskan bahwa orang beriman diharuskan berpuasa supaya menjadi bertaqwa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Qs. Al Baqarah (2): 183). Ayat tersebut merupakan penegasan bagi orang yang beriman agar bersungguh-sungguh dalam berproses menuju ketakwaan.
Lagi-lagi, keimanan harus ditingkatkan menjadi ketakwaan. Salah satu cara memproses keimanan agar menjadi ketaqwaan itu adalah dengan cara berpuasa, yang dalamnya kita melatih diri untuk menjadi lebih taat beribadah, lebih ikhlas menjalankannya, lebih sabar dalam menghadapi berbagai ujian, lebih dermawan dan berempati kepada kaum dhu’afa, lebih banyak membaca Al Qur’an dan berbagai kebajikan lainnya.
Jika kita berhasil meningkatkan keimanan menjadi ketaqwaan, maka ganjarannya adalah kehidupan surgawi, di dunia maupun di akhirat.

Beberapa ayat taqwa :
QS. Al Baqarah (2) ayat 2-5   :  (mereka yang bertaqwa yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
QS. Al Baqarah (2) ayat 177: Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan  (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
QS. Al Baqarah (2) ayat 183;  Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.
QS. Ali Imran (3) ayat 17: (orang yang bertaqwa yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.
QS. Ali Imran (3) ayat 134:  (orang yg bertaqwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
QS. Adz Dzariat (51) ayat 17-19: Mereka (orang yg bertaqwa) sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah); Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.

Taqwa menurut para Sufi.
Para Sufi, yaitu golongan orang-orang ahli tasawuf menafsirkan setiap huruf pada taqwa. Taqwa terdiri dari 4 huruf, yaitu  “ta” ,  “qaf” , “wawu” dan “ya”, yang setiap huruf mencerminkan pribadi orang yang bertaqwa, yaitu:
Pertama adalah huruf ”ta”, yang merupakan symbol dari sifat tawadhu, yang artinya “rendah hati”.  Lawan dari sifat tawadhu adalah sombong.
Kedua adalah huruf “qaf”, yang merupakan symbol dari sifat qanaah, yang artinya “merasa cukup”, yaitu kemampuan diri dalam menerima dan mensyukuri setiap anugerah Illahi.    Lawan dari sifat qanaah adalah thama’ (tamak) atau rakus/serakah.
Ketiga adalah huruf “wawu”, yang merupakan symbol dari sifat wara’, yang artinya “terpelihara/kesucian diri” .  Lawan dari sifat wara’ adalah subhat atau haram.
Keempat adalah huruf “ya”, yang merupakan symbol dari sifat yakin’, yang artinya “mempunyai keyakinan” .  Lawan dari sifat yakin adalah ragu atau tidak mempercayai.
Penjelasan sederhana mengenai tawadhu, qanaah, wara’ dan yakin adalah sebagai berikut:
a.         Tawadhu.    Tidaklah bisa dikatakan sebagai orang yang bertaqwa jika di dalam dirinya masih ada sifat sombong, karena sombong adalah salah satu sifat yang tidak disukai oleh Allah Swt.  ”Maaf ya, saya bukannya sombong. Kalau untuk menyumbang sepuluh juta saja sebenarnya saya bisa, tetapi saya khawatir nanti dikatakan sombong. Jadi lebih baik  ya secukupnya sajalah, yang penting ikhlas”.   Orang yang menyatakan bahwa dirinya tidak sombong seperti ini sesungguhnya dia adalah sombong.  Menyatakan ketidak sombongan, pada hakekatnya adalah kesombongan juga.
b.         Qanaahadalah kemampuan diri dalam menerima dan mensyukuri setiap anugerah Illahi. Qona'ah merupakan bentuk kekayaan dan kebahagiaan sejati, sebab kebahagiaan bukan semata-mata karena kaya harta melainkan karena kaya hati. Sebaliknya, jika sikap qona'ah lenyap dari seseorang maka dia akan melangsa sepanjang hidupnya, sebab orang yang tidak mengenal qona'ah dalam hidupnya maka dia tidak akan merasakan bahagia meskipun memiliki banyak harta.  Tidaklah bisa dikatakan sebagai orang yang bertaqwa jika di dalam dirinya masih ada keserakahan.  Keserakahan adalah sikap tidak pernah bersyukur dan tidak pernah merasa cukup dengan rizki yang telah diperolehnya.
c.         Wara’ artinya “terpelihara/kesucian diri” .  Lawan dari sifat wara’ adalah subhat atau haram.
.….Wara’, ialah meninggalkan syubhat ( sesuatu yang di dalamnya ada keraguan).

d.         YakinKalau masih ada keraguan ...


-------


Karakter Taqwa : Jujur, Adil, Bertanggungjawab, Peduli, Sederhana, Ramah, Komitmen dan Disiplin (Jurdil- Tangli – Dermah- Komplin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar