Senin, 23 Juli 2018

Tiga Amalan Pemuda Penghuni Surga

Ada seorang lelaki, shalat rawatibnya biasa saja. Shalat tahajut dan dhuhanya pun tidak rajin. Dzikirnya juga tidak nampak tekun.  Demikian pula dengan iktikaf dan puasa sunnahnya yang tidak kelihatan istiqamah.   Tetapi pemuda ini dikatakan oleh Rasulullah sebagai Ahli Surga.  Kenapa demikian?  Karena ia melakukan tiga amalan sosial yang istimewa.
Kisah ini sering diceritakan oleh para ustadz.  Tetapi rasanya masih sangat relevan dan penting untuk diceritakan kembali. Karena masih banyak diantara kita yang tidak peka terhadap masalah -masalah sosial (muamalah), yang merupakan inti dari ajaran Islam yaitu akhlak.  Kisahnya sebagai berikut:
Ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabat di salah satu sudut masjid Nabawi, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap para sahabat, dan bersabda, "Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang lelaki penghuni surga."
Tak lama berselang, tiba-tiba muncul seorang lelaki Anshar dengan janggut masih basah oleh air wudu. Ia berjalan pelan-pelan sementara tangan kirinya menjinjing sandalnya.
Keesokan harinya, dalam kesempatan yang sama Rasulullah kembali berkata demikian, "Akan datang seorang lelaki penghuni surga."  Tak lama kemudian lelaki itu kembali muncul.
Hal tersebut juga diucapkan oleh Rasulullah hingga pada kesempatan ketiga. Sehingga para sahabat banyak yang penasaran terhadap lelaki tersebut.  Diketahui kemudian lelaki Anshar tersebut bernama Saad bin Abi Waqqash.
Tentu dalam hati para sahabat bertanya - tanya tentang amalan yang dilakukan oleh pemuda tadi, sehingga ia dikatakan oleh Rasulullah sebagai calon penghuni surga. Demikian juga dengan sahabat Abdullah bin Amr bin Al Ash. Karena rasa penasarannya ia kemudian mencoba mencari alasan agar bisa tinggal di rumah lelaki tadi selama tiga hari.
Alasan yang ia buat adalah ia sedang bertengkar dengan ayahnya. Ternyata Abdullah pun di izinkan oleh lelaki itu untuk tinggal bersamanya selama tiga hari. Maka selama tiga hari itu ia menyelidiki keistimewaan lelaki Anshar itu.
Di malam pertama, Abdullah bangun untuk Tahajud, tapi ia mendapati pemuda tadi ternyata masih tidur hingga datang waktu Subuh.  Dan ketika masuk waktu Dhuha, Abdullah bergegas menunaikan shalat Duha, sementara pemuda itu tidak. Bahkan ketika Abdullah sedang berpuasa sunah, pemuda itu ternyata malah tidak puasa sunah.  
 Hingga hari ketiga Abdullah tinggal bersama Saad, ia belum menemukan keistimewaan dari pemuda tersebut.  Abdullah pun semakin heran dengan ucapan Rasulullah Saw. yang menyebutnya sebagai pemuda ahli surga. Akhirnya Abdullah memutuskan untuk bertanya langsung pada pemuda tadi.
"Wahai Saad saudaraku, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku. Tujuanku menginap di rumahmu adalah karena aku ingin tahu amalan ibadah apa yang engkau lakukan sehingga Rasulullah menyebut-nyebut engkau sebagai pemuda ahli surga.
Tetapi setelah aku amati, tidak ada amalan istimewa yang engkau amalkan,  Engkau tidak tahajud, pagi hari pun kau lalui tanpa shalat dhuha, bahkan shaum sunah pun tidak,"  ucap Abdullah.
Saad bin Abi Waqqash menjawab, “Benar tidak ada amalan lain yang aku kerjakan kecuali seperti apa yang engkau lihat”. Jawaban itu sungguh tak memuaskan hati, dan Abdullah pun berpamitan untuk pulang.
Namun, ketika Abdullah berpaling melangkah keluar dari rumah, laki-laki tersebut memanggilnya dan berkata, “Amalan ibadahku memang hanya seperti apa yang engkau lihat. Hanya saja ada hal yang tidak engkau lihat. Bahwa aku berusaha untuk selalu jujur kepada siapapun.  Aku juga berusaha untuk tidak menyakiti hati orang lain. Selain itu aku selalu menjaga tali silaturahim." terang Saad.
Mendengar penjelasan lelaki itu Abdullah pun terkejut, dan berkata: “Demi Allah..., engkau benar - benar ahli surga. Ketiga amalan itulah yang belum dapat kuamalkan secara baik"
Dari kisah diatas dapat ditarik kesimpulan, ternyata yang membuat Saad dikatakan oleh Rasulullah sebagai ahli surga adalah BUKAN disebabkan karena ia tekun shalat malam, rajin shalat dhuha, rajin iktikaf, dan sering puasa Sunnah. 
Tetapi Saad dikatakan oleh Rasulullah sebagai ahli surga disebabkan lantaran ia istiqamah melakukan tiga hal yaitu:  Ia selalu (1) bersikap jujur, (2) tidak menyakiti hati orang lain, dan (3) menjaga tali silaturahim.  Sedangkan amalan ibadah mahdhahnya, seperti shalat malam, shalat dhuha, puasa, dan iktikafnya ia lakukan biasa-biasa saja.
Lantas bagaimana keistimewaan ketiga prilaku istimewa pemuda calon penghuni surga tersebut?
Pertama, Jujur.  
Jujur merupakan salah satu sikap yang sangat terpuji. Salah satu sifat mulia Rasulullah adalah sidiq (jujur).  Jujur adalah kesesuaian antara ucapan, sikap, tindakan dan juga niat dengan keadaan yang sebenarnyaSifat jujur itu berupa prilaku yang berterus terang, tidak menutupi, tidak dusta, tidak ingkar, tidak curang dan tidak riya’. Pemahaman “jujur” itu meliputi: a) Berterus terang (tidak menutupi), yaitu adanya kesesuaian antara informasi yang disampaikan dengan keadaan sesungguhnya; b) Tidak dusta, yaitu adanya kesesuaian antara perkataan dan kenyataan;  c) Tidak ingkar, yaitu kesesuaian antara janji/niat dan perbuatan; d) Tidak curang, yaitu kesesuaian antara komitmen dan perbuatan; dan e) Tidak Riya’, yaitu kesesuaian antara perbuatan dan kematangan hati.
Kedua, Tidak Menyakiti Orang Lain
Maksudnya adalah sikap dan perbuatannya tidak merugikan orang lain, yang membuat orang lain menjadi sedih, sakit hati, kecewa, dan bahkan menderita.
Rasulullah bersabda, bahwa seorang muslim adalah orang yang orang-orang muslim lainnya menjadi selamat dari (perbuatan buruk) lisan dan tangannya. Sedangkan orang yang beriman adalah orang di mana manusia lain merasa aman darinya.
Dari hadits di atas setidaknya kita dapat mengambil pemahaman, bahwa sebaik apa pun dia melakukan ibadah mahdlah, namun jika dia selalu merugikan orang lain, mengecewakan sesama, menyakiti oran-orang di sekitarnya, maka iman Islamnya seseorang tidaklah sempurna. Sehebat apa pun orang beribadah, jika ia banyak merugikan orang lain maka ia termasuk orang yang rugi alias bangkrut.
Dalam suatu riwayat, Nabi pernah menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang orang yang bangkrut.  Rasulullah menjelaskan, sesungguhnya orang yang bangkrut adalah orang yang rajin mendapat pahala dari shalat, puasa, zakat, puasa, dan dzikir, tetapi karena dia tidak memiliki akhlak yang baik, dia sering menyakiti hati orang, sering berbuat zalim, dsb.    Maka ketika hari kiamat pahala amalnya habis berpindah ke orang lain dan dosanya bertambah banyak lantaran dosa orang lain berpindah kepadanya.
Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada Hari Kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara bathil), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka." (HR Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).
Ketiga,  Menjaga Silaturahim.  
Pengertian silaturahim disini bukan hanya sekedar menjalin komunikasi dan pertemuan fisik antar kawan belaka, tetapi silaturahim yang mengandung unsur kepedulian, tolong menolong, empati, dan bersikap ramah terhadap sesama.  
Silaturahim adalah menyambung hubungan baik dengan keluarga, para karib dan kerabat, dengan perbuatan amal soleh sesuai dengan keadaan orang yang hendak dihubungi, terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, atau memberi bantuan tenaga, atau mengunjunginya, atau memberi salam, dan cara lainnya” (Syarh Shahih Muslim, 2/201).
Esensi dari silaturahim adalah hablum minan nas (berhubungan baik dengan sesame manusia).
  
Demikianlah tiga prilaku istimewa pemuda ahli surga yang membuat para sahabat nabi menjadi penasaran.  Ketiganya merupakan akhlak mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Bukannya tugas utama Nabi Muhammad diturunkan ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak. Rasulullah bersabda : Innama Buits’tu Li Utammima Ma Karimal Akhlak (Sesungguhnya aku diutus oleh Allah tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak. HR. Ahmad & Baihaqi). 
Akhlak mulia
Banyak hadis yang menyatakan bahwa untuk mengukur keimanan seseorang itu adalah diukur dari akhlaknya (prilaku sosial), bukan dari kesalehan individual (ibadah mahdhah).
Berikut 3 hadis tentang akhlak sosial.
a.  Rasulullah bersabda, khairunnas anfa’uhum linnas Manusia yang paling baik,  ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.  (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)
b.  Ketika Rasulullah ditanya, ”Amal apa yang paling utama?”.  Nabi yang menjawab, ”Seutama-utama amal ialah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman, yaitu melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan hutang-hutangnya.”  (HR. Ibnu Hajar Al-Asqalani)

c.  Rasulullah bersabda, "Aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya (kepedulian sosial), itu lebih aku cintai daripada ber-i’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya.”  (HR. Ath Thabrani 6/139)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar