Islam (bahasa Arab: الإسلام, translit. al-islām, dengarkan) adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh seorang nabi (agama samawi) yang mengajarkan monoteisme tanpa kompromi, iman terhadap wahyu, iman terhadap akhir zaman, dan tanggung jawab.[1] Bersama para pengikut Yudaisme dan Kekristenan, seluruh muslim–pengikut ajaran Islam–adalah anak turun Ibrahim.[2] Islam diikuti oleh 1,8 miliar orang di seluruh dunia sehingga menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen.[3]
Kata “islām” berasal dari bahasa Arab aslama - yuslimu dengan arti semantik sebagai berikut: tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā), masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām).[4] Dari istilah-istilah lain yang akar katanya sama, “islām” berhubungan erat dengan makna keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.[5]
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-hukum-Nya.[6] Hal ini disebutkan dalam firman-Nya
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”
|
| ||
Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup.[5] Seorang muslim mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai usaha untuk memahami hikmahnya.[5]
Islam sebenarnya juga dipakai untuk menyebut keyakinan monoteistik yang diyakini bersama oleh agama-agama samawi (saat ini Judaisme dan Kekristenan); lihat QS al-Maidah ayat 44, QS Ali Imran ayat 67 dan 52.[7] Namun, Islam lebih populer digunakan untuk agama yang dibawa oleh Muhammad sebagaimana terdapat dalam sebuah ayat Alquran yang diturunkan di akhir-akhir masa kenabiannya:[8]
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.
| |||
Islam dapat juga disebut dengan iman, millah, dan syariah dalam pengertiannya sebagai aturan yang diturunkan oleh Allah melalui para utusan yang mencakup kepercayaan, keyakinan, adab, akhlak, perintah, dan larangan.[9] Agama Islam berdasarkan kewajiban untuk berserah diri dan menunaikan ajarannya disebut islam; jika dilihat berdasarkan kepercayaan terhadap Allah dan yang Dia turunkan, maka disebut iman; karena Islam itu diktatif dan terdokumentasikan, maka disebut millah; dan karena sumber hukumnya adalah Allah, maka disebut syariah.[9]
Islam adalah sebuah kepercayaan dan pedoman hidup yang menyeluruh.[10] Dalam Islam diajarkan pemahaman yang jelas mengenai hubungan manusia dengan Allah (dari mana kita berasal), tujuan hidup (kenapa kita di sini), dan arah setelah kehidupan (ke mana kita akan pergi).[10] Muslim adalah orang yang memeluk ajaran Islam dengan cara menyatakan kesaksiannya tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad.[10]
Allah, menurut ajaran Islam, adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, memiliki nama-nama terbaik, dan memiliki sifat dan karakter tertinggi.[11] Ajaran monoteisme Islam disebut tauhid, yang didefinisikan sebagai pengesaan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan Tuhan dan yang Dia wajibkan.[12] Pengesaan Allah dalam hal-hal kekhususan Tuhan dibagi menjadi dua bahasan: tauhid rububiyah dan tauhid asma' wash-shifat, sedangkan pengesaan Allah dalam hal-hal yang Dia wajibkan dibahas dalam tauhid uluhiyah.[13]
&&&&&
Secara garis besar setiap agama mempunyai tiga unsur penopang keyakinan, yaitu: Satu, ‘Tuhan’ yang disembah. Dua, ‘Kitab Suci’ yang dipedomani. Tiga, ‘Nabi’ atau ‘Rasul’ atau “penyebar agama” yang diikuti. Ketiga unsur itu ada pada semua agama atau aliran spiritual yang berkembang di dunia, antara lain Yahudi, Kong Hu Cu, Zoaster, Hindu, Budha, Kristen dan Islam.
ISLAM adalah
agama yang meyakini bahwa ‘Allah’ sebagai satu-satunya tuhan pencipta dan
pengatur seluruh alam semesta[1],
dan ‘Nabi Muhammad’ sebagai rasul Allah yang menyampaikan
kebenaran firman-firmanNya[2],
serta ‘Al-Quran’ sebagai kitab suci yang menjadi pedoman dalam
menjalani kehidupan agar dicapai kebahagiaan dunia dan akhirat[3].
Islam memberikan informasi yang
sangat jelas dan gamblang tentang hakekat Tuhan Allah dan figur Nabi Muhammad, serta
kebenaran isi kandungan Kitab Suci Al-Qur’an. Informasi kebenaran itu hingga kini tidak ada
seorangpun yang menyangkalnya. Hal ini
bisa jadi tidak terdapat pada agama lain.
Pertama,
tentang Tuhan Allah.
ALLAH adalah dzat (sesuatu yang bukan benda) pencipta dan pengatur seluruh alam semesta,
yang tidak berawal dan tidak berakhir, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya. Dia adalah Tuhan yang ‘Esa’ (tunggal, tanpa sekutu), satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, yang Maha Kuasa, Maha
Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil, Maha Berkehendak, yang segala sesuatu
bergantung kepada-Nya.[4]
Gambaran Islam tentang Tuhan berbeda dengan agama
atau aliran spiritual lainnya. Bagi
Islam: Allah adalah Tuhan yang Esa (tunggal), yang tidak bersekutu dengan Tuhan
lainnya, yang tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan keturunan, serta tidak
mempunyai keluarga (Quran 112: 1-4). Allah juga tidak bisa digambarkan dalam
wujud apapun -- seperti patung atau benda lainnya – karena Dia tidak serupa dengan apapun
(Quran 42: 11).
Kedua,
tentang Nabi Muhammad.
MUHAMMAD
adalah seorang nabi atau rasul Allah yang menerima wahyu berupa petunjuk
kebenaran dari Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Firman
Allah, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya:107)
Muhammad bukanlah keturunan raja atau
bangsawan, yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan besar. Beliau lahir dari
keluarga miskin, dalam keadaan yatim (ditinggal mati ayahnya), di suatu kawasan
yang kering dan tandus (jazirah Arab), dan pada situasi zaman yang penuh
kekacauan (Jahiliyah). Kehidupan masa kecil dan remaja beliau adalah
pengembala kambing, membantu pamannya berdagang, bekerja pada seorang saudagar,
dan kemudian menjadi pedagang besar.
Karena potensi dan kepribadiannya yang unggul -- cerdas, jujur, adil, bijaksana, dan
berintegritas -- maka kemudian beliau tampil
sebagai pemimpin yang sangat dipatuhi, disegani dan dicintai oleh para pengikutnya,
yang semakin hari semakin bertambah banyak.
Muhammad bukan hanya sekedar sebagai pemimpin
kota Mekah dan Madinah saja, tetapi kekuasaannya melebar ke seluruh wilayah Arab.
Bahkan sepeninggal beliau pengaruh ajaran
berkembang semakin meluas, dan perintahnya diikuti oleh masyarakat dunia mulai
dari Mesir, Afrika Utara, Spanyol hingga Eropa.
Meskipun kekuasaannya melebihi seorang kaisar,
namun kehidupan Nabi Muhammad sangatlah sederhana. Rumah beliau kecil, berpakaian
sangat sederhana, dan tidur beralaskan tikar dari anyaman daun kurma. Beliau
mengerjakan pekerjaan rumah, menjahit pakaian yang robek dan memerah susu
kambing dengan tangannya sendiri. Beliau
sering membantu orang-orang lemah dan miskin. Bila sedang menunggang unta atau
tunggangan lainnya tidak segan untuk memboncengkan pembantu atau hamba sahaya
bersamanya.
Muhammad adalah seorang nabi
yang menyampaikan ajaran agama Islam dengan penuh kasih sayang. Agama yang
rasional dan penuh nilai-nilai universal. Agama yang mengajarkan toleransi, kasih sayang,
menghormati hak orang lain, menghargai wanita, dan nilai-nilai kebajikan
lainnya.
Maka pantaslah bila DR. Michael H. Hart,
seorang peneliti dari Universitas Maryland Amerika Serikat menempatkan Nabi Muhammad pada ranking pertama sebagai tokoh yang paling
berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
Dr. Hart menuangkan hasil riset yang dilakukan selama delapan tahun itu
kedalam sebuah
buku berjudul : “The hundred, a ranking of the most influential
persons in history” (100
tokoh paling berpengaruh dalam sejarah manusia) tahun 1978.
Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang meraih keberhasilan
luar biasa dalam mempengaruhi kehidupan manusia. Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah (bangsa jahiliyah), menjadi bangsa bermoral, beretika, dan bangsa maju yang sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang sangat kuat di medan pertempuran.
Ketiga,
tentang Kitab Suci Al-Qur’an.
Al-Qur'an
adalah kitab suci yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
perantara Malaikat Jibril sebagai pedoman hidup serta petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Al-Quran diturunkan
untuk menyempurnakan wahyu-wahyu Allah dalam kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu
Taurat (Nabi Musa), Zabur (Nabi Daud) dan Injil (Nabi Isa)[5].
Kandungan Al-Qur’an
berisi petunjuk dan peraturan tentang hubungan vertikal dengan Allah dan
hubungan horizontal dengan sesama manusia dan mahluk hidup lainnya. Serta sejarah atau kisah mengenai orang-orang yang terdahulu
Al-Qur’an sebagai kitab suci merupakan kitab yang sangat menakjubkan, aneh
dan ajaib. Karena: Pertama. Al Qur’an
adalah sebuah buku yang tidak
pernah direvisi. Sejak diturunkan hingga
kini (yang sudah berusia lebih dari 1400 tahun) Al-Quran tidak mengalami
perubahan, jangankan satu kalimat, satu hurufpun tidak mengalami perubahan.[6]
Kedua. Al Qur’an adalah satu-satunya buku tebal yang bisa dihafal oleh manusia. Ada ribuan orang di seluruh dunia
yang mampu menghafal Al Qur’an, bahkan orang yang tidak paham dengan bahasanya
sekalipun mampu menghafalkannya.
Ketiga, Hingga saat ini isi atau ajaran Al Quran tidak pernah ada yang menyanggah kebenarannya.
Kelengkapan
dan kesempurnaan isi Al-Qur’an diakui oleh para pakar Barat, di antaranya oleh Edward
Gibbon. Ahli sejarah Inggris (1737-1794) [7]. Gibbon mengatakan. "Al-Qur’an
adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, persaudaraan,
kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran
dalam Islam. Isi Al-Qur’an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah,
ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai
hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban
segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta
hukum siksa di dunia.”
Kembali lagi mengenai agama Islam.
Islam adalah agama yang sempurna[8] yaitu agama yang sesuai dengan fitrah
manusia, yang tidak memberi beban kepada pemeluknya [9],
dan tidak menghendaki kesukaran.[10]
Kata Islam berasal dari bahasa Arab "aslama-yuslimu-islaman" yang
secara kebahasaan berarti "menyelamatkan". Dikaitkan dengan asal katanya, Islam berasal
dari kata: ‘Salam’ (selamat/sejahtera), ‘Salm’
(damai), ‘Aslama’ (tunduk/ikhlas), dan ‘Salim’
(bersih/suci). Jadi secara harfiah arti Islam adalah ‘agama yang menjanjikan
keselamatan dan kedamaian, dengan jalan membersihkan hati dan menyucikan
jiwa.’
Karena Islam adalah agama
penyebar perdamaian dan keselamatan, maka ucapan ‘salam’ yang disampaikan oleh
orang ‘muslim’ -- penyebutan bagi penganut agama Islam -- ketika berjumpa
dengan orang lain adalah “Assalamu’
alaikum”, bukan ucapan “selamat pagi”, atau “selamat malam”, atau “selamat datang”. Ucapan “Assalamu’
alaikum” mempunyai pengertian: “Semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan Tuhan terlimpah pada kalian”.
Bagi
orang muslim, ‘salam’ bukanlah sekedar tradisi tegur sapa saja, tetapi mengandung
makna dan filosofi kasih sayang, yaitu saling mendoakan agar selamat dan
sejahtera.
Ajaran agama Islam bersumber kepada dua kitab, yaitu “Al-Quran”
dan “Al-Hadits”. Qur’an (Al-Qur’an)
adalah kitab suci yang berisi kumpulan firman Allah yang disampaikan melalui
rasul-Nya yaitu Nabi Muhammad. Sedangkan Hadis (Al-Hadits) adalah kitab yang berisi tentang segala perkataan,
perbuatan dan sikap Nabi Muhammad yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan
sehari-hari.
Penamaan Islam sebagai agama, langsung diberikan oleh Allah melalui
firman-Nya (Qur’an
5: 3)[11]. Sementara itu, pemberian nama agama lain yang
berkembang di dunia senantiasa diidentifikasikan kepada orang atau tokoh yang
membawa ajaran tersebut.
Agama Kristen (Christian theology) diambil dari nama
Tuhan yang dipujanya, Jesus Kristus. Yahudi (Judaism) berasal dari nama negara Juda (Judea) atau Yahuda. Budha (Budhism) berasal dari nama gelar bagi
Sidharta Gautama, yaitu Budha. Hindu (Hinduism) merujuk pada masyarakat yang hidup di daerah Shindu
India.
Sementara nama Konghucu (Confucianism) yang banyak dianut oleh
masyarakat China diasaskan oleh Kong Fu Tse.
Sedangkan Tao (Taoism) berasal dari nama suatu ajaran
filsafat di Cina yang berkembang menjadi agama dalam Dinasti Han. Dan agama Zoroaster (Zoroastrianism) adalah agama di Parsi yang disandarkan pada nama
pendirinya, Zarathustra atau Zoroaster.
Mengacu pada riwayat penamaan
agama-agama itu, maka tidak mengherankan bila sebagian sarjana-sarjana Barat -- karena ketidak tahuannya -- menggeneralisasi
dan menyebut agama Islam dengan nama ‘Muhammadism’
-- agama yang dibawakan oleh Muhammad –
Islam merupakan satu-satunya agama yang
secara tegas menyatakan bahwa Tuhan bagi seluruh umat manusia adalah Allah. Dan
satu-satunya Tuhan yang wajib disembah adalah Allah. Dalam kitab suci Al-Qur’an,
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku“ (Quran 20: 14).
Dari ayat tersebut Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada umat manusia dengan nama “Allah",
dan sekaligus memerintahkan untuk menyembah Dirinya dengan cara “shalat”, yaitu
suatu kegiatan ritual berupa sikap atau gerakan berdiri, duduk, rukuk dan sujud.
Dan pada ayat yang lain, Allah juga berfirman,
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah
agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (Qur’an 21: 92).
Islam juga merupakan satu-satunya agama yang
mengakui eksistensi agama lainnya, termasuk mengakui para nabi terdahulu[12] --
seperti: Nabi Ibrahim,
Isma'il, Ishak, Yusuf, Musa, Daud, Sulaiman dan Isa –. Islam juga mengakui kitab suci agama lain – seperti: Taurat, Zabur dan Injil --. Allah berfirman, “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. (Qur’an Surat Al-Maidah
ayat 48).
Ajaran Islam berlaku bagi seluruh manusia di
semua tempat dan segala zaman. Karena Nabi Muhammad diutus bukan untuk kaum
tertentu, melainkan untuk seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang masa. Allah berfirman, “Dan Kami
tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.” (Qur’an
34: 28)
Berbeda dengan para nabi dan rasul
sebelumnya, yang diutus membawa ajaran Allah hanya untuk kaum/bangsa dan masa
tertentu, misalnya: Nabi Shaleh untuk Kaum Tsamud [13],
Nabi Musa untuk bani Israil[14],
Nabi Daud untuk Bani Israil[15] ,
Nabi Yusuf untuk kaum Kan’an di Mesir[16],
dan Nabi Isa untuk Bani Israil Palestina[17].
Islam juga merupakan agama universal, ajarannya mencakup seluruh aspek
kehidupan umat manusia yang berlaku di setiap tempat dan masa. Islam merupakan
agama yang memiliki keseimbangan dan keharmonisan orientasi hidup, yaitu “kehidupan
dunia” dan “kehidupan akhirat”. Prinsip keseimbangan dan keharmonisan hidup merupakan
salah satu ciri yang menonjol dalam konsep Islam.
Keseimbangan dan keharmonisan ajaran Islam mengandung implikasi bahwa
Islam selalu berada pada garis tengah, tidak ekstrim pada salah satu pandangan,
tidak materialistis, dan tidak pula sosialis. Islam memandang hidup secara utuh
dan seimbang antara realita dan idealita.
Islam tidak membedakan ras, suku, dan bangsa. Ia diturunkan Allah untuk
seluruh manusia dari bangsa dan golongan mana pun. Orang-orang Barat sering
kali menyamakan Islam dengan Arab, seolah-olah Islam itu sama dengan Arab.
Padahal keterkaitan Islam dengan Arab hanya terbatas pada sejarah dan bahasa,
yaitu Nabi Muhammad, pembawanya, dari Arab dan Al-Quran sebagai kitab sucinya
diturunkan Allah dalam bahasa Arab. Di luar itu, Islam tidak identik dengan
Arab.
Islam
adalah agama yang rasional, penuh dengan nilai-nilai universal, yang
mengajarkan toleransi, kasih sayang, menghormati hak orang lain, menghargai
wanita, peduli terhadap kaum ‘dhuafa’
-- kelompok manusia yang dianggap lemah(ekonomi
dan fisik) atau mereka yang tertindas --
dan nilai-nilai kebajikan lainnya.
Ajaran-ajaran
Islam terkait hubungan sosial antar umat manusia, antara lain adalah:
·
Islam
memerintahkan untuk hidup berdampingan dan menghormati pemeluk agama lain. (Qur’an
3 : 159)
·
Islam
tidak memaksakan kehendak kepada penganut agama lain. (Qur’an 2: 256 ; 109: 6 ;
34: 25 ; 16: 125)
·
Islam
memerintahkan untuk taat pada pemerintah (Qur’an 4: 59)
·
Islam
memerintahkan bersikap toleran kepada sesama manusia (Qur’an 60: 8 & Qur’an
109: 6)
·
Islam
memerintahkan bersikap baik terhadap tetangga, orang miskin, dan fakir miskin (Qur’an
4: 36).
·
Islam
memerintahkan untuk senantiasa memperhatikan keadaan/nasib tetangga (hadits
nabi).
·
Islam
memerintahkan peduli terhadap nasib kaum ‘dhuafa’,
yaitu fakir miskin, orang lemah dan yatim piatu (Qur’an 107: 1-3)
·
Islam
menilai manusia bukan pada status sosial tetapi pada ketaqwaan (Qur’an 49:13).
·
Islam
melarang sikap sombong dan angkuh (Qur’an 31: 18)
·
Islam
melarang manusia hidup secara berlebih-lebihan (Qur’an 7: 31)
·
Islam
melarang menumpuk harta (Qur’an 9: 34-35).
Maka tidak heran, jika seorang orientalis terkenal,
H.A.R Gibb, mengatakan, "Islam
benar-benar lebih dari sekadar sebuah sistem ketuhanan, ia adalah sebuah
peradaban yang lengkap”. Hal senada dikemukakan seorang pengamat Barat,
G.H. Jansen. Menurutnya, Islam bukanlah sekadar agama, tetapi suatu cara hidup
total mencakup agamawi dan duniawi. Islam itu suatu sistem keyakinan dan sistem
peribadatan. Ia adalah suatu sistem hukum yang luas dan menyeluruh.[18]
Demikian pula dengan Dr. Ahmad Al-Mazyad, ia mengatakan bahwa Islam
adalah satu-satunya agama yang telah menggariskan metode kehidupan secara utuh.
Di dalamnya diatur segala urusan dan segala aspek kehidupan. Ia bukan metode
bikinan manusia yang mengandung unsur benar dan salah, akan tetapi metode
Illahi yang dapat mengantarkan orang yang mengikutinya kepada kebahagiaan,
ketenangan, dan ketentraman jiwa di dunia, serta sukses meraih surga dan
menggapai kenikmatan abadi pada hari kiamat.
[1] Qur’an 1: 2-5. “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam ;
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ; Yang menguasai hari pembalasan ; Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan”
[2] Qur’an 7:158 ; Katakanlah (Muhammad): "Wahai manusia
sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi kalian semua, yaitu Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, …". Dan Qur’an 21:107
; “Dan Kami tidak mengutus
engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
[3] Qur’an 5; 48 : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.”
[4] Definisi
tentang Allah dijelaskan oleh banyak ayat suci dalam Al-Quran, diantaranya: QS. 3: 190-191; QS. 112:1-4; QS. 42: 11; dan QS.
2: 163.
[5] Qur’an 5: 48
[6] Qur’an15:9.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.
[8] Qur’an 5; 3 : “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”
[9] Qur’an
2; 286 : “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”
[10] Qur’an 2; 185 : “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu…”
[11] Al-Maidah; 3: “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu
agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam
sebagai agama bagimu …”
[12] Qur’an 4: 163, “Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu
(pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus,
Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud”.
[13] Qur’an 27: 45
[14] Qur’an 40: 53
[15] Qur’an 5: 78
[16] Qur’an 12: 56
[17] Qur’an 61: 6
[18] G.H. Jansen, Islam Militan, Pustaka
Bandung, 1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar