Kamis, 05 Juli 2018

Sekilas tentang Islam Nusantara (DK)

Istilah 'Islam Nusantara' menemukan momentum popularitasnya setelah PBNU mengangkatnya menjadi tema Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, Agustus 2015.

Apakah istilah ini sesuatu yang baru?

Istilah 'Islam Nusantara' pada dasarnya tidaklah baru. 'Islam Nusantara' sama sebangun dengan 'Islam Asia Tenggara' (Southeast Asian Islam). Islam Asia Tenggara mengakomodasi budaya/kearifan lokal, antara lain budaya yang ada di Indonesia, Malaysia, Thailand Selatan (Patani), Singapura, Filipina Selatan (Moro), dan juga Champa (Kampuchea).

Secara normatif doktrinal, 'Islam Nusantara' menganut Rukun Iman dan Rukun Islam yang sama dengan kaum Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah (Sunnah atau Sunni) lain di bagian dunia Islam manapun seperti disepakati jumhur (mayoritas) ulama otoritatif.

Ortodoksi Islam Nusantara sederhananya memiliki tiga unsur utama, pertama, kalam (teologi) Asy'ariyah ; kedua, fiqh Syafi'i (meski juga menerima tiga mazhab fiqh Sunni lain); dan ketiga, tasawuf al-Ghazali

Ortodoksi Islam Nusantara berbeda dengan ortodoksi Islam Arab Saudi. Ortodoksi Islam Arab Saudi mengandung hanya dua unsur, yaitu pertama, kalam (teologi) Salafi-Wahabi dengan pemahaman Islam literal dan penekanan pada Islam yang 'murni'.

Dalam perspektif doktrin ortodoksi Islam Arab Saudi, tidak heran jika banyak Muslimin lain dianggap sebagai pelaku bid'ah dhalalah (ritual tambahan sesat) yang bakal membawa mereka masuk neraka. Termasuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW  yang ramai dirayakan kaum Muslimin Indonesia oleh faham Salafi-Wahabi dikategorikan sebagai bid'ah dhalalah.

Unsur ortodoksi Islam Arab Saudi kedua adalah fiqh Hanbali yang merupakan mazhab paling ketat dalam yurisprudensi Islam. Ortodoksi Islam Arab Saudi tidak mencakup tasawuf, justru tasawuf ditolak karena dianggap mengandung banyak bid'ah dhalalah.

Ciri lain, pakaian orang Islam di Nusantara adalah sarung dan kupiyah, sedangkan orang Islam Arab Saudi adalah gamis dan sorban.

Wallahu ‘alam bi shawab.

-----

Semua orang pasti setuju, ISLAM HANYA SATU. Semua adl umat nabi Muhammad yang sama. Tapi itu pada tataran idealitas.

Pada tataran Realitas tdk demikian. Ada Islam Sunni, Syiah, Khawarij, Mu’tazilah, Salafiyah, dsb. Itu baru dari aspek golongan.

Sementara dari golongan Sunni aja ada bbrp mazhab: Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, dsb.
Perkembangan berikutnya, ada Wahabi, Ahmadiyah, Bahai, JamTab, dsb.

Mnrt salah sorg tokoh … Islam satu hanya ada pada level Alqur’an.

Pada level Alhadits, mulai ada perbedaan. Maka timbullah penafsiran. Penafsiran yg dilatar belakangi perbedaan ilmu, pengalaman, wilayah, dan termasuk budaya. 

Disinilah mulai timbul golongan, mazhab, aliran, dsb. Nabi bersabda, Perbedaan pendapat diantara umatku adalah rahmat.

Tetapi celakanya…  perbedaan itu ada yg menafsirkan scr ekstreem. Shg timbul fanatisme sempit, membidahkan, intoleransi, dsb.  Di Timur Tengah terjadi pergolakan antar golongan (terutama sunni dan syiah) krn intoleransi.  Ditambah provokasi pihak luar (Yahudi) tentunya.

PBNU mewacanakan (sy bukan gol nahdliyin loh… ), Islam yg ramah, toleran, beradab,  tdk saling membid’ahkan, dsb.  Yaitu Islam Nusantara, utk menangkal “faham” Islam yg bercorak (aliran) Arab atau Timur Tengah yg keras.
Mnrt mereka, Islam Nusantara itu bukan Paham, bukan Aliran, apalagi Mazhab, tapi Tipologi, Mumazziyaat, Khashais. Islam yg santun, berbudaya, ramah, toleran, berakhlak dan berperadaban. Itu corak Nusantara.

NU, Muhammadiyah, Sarekat Islam, Perti, Persis, dsb adalah corak Islam Nusantara. 

Islam beda dg Arab.
Budaya Islam beda dg budaya Arab.

Jubah, gamis, sorban, dsb adl pakaian budaya Arab, bukan budaya Islam. Krn Abu Jahal dan Abu Lahab pun berjubah dan bersorban.

Budaya pakaian Islam adalah : menutup aurat, bersih, rapih dan sopan (tdk harus bersorban dan bergamis). 

Disinyalir skrg ini mulai banyak umat islam Indonesia yg ke arab2 an, dan suka membid’ahkan kelompok lain. Faham mrk cukup ekstreem. Kelompok radikalisme mengambil dr kelompok perpaham spt ini.

Seandainya Nabi diturunkan di tanah Jawa, bisa jadi pakaian beliau adl kaos, sarung dan berkopyah atau blankon. Krn beliau tdk mau eksklusif, dan berbaur dg masyarakat umum.

----

Islam itu adalah akhlak, norma atau nilai.
Apapun corak dan budayanya kalau berakhlak Islam, maka sesungguhnya mereka itu satu.

1 komentar:

  1. terimaksih infonya sangat membantu, jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2Oz19MK

    BalasHapus