Tgl 31 Oktober;1948 : Muso di eksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo
Kabupaten Ponorogo. Sedang MH.Lukman dan Nyoto pergi
ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).
Akhir November 1948 :
Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil di Bunuh atau di Tangkap, dan Seluruh Daerah
yg semula di Kuasai PKI berhasil direbut, antara lain : Ponorogo, Magetan,
Pacitan, Purwodadi, Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lainnya.
Tgl 19 Desember 1948 : Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.
Tahun 1949 : PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949
dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.
Awal Januari 1950 :
Pemerintah RI dgn disaksikan puluhan ribu masyarakat yg datang dari berbagai
daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan
mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka
Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II
ditemukan 21 Kerangka Mayat yg semuanya berhasil diidentifikasi. Para Korban
berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.
Tahun 1950 : PKI memulai
kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang
Merah.
Tgl 6 Agustus 1951
:Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di
Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yg ada.
Tahun 1951 : Dipa Nusantara (DN) Aidit memimpin PKI sebagai Partai
Nasionalis yg sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali
dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.
Tahun 1955 : PKI ikut
Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat
Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.
Tgl 8-11 September 1957
: Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno
untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.
Tahun 1958 : Kedekatan
Soekarno dgn PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan
koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap
Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh
terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.
Tgl 15 Februari 1958 :
Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun
Pemberontak kan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.
Tanggal 11 Juli 1958 :
DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman
di Berlin.
Bulan Agustus 1959 : TNI
berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres
tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.
Tahun 1960 : Soekarno
meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan
Komunis) yg didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dgn demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari
Pemerintahan RI.
Tgl 17 Agustus 1960 : Atas
Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal
17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis
Syura Muslimin Indonesia)" dgn dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam
Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.
Medio Tahun 1960 :
Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin
kuat dgn keanggotaan mencapai 2 Juta orang.
Bulan Maret 1962 : PKI
resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan
Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
Bulan April 1962 :
Kongres PKI.
Tahun 1963 : PKI
Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dgn
Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan
Kelima yg terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih
”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.
Tgl 10 Juli 1963 : Atas
Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal
10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan
Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.
Tahun 1963 : Atas
Desakan dan Tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh
Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH.Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH.Isa
Anshari, KH.Mukhtar Ghazali, KH.EZ. Muttaqien, KH.Soleh Iskandar, KH.Ghazali
Sahlan dan KH.Dalari Umar.
Bulan Desember 1964 :
Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah
Rakyat Banyak) yg didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan
Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.
Tgl 6 Januari 1965 :
Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965
tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI
MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.
Tgl 13 Januari 1965 :
Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta
Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanitanya, dan juga
merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.
Awal Tahun 1965 : PKI
dgn 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di
luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki
banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat
Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat,
Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).
Tgl 14 Mei 1965 : Tiga
Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn
Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan
Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.
Bulan Juli 1965 : PKI
menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggotanya
di Pangkalan Udara Halim dgn dalih
”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.
Tgl 21 September 1965 :
Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965
tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI
MURBA, karena sangat memusuhi PKI.
Tgl 30 September 1965
Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar
Demo Besar di Jakarta.
Tgl 30 September 1965
Malam : Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut juga
GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) :
PKI Menculik dan
Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di
Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka
adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT.Haryono, Letjen
S.Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo.
PKI juga menculik dan
membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira
Jenderal Abdul Haris Nasution. PKI pun membunuh AIP KS
Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yg sedang bertugas menjaga Rumah
Kediaman Wakil PM Dr.J.Leimena yg bersebelahan dgn Rumah Jenderal AH.Nasution.
PKI juga menembak Putri
Bungsu Jenderal AH.Nasution yg baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yg berusaha menjadi Perisai
Ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pd
tanggal 6 Oktober 1965.
G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok
gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati
dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin
Mayor Udara Sujono, serta Pasukan Bima Sakti
dipimpin Kapten Suradi.
Selain Letkol Untung dan
kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai
Angkatan, antara lain :
Angkatan Darat
: Mayjen TNI Pranoto
Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief.
Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol
Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi.
Angkatan Udara
: Men/Pangau Laksda Udara
Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono.
Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol.
Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.
Tgl 1 Oktober
1965 : PKI di Yogyakarta juga
Membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan
terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yg telah
mengambil Alih Kekuasaan.
Tgl 2 Oktober 1965 : Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI
dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.
Tgl 6 Oktober 1965 :
Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri
PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit
Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto
pun langsung ditangkap.
Tgl 13 Oktober 1965 :
Ormas Anshar NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di
Seluruh Jawa.
Tgl 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshar Desa Karangasem (kini Desa
Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshar Kecamatan Muncar untuk
Pengajian. Saat Pemuda Anshar Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yg
menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni,
setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazahnya dibuang ke Lubang
Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshar yg
dibantai, dan ad beberapa pemuda yg selamat dan melarikan diri, sehingga
menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan
kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.
Tgl 19 Oktober 1965 :
Anshar NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.
Tgl 11 November 1965 :
PNI dan PKI bentrok di Bali.
Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan di Hukum Mati.
Bulan Desember 1965 :
Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.
Tgl 11 Maret 1966 :
Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
dari Presiden Soekarno yg memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto
untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.
Tgl 12 Maret 1966 : Soeharto melarang secara resmi PKI. Bulan April 1965 :
Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.
Tgl 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara
terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di
Indonesia ini tdk ada partai yg Pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar
PKI…”
Tgl 5 Juli 1966 : Terbit
TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani
Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH.Nasution tentang Pembubaran
PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.
Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk
membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pd tahun 1967.
Tahun 1967 : Sejumlah
kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan
Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.
Bulan Maret 1968 : Kaum
Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.
Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan
persembunyian terakhir PKI.
Dari tahun 1968 s/d 1998
Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasinya dilarang
di Seluruh Indonesia dgn dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966.
Dari tahun 1998 s/d 2015
Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Anggota PKI yg
dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan
simpatisannya yg masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling
diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar
balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang
Kemerdekaan RI.
Sejarah Kekejaman PKI yg
sangat panjang, dan jugan biarkan mereka menambah lg daftar kekejamannya di
negeri tercinta ini..
Semoga Allah SWT
senantiasa melindungi kita semua
(Smith Junior)
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1507815242622066&id=100001808133865
Tidak ada komentar:
Posting Komentar