1.3. INFILTRASI
Setelah metuntaskan materi pengamanan safe house, tugas berikutnya bagi peserta training adalah infiltrasi. Dalam dunia intelijen, infiltrasi merupakan kegiatan memasuki suatu wilayah dimana ada target di dalamnya, sehingga mereka akan berhadapan dengan oposisi yang harus diatasi karena dapat menghambat atau menggagalkan misinya.
Peserta pelatihan mendapat tugas melaksanakan infiltrasi ke beberapa sasaran yang berbeda secara terpisah dengan waktu yang berbeda. Keseluruhan peserta yang berjumlah dua puluh orang dibagi menjadi empat kelompok, sehingga tiap kelompok terdiri dari lima orang peserta. Masing-masing kelompok didampingi oleh seorang agen pembantu, sebagai pengarah dan pengawas.
Pak Lukas selaku intruktur latihan berseru kepada seluruh peserta untuk menyampaikan tugas dan perhatian, "Saudara-saudara, kalian sudah mendapatkan wilayah sasaran masing-masing untuk tugas infiltrasi. Ada empat sasaran infiltrasi, sehingga tiap kelompok melaksanakan infiltrasi ke sasaran yang sama. Meski begitu kalian tidak diperkenankan melaksanakan dalam waktu yang sama, dan juga diberlakukan kaidah kompartementasi antar agen peserta.”
“Hal-hal yang harus kalian lakukan adalah,” Pak Lukas mengacungkan satu jarinya. “Pertama, pahami karakteristik sasaran. “Kedua, persiapkan kedok, dan perhatikan oposisi. Persiapkan kedok secara matang, baik kedok dokumen maupun kedok stori.” Sebelum meninggalkan safe house, kalian akan mendapatkan briefing dari instruktur pendamping. Disitu kalian akan akan diberi pemahaman tentang sasaran. Setelah itu dilakukan uji cover,” lanjutnya.
Uji Cover.
Cover atau kedok adalah sesuatu yang digunakan oleh seorang agen intelijen untuk menyembunyikan identitas asli atau tujuan sebenarnya dari pihak oposisi. Kedok bisa berupa identitas palsu, penampilan fisik, atau bahkan perilaku. Tujuan utama kedok adalah memungkinkan agen untuk beroperasi di wilayah lawan tanpa terdeteksi.
Anggit, salah seorang peserta pelatihan harus mengubah kedok ceritanya, lantaran dinilai kurang logis dan realistis setelah mendapatkan sejumlah pertanyaan dari instruktur dan empat orang rekan kelompoknya dalam kegiatan uji cover. Dia membuat karangan cerita sebagai mahasiswa yang akan melakukan penelitian untuk skripsi kuliahnya, padahal di wilayah sasaran tidak akan dijumpai obyek penelitiannya.
Peserta lain yang harus mengganti penampilannya adalah Mail. Pakaian yang dikenakan pada kegiatan sore itu tidak sesuai dengan situasi lingkungan sasaran. Dengan penampilan mentereng itu akan membuatnya jadi perhatian masyarakat sekitar sasaran. Hal itu akan menjadi hambatan bagi dirinya untuk melakukan aktivitas secara leluasa.
Pada umumnya seluruh peserta telah menguasai identitas barunya, sesuai kedok dokumen berupa ktp palsu yang diterimanya. Bahkan rekan kelompok mengenal nama setiap peserta dengan nama baru, nama aslinya mereka tidak tahu.
Selain kedok dokumen (cover document) dan kedok riwayat (cover story), masih ada satu lagi jenis kedok yang dikenal secara umum dalam dunia intelijen yang dipergunakan agen mendukung aktifitasnya di wilayah sasaran, yaitu kedok alasan (cover action). Kedok alasan dipergunakan sebagai argumentasi untuk mempermudah akses mendekati sasaran dengan tidak menimbulkan kecurigaan.
Oposisi dan Kompartementasi
Pada sebuah kavetaria yang berada di sekitar obyek sasaran, Truman dan Agus, dua orang peserta training duduk pada dua buah kursi yang berseberangan. Meskipun tidak berada satu meja, namun nampak mereka sedang berbicara cukup akrab.
Menyaksikan peristiwa itu, Nunung, seorang mentor wanita selaku pengawas training mendekatinya. Sambil memesan segelas kopi late pada waiter, Nunung mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari posisi mereka berdua. Dia mengambil ponsel dari tasnya dan pura-pura menelpon seseorang, padahal alat komunikasinya tidak dalam posisi on-line. Nunung bicara dengan suara pelan, namun kata-katanya terdengar jelas oleh kedua peserta training. Mereka berdua diminta untuk menjaga kompartementasi dan segera mengakhiri pertemuan. Disampaikan pula bahwa tindakan mereka berdua termonitor oleh CCTV gedung. Mendengar teguran dari pengawasnya, segera Truman meninggalkan tempat itu tanpa menengok dan bicara sepatahpun pada Agus.
Pada situasi yang lain, di suatu tempat yang tidak terlalu ramai pengunjung, Sigit nampak aktif mengangkat smartphonenya. Dia sedang mengambil gambar sudut-sudut gedung yang tidak semestinya diambil gambar oleh pengunjung. Selang waktu yang tidak terlalu lama, smartphonenya bergetar dengan bunyi nada panggilan dari nomor staf perusahaan. Pak Gripit menyampaikan laporan agen pengawas di lapangan, terkait tindakannya yang barusan dilakukan. Hal itu merupakan tindakan yang berisiko, karena menimbulkan kecurigaan oposisi dan menjadi kerawanan terhadap kerahasiaan kegiatan agen klandestin di lapangan, karena terpantau oleh cctv oposisi.
Lain lagi dengan kasus Wendi, seorang peserta yang terlalu lama berada di satu lokasi wilayah sasaran. Dia nampak mondar mandir melintasi satu titik lokasi lebih dari tiga kali lintasan. Hal itu dilakukan karena alasan agar mendapatkan detail obyek dari sasaranya untuk kesempurnaan laporan.
Berbeda halnya dengan seorang peserta lain bernama Royan, yang melakukan hal serupa dengan kasus kesalahan tindakan Wendi. Dia memerlukan waktu yang agak lama untuk datang kembali menuju lokasi pengamatan. Itupun dilakukannya dengan penampilan agak beda, mengenakan kacamata dan topi untuk datang ke lokasi yang sama.
Pada tugas kegiatan pengumpulan informasi itu, satu kelompok yang terdiri dari lima orang peserta mendapatkan target sasaran yang sama, sehingga mau tak mau mereka akan saling bertemu di wilayah sasaran kegiatan yang sama. Untuk menjaga kerahasiaan kegiatan maka diberlakukan kaidah intelijen yang dikenal dengan istilah kompartementasi. Antar agen ketika berada di lapangan operasi dilarang saling berkomunikasi, baik verbal maupun dengan isyarat. Mereka harus terkesan seakan tidak saling mengenal satu sama lainnya. Bila dalam satu situasi mereka terpaksa berada dalam satu ruang jarak yang sempit, maka mereka harus bersikap dan bertindak natural seperti masyarakat lain yang tidak saling kenal.
1.4. SURVEILLANCE
Setelah peserta latihan berada di wilayah sasaran yang rawan ancaman oposisi, tugas berikutnya adalah surveillance. Dalam dunia intelijen surveillance adalah kegiatan pengawasan, pemantauan, atau pengamatan terhadap suatu obyek, berupa individu, kelompok, lingkungan, atau wilayah, dengan tujuan mengumpulkan informasi intelijen.
Surveillance dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu pengamatan penggambaran (Matbar), penjejakan fisik terhadap seseorang, penyadapan percakapan telepon, foto intel, pemantauan cctv, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan surveillance, hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga kerahasiaan kegiatan. Informasi yang diperoleh melalui kegiatan surveillance ini sangat penting dalam proses analisis intelijen untuk mengungkap berbagai hal, seperti potensi ancaman.
Pengamatan & Penggambaran
Disebuah taman wisata yang cukup ramai pengunjung, Joko nampak asyik tengah membaca dan merespons whatsapp yang masuk pada ponselnya. Di tengah-tengah aktivitas respons whatsappnya, ia mengangkat alat komunikasinya itu untuk berswafoto. Tindakan itu nampak sebagai aktivitas yang wajar di era saat ini. Tetapi sesungguhnya pada kegiatan selfie itu ada maksud tersembunyi, yaitu latar belakang gambarnya adalah seseorang atau aktifitas yang menjadi obyek sasarannya. Ia dengan cermat memilih sudut pandang agar obyek tersebut terekam dengan jelas namun tidak terlalu mencolok.
Joko melakukan swafoto dengan durasi waktu yang cepat. Tidak terlalu penting gambar wajah dirinya, miring atau hanya terkena sebagian, yang penting adalah gambar visual obyek sasarannya. Setelah selesai mengambil foto, Joko mengirimkan gambarnya pada nomor perusahaan dan segera menghapusnya dengan cepat. Ia tak ingin meninggalkan jejak digital yang dapat mengarah pada identitasnya.
Aktivitas yang dilakukan oleh Joko itu adalah pengumpulan informasi dengan metode pengamatan dan penggambaran (Matbar). Untuk menjaga kerahasiaan kegiatannya, Joko melakukannya dengan cara swafoto sebagai teknik kamuflase untuk mengelabuhi perhatian oposisi. Tindakan itu dalam dunia intelijen dikenal dengan istilah cover action atau kedok alasan. Tujuan cover action adalah untuk menyembunyikan atau mengelabuhi aktivitas sebenarnya, sehingga nampak sebagai aktivitas yang wajar tanpa mengundang kecurigaan.
Dalam hal menjaga keamanan kegiatan pengumpulan informasi di lapangan, seorang agen klandestin memerlukan cara atau teknik untuk menghindari kecurigaan masyarakat umum, bahkan pantauan petugas keamanan. Selain dengan cara swafoto, teknik kamuflase lain dalam penggambilan gambar foto atau video target adalah dengan cara video call. Dalam aktivitas vical itu camera ponsel mengarah pada target untuk merekamnya.
Metode lain untuk menjaga kerahasiaan kegiatan Matbar adalah dengan teknik konselmentasi, yaitu suatu tindakan untuk menyembunyikan keberadaan sesuatu, baik orang maupun benda dari pantauan oposisi. Seperti misalnya mengemas ponsel sedemikian rupa, atau meletakkannya di dalam kantong baju untuk merekam video sasaran.
Dalam pengamatan visual, bisa juga menggunakan kacamata gelap untuk menyamarkan pandangan mata agen dari perhatian oposisi.
Elisitasi
Di sudut kafe yang sepi, Amran duduk berhadapan dengan seorang karyawan sebuah perusahaan teknologi. Dengan senyum tipis yang ramah, Amran mencairkan suasana dengan menawarkan rokok yang bungkusnya sudah terbuka. Yayan, begitu nama karyawan itu setelah berkenalan menyambut obrolan Amran dengan hangat.
Amran memulai percakapan tentang pekerjaan surveinya, lalu berlanjut mengajukan pertanyaan ringan kepada Yayan, “sudah berapa lama bekerja disini pak?” Yayanpun meresponnya, bahkan bercerita tentang keadaan perusahaan dan para karyawan yang kebanyakan masyarakat setempat.
Amran menyisipkan beberapa pertanyaan yang terkesan tidak berkaitan, namun sebenarnya bertujuan untuk menguji reaksi Yayan dan mencari celah informasi. "Bagaimana dengan gaji karyawan di perusahaan ini? Apakah mereka cukup sejahtera?"
Perlahan-lahan, Amran mulai mengarahkan pembicaraan ke topik-topik yang lebih spesifik. "Saya tertarik dengan perusahaan ini, suatu saat saya ingin berjumpa dengan GM-nya untuk menjalin kerjasama. Bisakah bapak membantu saya nanti?" tanya Amran. Yayan merespon dengan antusias, yang tentu dengan sedikit harapan akan mendapatkan sesuatu dari Amran.
Setelah ngobrol sedikit agak panjang, pertanyaan mulai mengarah pada target, yaitu tentang direktur utama perusahaannya. Tanpa curiga Yayan menjelaskan apa yang ia ketahui tentang direkturnya. Yayan tak menyadari bahwa informasi yang disampaikannya, walau hanya sedikit tapi menjadi info yang cukup berharga bagi Amran untuk melangkah pada tahap berikutnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh Amran adalah elisitasi. Dalam intelijen elisitasi merupakan sebuah teknik untuk memperoleh informasi dari seseorang melalui percakapan tanpa disadari bahwa mereka sedang memberikan keterangan penting bagi agen intelijen. Elisitasi bisa juga disebut sebagai pertanyaan pancingan.
Elisitasi merupakan kegiatan komunikasi verbal yang sangat berbeda dengan kegiatan wawancara ataupun interogasi. Pada kegiatan elisitasi yang dilakukan oleh agen intelijen, suasananya cenderung nyaman dan informal. Sedangkan pada wawancara yang dilakukan oleh wartawan atau dokter, suasanyanya cenderung formal, dan pihak yang ditanya menyadari bahwa dirinya sedang memberi keterangan yang sebenarnya sesuai kebutuhan. Sementara kegiatan interogasi yang dilakukan oleh aparat keamanan, suasananya cenderung tegang.
Pada kegiatan tanya jawab intelijen, agen sebagai elisitor akan berusaha menciptakan suasana yang nyaman dan informal agar sasaran elisitasi merasa terbuka untuk berbagi informasi.
Counter Surveillance
Dalam perjalanan kembali menuju safe house, Andri sempatkan waktu untuk singgah ke mini market. Dari dalam mini market, pandangan matanya menembus kaca jendela keluar tertuju pada sosok mencurigakan yang berdiri di tempat parkiran motor. Dia mengenakan jaket warna krem dan bertopi hitam dengan logo LA. Sosok dengan ciri-ciri serupa itu rasanya juga terlihat mondar mandir saat dirinya keluar dari gedung targetnya tadi.
Setelah Andri membeli sebungkus rokok, ia meninggalkan mini market itu dan menaiki kendaraan umum angkutan kota ke arah safe house. Di dalam angkot yang penuh sesak itu, sesekali ia melirik kea rah belakang, memastikan bahwa sosok mencurigakan itu masih mengikutinya.
Dia turun lagi dari moda transportasi umum itu dan memasuki pusat perbelanjaan Matahari Depart Store, suatu tempat perbelanjaan yang cukup luas dan ramai pengunjung. Andri menuju ke bagian pakaian dan berkeliling santai sambari mengamati situasi di sekitarnya.
Setelah beberapa lama berputar-putar, Andri bermanuver keluar melalui pintu belakang dan segera naik ojek. Tujuannya kali ini adalah Garden Valley sebuah taman wisata yang berada di arah berlawanan dengan safe house.
Andri memilih Garden Valley sebagai tempat singgahan untuk mengelabuhi pengikutnya. Dengan suasana yang ramai dan banyaknya pengunjung, ia yakin akan sulit bagi sosok misterius itu untuk terus memantaunya.
Setelah sekitar satu jam di taman, ia kembali perjalanannya menuju safe house melalui rute yang berbeda, yaitu rute alternatif seperti yang telah digambarkan pada sket-B pengamanan safe house. Semua Langkah yang diambil Andri ini merupakan bagian dari prosedur counter surveillane yang telah diajarkan oleh Pak Dirman kemarin saat pengarahan menjelang infiltrasi. Pak Dirman selalu menekankan pentingnya untuk selalu waspada, karena dalam dunia intelijen sekecil apapun informasi, bisa menjadi petunjuk yang sangat berharga.
Dengan berhasil mengelabui penguntitnya, Andri merasa lega. Namun, ia tetap tidak boleh lengah. Ancaman bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Ia harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan. Bila keberadaan safe house sampai terdeteksi oleh lawan maka itu akan menjadi masalah besar, bukan hanya bagi pribadinya namun juga bagi organisasi klandestinnya.
Tindakan yang dilakukan oleh Andri selaku agen klandestin adalah counter surveillance atau kontra penjejakan. Andri telah melakukan counter surveillance dengan baik sesuai prosedur keamanan intelijen. Dia telah melakukan tahapan kontra, yaitu deteksi terhadap keberadaan oposisi, saat singgah di mini market. Lalu tindakan desepsi, dengan memasuki pusat perbelanjaan matahari dept store. Selanjutnya escape menuju ke Garden Valley, yang lokasinya berlawanan dengan arah menuju safe house. Dan langkah terakhir adalah tindakan safety, dengan mengambil jalan alternatif untuk menuju safe house.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar