Jumat, 25 Oktober 2024

Elisitasi Baru

Hanjar

WAWANCARA / ELISITASI

1.  Umum.   Pada dasarnya wawancara adalah percakapan orang dengan orang dengan tujuan tertentu sesuai dengan kepentingannya masing-masing.   Percakapan tersebut dilakukan melalui tanya jawab dimana secara moralitas kedudukan si penanya dengan yang ditanya (yang menjawab) adalah sama dan sederajat. Berbeda dengan interogasi dimana kedudukan si penanya lebih tinggi dari yang ditanya (yang menjawab). Dalam arti kita yang ditanya berada dibawah tekanan si penanya.    Wawancara yang dilakukan oleh wartawan, dokter, mahasiswa tentunya sangat berbeda maksud, tujuan dan kepentingannya dengan petugas personil intelijen.

       Satu hal yang pasti bahwa wawancara selalu bertujuan untuk mendapatkan/ mengumpulkan informasi yang dibutuhkan atau menambah wawasan  bagi si pewawancara. Petugas Intelijen melakukan wawancara yang sifatnya tertutup dalam suatu kegiatan/operasi intelijen, kontra intelijen atau mewawancarai anggotanya sendiri dalam rangka debriefing atau terhadap seseorang yang melakukan pelanggaran security sehingga  diketahui motivasinya (dalam rangka pengusutan).      

       Wawancara dapat digunakan untuk memperoleh fakta yang obyektif misalnya wawancara terhadap orang yang menyaksikan  terjadinya suatu peristiwa dan untuk memperoleh fakta yang subyektif misalnya pendapat atau pikiran seseorang mengenai sesuatu hal.

      Wawancara Intelijen merupakan salah satu teknik  dari penyelidikan yang paling sering digunakan dalam, pengumpulan bahan keterangan (informasi). Pengetahuan tentang wawancara perlu dimiliki oleh setiap petugas intelijen sehingga mampu melaksanakan kegiatan/operasi intelijen.

4.   Pengertian. 

a.    Wawancara.    Adalah salah satu cara untuk mengumpulkan bahan keterangan (informasi) yang dilakukan dengan tanya jawab (percakapan). Orang yang diwawancarai,  bebas mengeluarkan pendapat dan dia menyadari bahwa dia sedang memberikan informasi. 

b.    Pancingan atau   penanyaan   secara   tidak   langsung    (eliciting). Adalah wawancara yang dilakukan terhadap seseorang dimana orang yang diwawancarai tersebut tidak menyadari bahwa dia sedang memberikan informasi yang diinginkan pewawancara dan mungkin juga tidak mau memberikan informasi yang diinginkan tersebut.

c.    Debriefing (pose mission Interview).    Adalah wawancara yang dilakukan terhadap agen (anggota sendiri) yang baru saja menyelesaikan tugasnya.      Gunanya 
untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang pelaksanaan tugasnya dan hasil yang diperolehnya selama melakukan tugas tersebut. Selain itu untuk mengetahui produktivitas dan loyalitas agen terhadap tugasnya.
 
d.    Wawancara Intelijen Klandestin.    Adalah wawancara yang dilakukan secara terang-terangan,  orang yang ditanya bebas mengeluarkan pendapat dan menyadari bahwa dia sedang memberikan informasi tetapi tidak mengetahui tujuan dari orang yang mengadakan wawancara. Dengan kata lain tidak dapat menyadari informasi apa sebenarnya yang menjadi tujuan pokok dari wawancara tersebut.

9.     Macam wawancara intelijen. Terdapat tiga macam wawancara intelijen klandestin yaitu wawancara eksplorasi, wawancara kontak dan wawancara produktif.

a.         Wawancara  Eksplorasi (Exploratory Interview).      Wawancara ini bertujuan mengadakan eksplorasi atau penggalian informasi yang menyangkut data biografi sasaran. Data tersebut antara lain kepribadian, sifat-sifat, kebiasaan, tingkah laku, hobby, sikap emosi, pendapat, motivasi. Dengan mengetahui data biografi ini dapat ditentukan pendekatan yang paling tepat dalam wawancara kontak. Dalam usaha mengumpulkan data tersebut sering digunakan melalui pancingan (eliciting). Untuk wawancara ini syarat khusus bagi setiap pewawancara sangat banyak membantu kelancaran jalannya wawancara. Kemungkinan besar tahap inilah yang disebut oleh golongan komunis sebagai tahap penggarap. 

b.         Wawancara Kontak (Contact Interview).         Wawancara ini merupakan lanjutan dari wawancara eksplorasi dan bertujuan memperat rasa persahabatan dan menciptakan saling pengertian serta saling percaya mempercayai atau dengan kata lain bertujuan menciptakan rapport. Wawancara ini dapat dilakukan oleh pewawancara yang melakukan wawancara eksplorasi ataupun oleh orang lain yang memanfaatkan hasil wawancara eksplorasi tersebut. Wawancara ini menjadi landasan bagi wawancara produktif karena orang yang diwawancarai baru mau memberikan informasi bila dalam hatinya tidak ada rasa enggan rasa kecurigaan.        Mungkin tahap inilah yang disebut oleh golongan komunis sebagai tahap pembinaan. 

c.         Wawancara Produktif ( Productive Interview).   Wawancara ini merupakan lanjutan dari wawancara kontak dan bertujuan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari orang yang diwawancarai.

Orang yang diwawancarai tidak boleh mengetahui informasi apa yang sebenarnya kita butuhkan; oleh sebab itu pembicaraan dibawa kepada soal atau masalah yang sifatnya umum dan kemudian salah satu aspek dari masalah itu menjadi pusat perhatian kita tetapi orang yang diwawancarai tidak menyadari tentang perhatian kita itu.            

Apabila kita sudah mendapatkan  fakta yang kita inginkan, kita alihkan pembicaraan kepada aspek lain dari masalah itu dan secara pelan-pelan kita kembali lagi kepada aspek yang menjadi pusat perhatian kita tersebut.  Begitulah berulang-ulang kita lakukan sampai seluruh fakta-fakta yang diinginkan sudah terkumpul.

1)         Sebaiknya ketiga macam wawancara ini dilakukan secara terpisah dalam waktu tertentu.  Apabila tahap wawancara eksplorasi dianggap sudah lengkap baru berpindah ketahap wawancara kontak dan bila kontak atau rapport sudah tercapai baru pindah ketahap wawancara produktif.

2)     Tetapi ada kalanya karena waktu mendesak pewawancara terpaksa langsung kepada wawancara produktif yaitu langsung pada pengumpulan informasi.  Pengumpulan ini akan berhasil apabila pewawancara mulai dengan eksplorasi untuk mempelajari kepribadian orang yang diwawancarai, kemudian mengadakan pendekatan yang didasarkan pada hasil wawancara eksplorasi tersebut dan berusaha menciptakan rapport. Bila rapport sudah tercipta barulah dimulai wawancara produktif.

3)    Dengan demikian persyaratan khusus bagi setiap pewawancara benar-benar dibutuhkan untuk meperlancar jalannya wawancara.


2)       Pokok-pokok Penting Dalam Perencanaan Wawancara Intelijen Klandestin.            

Dalam perencanaan harus diperhitungkan dan dipertimbangkan tentang tugas, analisa tugas, penentuan sasaran, analisa sasaran, pemilihan sasaran, indikasi sasaran, batas waktu wawancara, dan penentuan siapa yang akan melakukan wawancara.

 a)   Tugas (Mission).    Pewawancara dan perencana harus mengerti dan memahami tentang tugas yang diberikan oleh atasan. Tugas tersebut tidak boleh ditambah ataupun dikurangi.  

b)         Analisa Tugas (Mission Analysis).     Analisa tugas adalah memperinci tugas sehingga dapat ditentukan cara dan alat pelaksanaan tugas yang paling baik.    Analisa tugas ini bertujuan pula  :  

(1)        Untuk mengetahui batas-batas tugas.  

(2)        Untuk menyadari dan menyelami jalan pikiran atasan yang memberikan tugas.  

(3)        Untuk testing (pengujian) bagi pewawancara atau perencana apakah dia mengerti tentang tugas yang diberikan tersebut. 

c)         Penentuan sasaran (Target Determination).    Dalam menentukan sasaran didasarkan kepada kebutuhan informasi. Barulah ditentukan dulu sasaran umum kemudian dipersempit menjadi sasaran khusus dan dipersempit lagi menjadi sasaran terakhir.

(1)        Menentukan Sasaran Umum (General Target).          Sasaran umum ini terdapat disuatu daerah tertentu atau didaerah tersebut banyak terdapat orang-orang yang dapat dijadikan sasaran wawancara.  

(2)        Menentukan Sasaran Khusus (Specific Target). Dari sasaran umum tersebut diteliti lebih mendalam  siapa-siapa yang paling cocok dijadikan sasaran. Tentunya orang-orang yang mengetahui banyak tentang informasi yang kita butuhkan.  

(3)   Menentukan. 

(4)   Sasaran Akhir (Final Target). Berdasarkan hasil dari penentuan sasaran khusus disaring lagi beberapa orang setidak-tidaknya empat atau lima orang yang diperkirakan paling banyak mengetahui informasi yang kita perlukan.  Orang-orang inilah nantinya dianalisa dan dipilih sebagai sasaran wawancara. 

c)         Analisa Sasaran (Target Analisa).      Dalam penganalisaaan sasaran dapat digunakan empat pegangan yaitu kesesuain sasaran, kerawanan sasaran, hak menghubungi sasaran oleh pewawancara dan kemampuan pewawancara.

(1)        Kesesuaian Sasaran (Target Suitability).        Apakah sasaran sesuai dijadikan sebagai sasaran ? Hal ini dihubungkan dengan tugas atau informasi yang ingin kita kumpulkan.  Kalau dibutuhkan informasi tentang politik maka harus dipilih ahli politik yang menguasai permasalahannya.  

(2)        Kerawanan Sasaran (Target Vulwerabilty).   Harus dipertim-bangkan hal-hal apa yang merupakan kerawanan sasaran kerawanan ini dapat berupa kerawanan fisik dan jiwa. Misalnya seorang yang sangat cinta sekali kepada anaknya sehingga ia tidak sanggup dipisahkan dari anak itu merupakan kerawanan jiwa.   Kerawanan ini dapat dimanfaatkan dalam rangka menguasai sasaran.   

3)        Acces Pewawancara (Interview's Accessibilty). Perlu dipertimbangkan hak yang ada pada pewawancara untuk menghubungi sasaran. Biasanya acces ini didukung oleh kedok (cover) baik kedok pribadi, cerita sebagai kedok maupun dokumen sebagai kedok.    

4)        Kemampuan Pewawancara (Interview's Capabilty).              Kemampuan pewawancara dalam mengumpulkan informasi atau melakukan wawancara. Setidak-tidaknya tingkat pendidikan dari kedua belah pihak harus seimbang.            Pewawancara harus menguasai tehnik-tehnik wawancara. Contoh yang sederhana mengenai analisa sasaran ini dilakukan oleh tukang sayur yang menjajakan dagangannya.      Ia selalu dapat menyesuaikan dirinya dengan sifat-sifat langganan. Apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah analisa sasaran.  Dalam pengenalisaan sasaran ini diperlukan pengetahuan dan perasaan secara tepat mengenai sifat-sifat manusia dan pekerjaannya.

d)     Pemilihan sasaran (Target Selection).         

Berdasarkan hasil penganalisaan terhadap sasaran yang menyangkut kesesuaian kerawanan dan penganalisaaan terhadap acces dan kemampuan peawancara dipilihlah sasaran pokok, sasaran pengganti dan sasaran darurat.   Dalam pemilihan sasaran ini penentuan keempat hal tersebut didasarkan pada kebutuhan dan apa yang kita ketahui tentang pewawancara.  Walau bagaimananpun faktor subjecktif penganalisaan tidak dapat dihindarkan.   Walau demikian dapat digunakan angka  0 - 10 sebagai ancar-ancar angka penilaian.   Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang acces dan kemampuan pewawancara karena walau bagaimananpun baiknya sasaran, hasil wawancara tergantung pada keterampilan pewawancara itu sendiri.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar