Tembang jawa “Tombo Ati” alias “Obat Hati” sudah tidak asing bagi masyarakat Jawa
secara turun-temurun. Tembang itu biasa
didendangkan di pesantren-pesantren dan di masjid-masjid Nahdliyin menjelang
pelaksanaan shalat berjamaah, sambil menunggu jamaah lain yang belum datang. Syair
lagu yang berisi nasihat lima amalan ibadah sebagai pengobat hati itu menjadi
populer setelah penyanyi religi Opick menyanyikannya dengan versi bahasa
Indonesia.
Tembang “Tombo Ati” ini konon berasal dari Sunan Bonang, salah satu wali dari
“Wali Songo” atau sembilan wali yang sangat mashur di tanah Jawa. Sunan Bonang
menggunakan tembang itu sebagai media dakwah dalam penyebaran Islam di tanah
Jawa (sekitar abad XV).
Dalam menggubah tembang itu Sunan
Bonang terinspirasi oleh ajaran para ulama dan sufi terdahulu, diantaranya
adalah Yahya bin Mu’adz Ar Razi, seorang sufi dan penyair terkenal asal Iran
(abad IX). Mu’adz mengajarkan cara-cara
membersihkan qalbu, yang tentu saja merujuk kepada al-Qur’an dan Hadis, dengan
5 hal ”Dawa’ al qalb khomsah asya’”, yaitu:
Pertama, Qira’atul qur’an bi at
tafakkur (membaca Al Qur’an dengan perenungan); Kedua, Qiyamul lail (shalat
malam); Ketiga, Mujalasah as-shalihin (bergaul dengan orang-orang shalih); Keempat, Khala’ al bathn (mengosongkan perut atau berpuasa); dan kelima, Tadzarru’ indzas sahr (dzikir di akhir malam hari).
Kelima amalan itu merupakan upaya
untuk melipur hati seseorang yang sedang diliputi oleh kegundahan, kesedihan,
kedukaan, kecemasan, hingga stress. Dan
yang lebih penting Dawa’ al qalb khomsah
asya’ tersebut untuk menyembuhkan “penyakit hati”, seperti sombong, riya, tamak, dengki, dendam, fitnah dan sebagainya. Dengan mengamalkan
lima amalan itu insyaAllah penyakit hati secara perlahan dapat disembuhkan.
Syair lagu “Tombo Ati” yang saat ini
sudah sangat popular di masyarakat kita tentu sudah mengalami perubahan dari
syair aslinya gubahan Sunan Bonang. Syair lagu Opick itu sebagai berikut: “Tombo
ati iku lima perkarane; Kaping pisan moco Quran lan ma’nane; Kaping pindo
sholat wengi lakonono; Kaping telu wongkang sholeh kumpulono; Kaping papat kudu
weteng ingkang luwe; Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe; Salah sawijine sopo
biso ngelakoni; InsyaAllah Gusti Pangeran ngijabahi.”
Artinya:
“Obat hati itu ada lima perkara; Yang pertama membaca Al-Quran dan maknanya;
Yang kedua melaksanakan shalat malam; Yang ketiga berkumpul dengan orang sholeh;
Yang keempat mengosongkan perut (berpuasa); Yang kelima memperpanjang dzikir
malam; Salah satunya siapa dapat melaksanakan; InsyaAllah Tuhan YMK mengabulkannya.”
Bila ditelisik lebih mendalam, kelima
poin syair tembang Tombo Ati tersebut mempunyai makna yang sangat luar biasa. Bila diamalkan dengan baik maka manfaatnya
bukan hanya dapat menghilangkan stress dan menghadirkan kegembiraan hati, tetapi
lebih dari itu dapat membersihkan dan menghidupkan qalbu.
Hati
atau qalbu merupakan elemen ruhani yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena
ia berperan mengendalikan pikiran dan nafsu. Bila seseorang mempunyai hati yang
“sehat” maka ia selalu ikhlas dan bersyukur yang membuat hidupnya indah dan
bahagia. Tetapi bila hati seseorang “sakit” maka pikiran dan nafsunya diliputi
sifat kedengkian, ketamakan, tidak bersyukur, selalu merasa kurang, sehingga
hidupnya jauh dari kebahagiaan.
Oleh
karenanya kebeningan hati harus selalu dijaga agar ia berfungsi dengan baik
sebagaimana peran hakikinya. Cara untuk menjaga kesehatan dan kebeningan hati
adalah dengan melakukan lima hal seperti pada syair tembang “tombo ati”. Uraian berikut merupakan bahasan yang bersifat
penjelasan terhadap lima poin tembang “Tombo Ati”, yaitu:
Pertama.
Bergaul dengan Orang Shaleh
Kehidupan manusia seringkali
diliputi kegelisahan. Kegelisahan terjadi biasanya karena adanya
ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Kegelisahan membuat manusia
menjadi stres. Keadaan ini banyak dialami manusia baik pada orang kaya, orang
miskin, orang dewasa, maupun remaja. Dan hal ini menyebabkan kehidupan manusia
menjadi tidak bahagia.
Kegelisahan dalam kehidupan manusia
berakar dari hatinya. Jika manusia memperturutkan keinginan hatinya, maka ia
tidak akan pernah merasa puas, dan kegelisahannya akan semakin menyiksa diri,
bahkan dapat berakibat fatal, ada yang sampai gila dan bahkan bunuh diri.
Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda: “Hendaklah kalian bersahabat
dengan kawan yang tulus hatinya, karena mereka menjadi hiasan di kala bahagia
dan menjadi perisai di saat terjadi bencana”. (Imam Nawawi, 1983:227)
Islam mengajarkan bahwa bergaul atau
bersahabat dengan orang shaleh dan menjadikannya sebagai penolong, merupakan
jalan yang tepat untuk mengatasi kegundahan hati. Dikala duka, mereka bisa
menjadi pelipur hati, bahkan dapat membantu mencarikan solusi tanpa pamrih dan
tidak bakal menjerumuskan.
Orang-orang baik dan shaleh
memancarkan “aura positif” dari
tubuhnya, yang berpengaruh positif terhadap pikiran dan batin orang di
sekelilingnya. Aura adalah energi hidup berupa medan magnetik yang terpancar dari tubuh manusia, di sekitar
kepala dan bahu. Semakin banyak orang-orang shaleh disekeliling kita, maka semakin
banyak pula aura positif yang terpancar. Sehingga akan semakin banyak aura
positif yang bisa terserap oleh seseorang.
Kedua.
Membaca Al Qur’an dan maknanya.
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadis nabi, para ulama telah mengemukakan beberapa manfaat membaca Al
Qur’an. Selain merupakan bentuk ibadah
yang mendatangkan rahmat, membaca al Qur’an ternyata juga mempunyai beberapa
manfaat, yakni dapat menghilangkan kesedihan, menimbulkan ketenangan batin, dan
bahkan dapat menyembuhkan berbagai
penyakit jasmaniah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Dr. Ahmad Al Qadhi, direktur utama Islamic
Medicine Institute for Education and Research yang berpusat Amerika
Serikat, bahwa membaca atau mendengarkan bacaan al-Quran dapat menurunkan
kesedihan, stress dan depresi, serta berdampak positif pada ketenangan jiwa.
Dalam melakukan penelitian, sang
dokter ahli jiwa ini ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru
untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan
kulit terhadap aliran listrik. Dalam laporannya yang disampaikan dalam
Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan,
Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang
mendengarkannya.
Hasil penelitian Dr. Qadhi itu juga
dipresentasikan pada konferensi tahunan Ikatan Dokter Amerika di Sant Louis, AS
dengan tema: “Pengaruh Al-Qur’an Pada Manusia Dalam Prespektif Fisiologi dan
Psikologi”.
Ketiga.
Melaparkan Perut (Puasa)
Puasa merupakan ibadah yang bukan
hanya dilakukan oleh umat muslim, tetapi juga dilakukan oleh semua umat
beragama. Karena tujuan puasa itu sangat baik dan bermanfaat, yaitu melatih pengendalian emosi dan tahan
penderitaan.
Esensi dari puasa
sesungguhnya adalah pengendalian diri (self
control). Pengendalian diri
terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam maupun dari luar. Dorongan
dari dalam, berupa gejolak hawa nafsu seperti tamak, serakah, angkuh, egois,
dan sebagainya. Sedangkan dorongan
Pengendalian diri
terhadap gejolak hawa nafsu agar tidak tamak, tidak serakah, tidak angkuh, tidak
egois, dan sebagainya. Serta pengendalian diri terhadap pengaruh dari luar agar
bersabar, tidak marah, tidak dengki, tidak bicara kotor, tidak
emosional, dan sebagainya.
Nabi Muhammad bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri
dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah meninggalkan
segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.” (HR.
Al-Hakim).
Puasa bagi umat muslim, selain
bertujuan untuk menjadikan orang bertaqwa, puasa mengandung banyak hikmah. Hikmah
dan manfaat puasa banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an maupun hadis nabi. Manfaat
puasa antara lain:
(1) Membersihkan hati; (2)
Menguatkan jiwa, seperti: kesabaran, tahan
penderitaan, empati, dan kepekaan sosial; serta (3) Menyehatkan badan
dan menyembuhkan berbagai penyakit
Puasa merupakan pembersih hati yang
paling kuat, terutama untuk melawan hawa nafsu. Hawa nafsu merupakan pangkal
dari kotornya hati. Dengan puasa, hati menjadi semakin bersih, sehingga
perasaan menjadi halus, menjadi peka, serta membuat pikiran jernih dan nafsu
terkendali.
Puasa juga dapat
menumbuhkan rasa empati. Karena puasa mengajarkan
pada orang untuk merasakan betapa beratnya lapar dan haus itu,
sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.
Puasa dapat menguatkan Jiwa. Karena dengan puasa jiwa
seseorang ditempa supaya memiliki kekuatan dan daya tahan menanggung
penderitaan, mengurangi hawa nafsu duniawi serta kepekaan sosial terhadap nasib kaum
lemah (dhuafa).
Selain itu puasa
juga berpengaruh positif terhadap kesehatan badan. Hal ini sudah banyak dibuktikan oleh
para pakar medis dan kesehatan. Rasulullah bersabda: ”Berpuasalah,
niscaya kamu akan sehat.” (HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim).
Para ahli berkesimpulan bahwa pada
saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari pekerjaan memproses
makanan yang masuk, untuk dilakukan pemulihan. Sebagaimana mesin dilakukan
sevis agar tidak cepat rusak. Puasa adalah suatu metode untuk pemulihan lambung
agar lebih sehat. Di dalam ajaran Islam, sesuai hadis nabi isi perut kita tidak
boleh diisi terlalu penug. Isi perut harus, seperti yang dicontohkan nabi
dibagi menjadi tiga, yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan
sepertiga untuk udara. Nabi melarang
makan makanan hingga terlalu kenyang agar lambung sehat dan tidak mudah sakit.
Di Jerman ada
lembaga yang bernama Fasten
Institut (Lembaga
Puasa), yang menggunakan puasa sebagai terapi untuk menyembuhkan
penyakit-penyakit tertentu yang menurut pengobatan moderen belum dapat
disembuhkan.
Keempat.
Shalat Malam (tahajut).
Shalat malam (tahajud) dilakukan pada
sepertiga malam terakhir (02.00 – 04.30). Sepertiga malam terakhir merupakan saat dimana suasana sangat hening,
sunyi dan tenang, sehingga secara psikologis akan mendatangkan kekhusu’an,
ketenangan dan ketentraman hati. Suasana
seperti itu adalah saat yang paling baik untuk berdzikir, bertafakur,
bermunajat dan memohon ampunan.
Berbicara mengenai kesehatan dan
penyakit, secara teori timbulnya penyakit disebabkan oleh 3 faktor, yaitu
faktor makanan, pikiran (stres), dan lingkungan (misal gigitan nyamuk, radiasi,
dsb). Menurut penelitian medis dan
kesehatan, penyebab utama dari berbagai penyakit yang diderita oleh kebanyakan
manusia adalah faktor pikiran (stres). Stres
yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit atau gangguan yang disebut
psikosomatik.
Penyakit psikosomatik
merupakan penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor psikologis. Gangguan psikosomatik memunculkan keluhan
fisik, seperti gangguan lambung,
jantung berdebar, sesak nafas, badan lemah, berkeringat, dan sebagainya. Jadi bila ada orang yang mengalami gangguan
psikosomatik dengan keluhan seperti yang disebutkan itu, sejatinya bukan
fisiknya yang sakit tetapi jiwanya yang bermasalah, yakni stres.
Menurut penelitian medis, kadar stress
dipengaruhi oleh “hormon kortisol” (hormon stres). Semakin banyak hormon
kortisol, semakin tinggi pula tingkat stres seseorang. Kadar hormon kortisol
mulai meningkat pada 2-3 jam setelah dimulainya tidur malam hari dan terus
meningkat hingga waktu bangun di pagi hari.
Shalat tahajud, yang dilakukan pada
sepertiga malam terakhir dapat menurunkan jumlah hormon kortisol yang meningkat
saat tidur, dan menjadi seimbang kembali kemudian menstabilkan sistem imun
(kekebalan) dalam tubuh. Dengan demikian
maka, shalat tahajut dapat menghadirkan ketenangan batin atau ketentraman jiwa,
sehingga berpengaruh sangat positif terhadap pengendalian stres.
Kelima.
Dzikir malam.
Dzikir adalah suatu aktivitas
mengingat Allah dengan cara menyebut nama, memuji dan mengagungkan
kebesaran-Nya (tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dsb), yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan penuh kesadaran.
Dzikir bagi orang-orang barat dan
agama selain Islam dikenal dengan istilah meditasi. Meditasi merupakan praktik
relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang menarik,
membebani, maupun mencemaskan dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan selama
jangka waktu tertentu.
Prinsip dasar dzikir adalah
pengulangan kata atau kalimat pujian terhadap kebesaran Allah Swt. Dalam dunia psikologi dikenal istilah
Repetitive Magic Power (RMP), yaitu suatu tindakan atau perkataan yang diulang
terus-menerus akan menumbuhkan kekuatan batin yang luar biasa dan akan
menghasilkan perubahan karakter.
RMP ini merupakan suatu metode
pengulang-ulangan agar nilai-nilai kalimat atau tindakan masuk dalam pikiran
bawah sadar dan pada akhirnya membentuk karakter serta akan memunculkan
kekuatan seperti yang kita diinginkan.
Banyak ayat dalam al-Qur’an maupun
hadis yang menganjurkan berdzikir untuk ketentraman hati dan kekuatan jiwa,
antara lain QS. Ar-Ra’du ayat 28 : “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram.” Dan QS. Al Anfal ayat 45 : “Dan sebutlah olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak, supaya kamu
mendapat kemenangan”.
Dari sudut pandang fisiologis,
meditasi atau dzikir adalah metode anti-stres yang paling baik. Saat
seseorang mengalami kecemasan, maka denyut jantung dan tekanan darah meningkat,
pernafasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar adrenalin memompa hormon
kortisol (hormon stres). Semakin banyak
hormon kortisol maka semakin tinggi tingkat stres seseorang.
Selama melakukan meditasi, pernapasan
dan konsumsi oksigen dalam tubuh manusia berkurang dalam kisaran antara 20 dan
30%, sehingga pernapasan menjadi tenang, detak jantung melambat, tekanan darah
menjadi normal, dan tingkat produksi hormon stres menurun.
Membersihkan hati.
Kehidupan manusia seringkali
diliputi kegelisahan. Kegelisahan terjadi biasanya karena adanya
ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Kegelisahan membuat manusia
menjadi stres. Kegelisahan atau stress dalam kehidupan manusia berakar dari
hatinya.
Menurut At-Taftazani,
penyebab kegelisahan hidup manusia di
karenakan kehampaan spiritual yang dimiliki seseorang. Solusi yang terbaik untuk mencapai hidup
tenang dan tenteram adalah membersihkan hati.
Sesuai ajaran Sunan Bonang, membersihkan hati dapat dilakukan dengan
melakukan lima hal seperti dalam syair tembang “Tombo Ati”, yaitu bergaul
dengan orang-orang shaleh, membaca Al-Qur’an, berpuasa, shalat malam, dan
berdzikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar