Jumat, 18 Oktober 2024

Pembekalan Handler

BAB-1 TRAINING AGEN KLANDESTIN


1.1. Pembekalan Handler

Pada suatu malam yang dinginnya udara pegunungan menusuk hingga tulang, di sebuah wisma peristirahatan yang cukup luas di kawasan Puncak kota Bogor Jawa Barat, seorang lelaki paruh baya berdiri dihadapan dua puluh orang berpakaian hangat. Dia menyampaikan kata sambutan, sebagai pembekalan awal seorang handler kepada peserta training calon agen klandestin yang datang dari berbagai daerah.


"Selamat malam. Selamat datang di safe house yang nyaman dan indah ini. Trimakasih saudara-saudara telah datang tepat waktu dalam keadaan sehat penuh semangat. Saya senang, bisa berjumpa dengan kalian, sebagai orang-orang terpilih dan dipercaya oleh pimpinan kalian masing-masing untuk hadir disini. Nama saya Sudirman, saudara-saudara bisa menyapa saya dengan panggilan singkat pak Dirman."

"Saya mendapat kepercayaan dari pimpinan tertinggi markas besar menjadi handler untuk memimpin kalian dalam mengemban satu tugas yang amat penting. Kita akan melaksanakan tugas penting yang penuh tantangan dan harapan. Dua hal yang menjadi tantangan kita, yaitu pertama misi harus terlaksana sesuai keinginan user. Dan kedua, gerakan kita harus senyap, tak terlacak oleh siapapun.

Dengan begitu maka kita harus laksanakan Latihan pra-tugas ini dengan sungguh-sungguh, serta menjaga kerahasiaan yang tinggi. Saya sudah mengkalkulasi dan optimis, bahwa dengan potensi yang ada pada diri kalian maka tugas ini bisa kita laksanakan dengan baik."

Seluruh peserta pembekalan menyimak arahan Handler dengan seksama. Dalam benak pikiran mereka terbayang bahwa tugas yang akan diemban tidak jauh dari misi pembunuhan, penculikan, atau sabotase. Wauw... sangat menantang.

“Kita akan bersama-sama berada disini, di safe hause ini dan di wilayah puncak ini selama satu bulan. Selama rentang waktu itu kita akan melakukan serangkaian latihan pra-tugas sebagai persiapan pelaksanaan tugas khusus itu."

“Mengingat misi ini mengandung konsekuensi dan risiko yang cukup tinggi maka kita harus menjalani latihan ini dengan sungguh-sungguh, dan mematuhi semua aturan dengan disiplin yang tinggi, tujuannya untuk meminimalisir risiko keamanan dan kegagalan tugas.”

Seluruh pandangan mata peserta calon agen klandestin itu tak bergeming tertuju pada sosok lelaki berperawakan kecil yang sebagian rambutnya telah berwarna putih. Mereka menyimak kata demi kata yang meluncur dari mulut seorang handler yang penuh wibawa itu dengan hati berdebar. Pak Dirman menyampaikan pembekalannya dengan suara yang terdengar agak pelan namun gestur yang tenang dan mantab.

“Dalam penyelenggaraan pelatihan khusus ini," lanjut pak Dirman. "Saya dibantu oleh beberapa instruktur, yang merupakan agen senior yang sudah cukup banyak makan asam garam dalam tugas-tugas klandestin dengan tingkat kerahasiaan dan resiko yang tinggi.

Mereka adalah pak Lukas, yang akan mendampingi dan mengarahankan kalian dalam bidang teknis agen klandestin di lapangan. Kemudian ada pak Gripit, seorang instruktur yang ekspert di bidang aiti, teknologi informasi. Juga ada senior lain yang akan menyuport kalian di aspek psikologi sosial, yaitu pak Kerot. Dan beberapa instruktur dan agen pembantu yang akan membersamai kita selama latihan dan persiapan penugasan ini.

Ketika pak Dirman menyebut nama untuk memperkenalkan ketiga agen pendampingnya secara bergantian, maka pak Lukas, pak Gripit, dan pak Gatot segera berdiri dan tersenyum ramah sambil melambaikan tangan kepada para agen yunior yang tengah serius menyimak arahan handler. Sementara personel pendukung latihan lainnya, yang berjumlah lima belas orang turut serta bergabung dan menyimak kegiatan pembekalan itu di belakang peserta latihan.

"Ada beberapa hal penting yang harus saya sampaikan kepada kalian untuk dipatuhi dengan penuh rasa tanggung jawab," pak Dirman melanjutkan pembekalannya.

"Pertama. Beberapa saat lagi kalian akan berganti identitas. Kalian akan menerima KTP baru sebagai cover dokumen yang telah disiapkan oleh perusahaan. Setelah menerima KTP baru, kalian harus menyerahkan seluruh kartu identitas yang kalian bawa kepada staf perusahaan. Kemudian lupakan identitas lama dan ganti dengan identitas baru kalian. Hafalkan dan hayati identitas baru kalian, nama, alamat, lahir, dan pekerjaan kalian sesuai kartu identitas baru."

"Kedua," sambung pak Dirman. "Kalian harus segera menyiapkan cover story sesuai identitas baru dan keadaan sekarang. Buat cover story atau cerita karangan bagaimana kalian saat ini berada disini . Cerita karangan itu harus berbeda sama sekali dengan riwayat kalian sesungguhnya, dan harus mengalir secara logis dan realistis. Besok pagi cover story yang kalian buat akan kita uji.”

"Ketiga. Kumpulkan seluruh alat komunikasi yang kalian bawa, HP, laptop, dan sebagainya. Serahkan pada pak Gripit atau staf perusahaan. Kalian nanti akan menerima HP baru dengan nomor kontak baru. Setelah itu kalian dilarang keras berkomunikasi dengan keluarga, saudara dan kerabat manapun, baik melalui saluran komunikasi umum, apalagi dengan HP baru yang akan kalian terima.”

Perasaan seluruh peserta semakin menegang, baru kali pertama mereka menerima perintah semacam ini.

"HP baru itu hanya boleh digunakan untuk komunikasi dengan satu nomer kontak saja dari staf perusahaan kita ini, dan untuk komunikasi dengan akses-akses baru dalam kaitan latihan pratugas dan pada penugasan nanti. Karena bila digunakan kontak dengan keluarga atau kolega, maka itu menjadi kerawanan yang akan berakibat terbongkarnya jaringan klandestin kita ini."

"Pada jam sepuluh malam nanti seluruh alat komunikasi kalian harus sudah terkumpul pada staf perusahaan. Dan sebelum waktu itu tiba maka kalian diberi kesempatan untuk menghubungi keluarga dan beberapa kerabat penting, sampaikan kepada mereka bahwa kalian tidak bisa dihubungi untuk sementara waktu, dan tentu dengan berbagai alasan yang logis."

"Apabila ada berita yang sangat urgen dari keluarga, perusahaan menyiapkan satu nomor yang bisa mereka hubungi untuk menyampaikan pesan. Tapi ingat hanya dalam keadaan yang sangat urgen atau darurat."

Disisi luar ruangan, Rio dan Devis asyik menikmati asap rokok dan wedang ronde hangat. Berjaket hangat dan krepus penutup kepala tebal, kedua agen ini mendapat tugas mengamankan kegiatan, jangan sampai ada orang luar mendekat dan mendengarkan pembicaraan di dalam ruangan. Dibawah cahaya bohlam lampu yang remang-remang itu, sebenarnya mereka berdua ingin membuat perapian dari kayu bakar untuk menghangatkan badan, tapi tentu dilarang pak Dirman karena akan menarik perhatian masyarakat sekitar.

"Keempat, lanjut pak Dirman. "Apabila kalian mempunyai persoalan yang harus segera diselesaikan dalam waktu dekat, maka segera sampaikan kepada pak Kerot untuk mendapatkan solusi. Berikan dua nomor kontak keluarga saudara yang bisa dihubungi, bila nanti perusahaan memandang perlu untuk berkomunikasi dengan keluarga."

Dalam pembekalan awal handler malam itu, pak Dirman menyampaikan banyak hal dengan jelas, tegas, dan rinci, yang disampaikan dengan ekspresi serius walau sesekali diselingi dengan joke segar.

Pada bagian akhir pembekalan itu pak Dirman menutupnya dengan sebuah cerita anekdot, sehingga membuat suasana yang serius itu menjadi lebih cair penuh kekeluargaan.

(Cerita Anekdot)

Usai pembekalan handler oleh pak Dirman, malam itu juga seluruh peserta latihan pra-tugas saling berkenalan dengan identitas baru. Dan menjelang tidur istirahat malam, mereka berputar otak membuat cover story sesuai KTP baru yang telah diterimanya.   

#####

Tidak ada komentar:

Posting Komentar