Tiada Kami mengutus Engkau (Muhammad), melainkan untuk seluruh
umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. Saba[34] : 28)
Islam merupakan agama universal, ajarannya mencakup seluruh aspek
kehidupan umat manusia yang berlaku di setiap tempat dan masa. Islam merupakan agama yang memiliki
keseimbangan orientasi hidup, yaitu kehidupan dunia dan akhirat. Penamaan Islam sebagai agama, langsung diberikan oleh
Allah melalui wahyu-NYA (Al-Quran). Sementara itu, pemberian nama agama lain
yang berkembang di dunia senantiasa diidentifikasikan kepada orang atau tokoh
yang membawa ajaran tersebut, atau daerah tempat agama itu lahir.
Universalisme Islam terintegritas dan
terkodifikasi dalam akidah,
syariah, dan akhlak.
Antara satu dan yang lainnya terdapat nisbat atau hubungan yang saling
berkaitan dan kesemuanya berfokus dan menuju pada keesaan Allah atau bertauhid.
Ajaran tauhid inilah yang menjadi inti, awal, dan akhir dari seluruh ajaran
Islam[ 1].
Islam itu sendiri, secara totalitas,
merupakan suatu keyakinan bahwa nilai-nilai
ajarannya adalah benar dan bersifat mutlak karena bersumber dari Yang
Mahamutlak. Dengan demikian,
segala yang diperintahkan dan diizinkan-Nya adalah suatu kebenaran, sedangkan
segala sesuatu yang dilarang-Nya adalah kebatilan.
Di samping itu, Islam merupakan hukum atau undang-undang (syariah) yang mengatur tata cara manusia dalam
berhubungan dengan Allah (vertikal) dan hubungan antarsesama manusia
(horizontal). Di dalamnya mencakup dua bidang pembahasan, yaitu pertama bidang ibadah mahdah yang meliputi tata cara shalat, puasa,
zakat, dan haji.
Kedua, bidang ibadah ghair mahdah yang meliputi muamalat, munakahat, siyasat, jinayat, dan sebagainya. Sebagai standar dan ukuran dalam pelaksanaannya merujuk pada hukum yang lima yang disebut Ahkam Al-Khamsah, yaitu, wajib, haram, mubah, mandhub, dan makruh. Penerapan kelima hukum tersebut dalam kehidupan sehari-hari memiliki variasi dan pelaksanaannya bersifat fleksible melalui ijtihad yang disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan zaman. Aspek syariah ini disosialisasikan oleh aspek akhlak yang meliputi cara, tata kelakuan, dan kebiasaan dalam bersosialisasi dan berinteraksi, baik yang berhubungan dengan ekonomi, politik, berkeluarga, bertetangga, dan sebagainya.
Kedua, bidang ibadah ghair mahdah yang meliputi muamalat, munakahat, siyasat, jinayat, dan sebagainya. Sebagai standar dan ukuran dalam pelaksanaannya merujuk pada hukum yang lima yang disebut Ahkam Al-Khamsah, yaitu, wajib, haram, mubah, mandhub, dan makruh. Penerapan kelima hukum tersebut dalam kehidupan sehari-hari memiliki variasi dan pelaksanaannya bersifat fleksible melalui ijtihad yang disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan zaman. Aspek syariah ini disosialisasikan oleh aspek akhlak yang meliputi cara, tata kelakuan, dan kebiasaan dalam bersosialisasi dan berinteraksi, baik yang berhubungan dengan ekonomi, politik, berkeluarga, bertetangga, dan sebagainya.
Ketiga aspek tersebut dalam
operasionalnya bersumber kepada
Al-Quran dan Sunnah Rasul.
Dua pokok inilah yang mengatur kehidupan manusia dengan cermat, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun
yang berhubungan dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Kemudian dilakukan ijtihad untuk
menetapkan hukum bagi persoalan-persoalan yang tidak terdapat secara eksplisit
dalam Al-Quran dan sunnah Rasul, sebagai hasil ketetapan para ulama yang dikodifikasi
dalam ilmu fiqih.
Seluruh ajaran tersebut, baik akidah
maupun syariah dan akhlak, bertujuan membebaskan manusia dari berbagai belenggu penyakit mental-spiritual dan
stagnasi berpikir,
serta mengatur tingkah laku perbuatan manusia secara tertib agar tidak
terjerumus ke lembah kehinaan dan keterbelakangan, sehingga tercapai
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Sinkronitas dan integritas dari ketiga aspek tersebut, terlihat universalisme
dan universalitas Islam dengan misinya sebagai rahmat bagi seluruh umat
manusia.
Atas dasar itulah, muncul diktum Islam
sebagai agama yang sempurna. Kesempurnaannya terlihat dalam
ajaran-ajarannya yang bersifat universal dan fleksible (luas dan luwes) serta
mengharuskan terciptanya keseimbangan hidup antara duniawi dan ukhrawi, jasmani
dan rohani. Sebab, kehidupan
duniawi yang baik harus dijadikan media untuk mencapai kehidupan rohani yang
baik. Sebaliknya,
kehidupan rohani yang baik harus dijadikan media untuk memenuhi kehidupan jasmani
yang baik, legal, dan halal serta di bawah ridha Allah. Oleh karena itu, Islam
merupakan kekuatan hidup yang dinamis, juga merupakan suatu kode yang sesuai
dan berdampingan dengan tabiat alam, dan merupakan kode yang meliputi segala
aspek kehidupan insani.
Salah satu ciri yang menonjol dalam
konsep Islam adalah adanya prinsip keseimbangan (Yin-Yang) dan keharmonisan
hidup. Islam adalah agama lahir dan
batin, serta agama dunia dan akhirat. Keharmonisan ini karena Islam sesuai
dengan bentuk dan jenis penciptaan alam raya yang menggambarkan keseimbangan,
seperti yang diungkapkan Al-Quran dengan istilah Fithrah karena sifat fithrah
itu sendiri adalah seimbang atau harmoni. Langit dan bumi adalah ciptaan Allah
yang seimbang sehingga dapat terjadi harmoni di alam raya, seperti matahari,
bulan, planet-planet yang menjadikan bumi berputar secara teratur dan
melahirkan iklim dan cuaca yang seimbang sehingga layak dihuni manusia.
Keseimbangan ini merupakan ciri fithrah
Allah pada umumnya. Demikian pula dengan fithrah manusia yang seimbang antara fisik dan jiwa, lahir dan
batin, akal dan hati, sebagaimana
dalam alam, ada langit dan bumi, siang dan malam, dan sebagainya. Kelestarian
alam dan manusia juga terletak pada keseimbangan. Bumi akan tetap ada apabila
antara daratan dan lautan, dataran rendah dan gunung-gunung tetap seimbang.
Keseimbangan di bumi akan menyeimbangkan pula daya tarik menariknya dengan
planet-planet lain sehingga tidak terjadi benturan yang dapat menghancurkan
segalanya. Demikian pula, keseimbangan pada diri manusia. Manusia akan tetap terjaga kesehatannya
apabila terjaga keseimbangannya antara bekerja dan istirahat, lahir dan batin,
akal dan hati, bekerja dan ibadah, dunia dan akhirat[ 2].
Keseimbangan dan keharmonisan ajaran
Islam mengandung implikasi bahwa Islam selalu berada pada garis tengah, tidak
ekstrim pada salah satu pandangan, tidak materialistis, dan tidak pula sosialis. Islam memandang hidup secara utuh dan
seimbang antara realita dan idealita. Kehadiran Islam menjadikan umatnya sebagai
saksi yang berada di garis tengah terhadap seluruh realitas kehidupan.
Berbeda dengan agama lainnya yang
memisahkan hidup manusia secara tegas bahwa agama hanya berkaitan dengan
masalah penyembahan saja.
Islam tidak hanya mengetengahkan urusan individu penganutnya, melainkan juga
urusan masyarakat, negara, bahkan hubungan antarbangsa.
Islam tidak membedakan ras, suku, dan
bangsa. Ia diturunkan Allah
untuk seluruh manusia dari bangsa dan golongan mana pun. Orang-orang Barat sering kali menyamakan
Islam dengan Arab, seolah-olah Islam itu sama dengan Arab. Padahal keterkaitan Islam dengan Arab
hanya terbatas pada sejarah dan bahasa, yaitu Nabi Muhammad SAW., pembawanya,
dari Arab dan Al-Quran sebagai kitab sucinya diturunkan Allah dalam bahasa
Arab. Di luar itu, Islam tidak identik dengan Arab. Ajaran Islam mendorong
lahirnya umat multiras, etnik, dan golongan, tetapi memiliki satu kebanggaan
yang menyatukan semuanya. Ikatan yang memperkokoh kesatuan dirinya adalah
tauhid. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka jika
mereka konsisten tidak akan melahirkan perpecahan.
Islam mengembangkan kesatuan dan
kesamaan, baik kesetaraan gender maupun ras dan etnik. Oleh karena itu, Islam
sangat membenci diskriminasi gender dan diskriminasi rasial. Konsep persamaan
yang terkandung dalam ajaran Islam melahirkan sikap saling menghargai
(demokrasi) yang menjadi salah satu ciri umat Islam. Menghargai orang lain,
baik fisik, kondisi maupun pendapatnya juga merupakan salah satu ciri dari
demokrasi. Saling menghargai dalam tatanan umat Islam merupakan suatu keharusan
yang menjadi ciri dalam komunikasi sehari-hari.
Umat Islam bukanlah kelompok yang
tertutup (ekslusif), tetapi kelompok yang sangat terbuka terhadap pihak lain
bahkan terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar sepanjang sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam. Ajaran Islam sangat adaptif terhadap budaya
masyarakat, bahkan pada waktu tertentu dapat mengadopsi nilai-nilai budaya
(urf) sebagai bagian dari ajaran Islam. Dengan demikian, umat Islam merupakan
masyarakat yang terbuka dan dinamis serta selalu berorientasi pada masa depan
yang lebih baik tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar yang menjadi dasar
pijakannya.
Agama Islam adalah agama yang menebarkan
perdamaian, persaudaraan, dan persamaan.
Oleh karena itu, hal-hal yang dapat menjadi pemicu lahirnya ketidakstabilan dan permusuhan antar manusia harus dihindari. Salah satu yang tidak diperkenankan dalam ajaran Islam adalah pemaksaan satu kelompok kepada kelompok lain. Agama bagi Islam adalah keyakinan yang harus datang dari kesadaran diri terhadap eksistensi dan kekuasaan Tuhan. Apa yang baik dan buruk sudah sangat jelas diperlihatkan Allah dalam ayat-ayat-NYA, baik yang tersurat dalam Al-Quran maupun yang tersirat dalam alam ciptaan Tuhan. Manusia tinggal melihat, memahami, mempercayai dan meyakininya melalui proses berpikir yang benar. Islam mendorong umatnya untuk bekerjasama dalam berbagai segi kehidupan dengan siapa saja, termasuk dengan umat beragama lain sepanjang kerja sama dilakukan untuk kebaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus berusaha untuk saling menguntungkan dan tidak melanggar hukum. Umat Islam dituntut untuk melakukannya dengan baik dan adil.
Oleh karena itu, hal-hal yang dapat menjadi pemicu lahirnya ketidakstabilan dan permusuhan antar manusia harus dihindari. Salah satu yang tidak diperkenankan dalam ajaran Islam adalah pemaksaan satu kelompok kepada kelompok lain. Agama bagi Islam adalah keyakinan yang harus datang dari kesadaran diri terhadap eksistensi dan kekuasaan Tuhan. Apa yang baik dan buruk sudah sangat jelas diperlihatkan Allah dalam ayat-ayat-NYA, baik yang tersurat dalam Al-Quran maupun yang tersirat dalam alam ciptaan Tuhan. Manusia tinggal melihat, memahami, mempercayai dan meyakininya melalui proses berpikir yang benar. Islam mendorong umatnya untuk bekerjasama dalam berbagai segi kehidupan dengan siapa saja, termasuk dengan umat beragama lain sepanjang kerja sama dilakukan untuk kebaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus berusaha untuk saling menguntungkan dan tidak melanggar hukum. Umat Islam dituntut untuk melakukannya dengan baik dan adil.
DR. Aidh Al-Qarni dalam bukunya yang
berjudul LA TAHZAN (Jangan Bersedih!), menyatakan, Sungguh menderita manusia
yang tidak memahami Islam dan tak mendapat petunjuk untuk memeluknya. Islam
membutuhkan promosi dari kaum muslimin dan orang-orang yang mendukungnya. Islam
butuh iklan yang mendunia. Sebab Islam adalah sebuah kabar agung. Dan seruan
kepada Islam, hendaknya sesuatu yang bermutu: bernilai tinggi, sistematis dan
penuh daya tarik. Sebab kebahagiaan manusia tak akan ditemukan, kecuali dalam
agama yang benar dan abadi ini. Manusia zaman sekarang kerap bingung. Mereka
sangat membutuhkan agama yang agung ini agar mereka bisa menikmati rasa aman,
kedamaian dan ketenangan.
Dr.
Ahmad Al-Mazyad :
Islam adalah satu-satunya agama yang telah menggariskan metode kehidupan secara
utuh. Di dalamnya diatur segala urusan dan segala aspek kehidupan. Ia bukan
metode bikinan manusia yang mengandung unsur benar dan salah, akan tetapi
metode Illahi yang dapat mengantarkan orang yang mengikutinya kepada
kebahagiaan, ketenangan, dan ketentraman jiwa di dunia, serta sukses meraih surga
dan menggapai kenikmatan abadi pada hari kiamat. Allah SWT. Berfirman : Kami
tidak menyia-nyiakan sesuatupun dalam al-Kitab (Al-Quran)
Drs. H. Syafruddin Amir, MM menulis
dalam bukunya yang berjudul HIV/AIDS dalam solusi Islam : Sejak lama berbagai solusi
telah dikeluarkan untuk mengatasi gerak laju HIV/AIDS. Bagi mereka yang
berisiko tinggi melalui kontak seksual, disarankan untuk menggunakan kondom
saat berhubungan seksual. Solusi ini mengundang kontroversi karena dianggap
melegalkan perzinaan. Bahkan, pakar kejiwaan, seperti Prof. Dr. Dadang Hawari,
terkenal gencar menentang solusi tersebut. Dalam salah satu pernyataannya, ia
mengatakan bahwa virus HIV lebih kecil dibandingkan pori-pori kondom. Adapun
bagi pengguna narkotika suntik, kerapkali didengung-dengungkan solusi bahwa
penggunaan jarum suntik tidak dilakukan secara bersama-sama. Jarum suntik hanya
boleh digunakan oleh pribadi yang bersangkutan. Namun, sekali lagi solusi ini
juga mengundang kontroversi karena bagaikan mengesahkan penggunaan narkotika di
kalangan masyarakat. Di luar tingkat keberhasilannya, sejatinya kedua solusi
tersebut hanya berjangka pendek. Ibarat pohon yang terkena parasit, hanya
dipotong dahan dan dedaunannya yang tampak kering, tidak keseluruhannya, tidak
juga mencapai akar-akarnya sehingga tak heran apabila bagian lain pun bisa
segera terkena parasit. Berbagai solusi telah ditawarkan, baik oleh para
cendekiawan maupun ahli medis bahwa untuk mengatasi penyebaran dan gerak laju
HIV/AIDS, seperti yang telah diuraikan tadi, mulai dari penggunaan kondom bagi
yang berisiko tinggi, menghindari penggunaan jarum suntik secara bersama-sama
bagi pengguna narkoba, hingga berbagai alternative lainnya.
Namun, hal itu selalu saja mengundang kontroversi dan perbedaan sudut pandang. Mengapa hal itu bisa terjadi? Sekali lagi, solusi yang ditawarkan tersebut jelas tidak menyentuh akar masalah yang dihadapi, tetapi hanya bersifat jangka pendek. Padahal, solusi yang dibutuhkan adalah bagaimana caranya menghindarkan masyarakat dari penyakit HIV/AIDS tersebut dengan pola hidup yang baik, benar, beradab, bukan memberi solusi dengan memunculkan masalah baru. Misalnya, menggunakan kondom mungkin aman, tetapi apa jadinya kalau prostitusi malah semakin menjadi-jadi. Atau, menggunakan jarum suntik hanya untuk pribadi dan sekali pun memang aman, namun bagaimana jika dengan hal itu penggunaan narkoba jenis suntik malah menjadi marak. Belum lagi kita bisa memperoleh vaksin atau obat yang bisa mengatasi HIV/AIDS, masalah sosial baru sudah pasti akan timbul. Dalam hal ini, untuk mengatasi sesuatu, harus dicari faktor penyebab utamanya. Karena itu, di sinilah titik tolak solusi itu ditawarkan.
Jika faktor penyebab itu tidak dikaji lebih dulu, tindakan apa pun yang dilakukan hanya akan bersifat sementara. Kita lihat bahwa sebagian besar penyebab HIV/AIDS adalah karena berhubungan seks di luar nikah atau faktor berzina. Karena itu, upaya untuk menanggulanginya yang efektif adalah mencegah perzinaan itu sendiri. Mustahil dapat diatasi jika zina itu mewabah di tengah-tengah masyarakat, apabila dilegalkan dengan membuat lokalisasi. Karena itu, sebaiknya kita mencegahnya daripada mengobati. Artinya, menghilangkan sebab lebih baik dari mengobati penyakit yang diakibatkan oleh sebab itu sendiri.
Namun, hal itu selalu saja mengundang kontroversi dan perbedaan sudut pandang. Mengapa hal itu bisa terjadi? Sekali lagi, solusi yang ditawarkan tersebut jelas tidak menyentuh akar masalah yang dihadapi, tetapi hanya bersifat jangka pendek. Padahal, solusi yang dibutuhkan adalah bagaimana caranya menghindarkan masyarakat dari penyakit HIV/AIDS tersebut dengan pola hidup yang baik, benar, beradab, bukan memberi solusi dengan memunculkan masalah baru. Misalnya, menggunakan kondom mungkin aman, tetapi apa jadinya kalau prostitusi malah semakin menjadi-jadi. Atau, menggunakan jarum suntik hanya untuk pribadi dan sekali pun memang aman, namun bagaimana jika dengan hal itu penggunaan narkoba jenis suntik malah menjadi marak. Belum lagi kita bisa memperoleh vaksin atau obat yang bisa mengatasi HIV/AIDS, masalah sosial baru sudah pasti akan timbul. Dalam hal ini, untuk mengatasi sesuatu, harus dicari faktor penyebab utamanya. Karena itu, di sinilah titik tolak solusi itu ditawarkan.
Jika faktor penyebab itu tidak dikaji lebih dulu, tindakan apa pun yang dilakukan hanya akan bersifat sementara. Kita lihat bahwa sebagian besar penyebab HIV/AIDS adalah karena berhubungan seks di luar nikah atau faktor berzina. Karena itu, upaya untuk menanggulanginya yang efektif adalah mencegah perzinaan itu sendiri. Mustahil dapat diatasi jika zina itu mewabah di tengah-tengah masyarakat, apabila dilegalkan dengan membuat lokalisasi. Karena itu, sebaiknya kita mencegahnya daripada mengobati. Artinya, menghilangkan sebab lebih baik dari mengobati penyakit yang diakibatkan oleh sebab itu sendiri.
Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya
yang berjudul ESQ, menulis : Prinsip-prinsip yang tidak Fitrah umumnya berakhir
dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriyah ataupun kegagalan batiniah. Dunia
telah membuktikan bahwa prinsip yang tidak sesuai dengan suara hati atau
mengabaikan hati nurani, hanya mengakibatkan kesengsaraan atau bahkan
kehancuran. Prinsip-prinsip buatan manusia itu sebenarnya adalah suatu upaya
pencarian dan coba-coba manusia untuk menemukan arti hidup yang sebenarnya.
Mereka umumnya hanya memandang suatu tujuan dari sebelah sisi saja, tidak
menyeluruh, sehingga akhirnya menciptakan suatu ketidakseimbangan, meskipun
pada akhirnya keseimbangan alam telah terbukti menghempaskan mereka kembali.
Mereka biasanya merasa paling benar, tanpa menyadari bahwa sisi lain dari
lingkungannya yang juga memiliki prinsip yang berbeda dengan dirinya. Hanya
berprinsip pada sesuatu yang abadilah yang akan mampu membawa manusia ke arah
kebahagiaan hakiki. Berprinsip dan berpegang teguh pada sesuatu yang labil,
niscaya akan menghasilkan sesuatu yang labil pula.
Dr. H. Syamsu Yusuf, LN. M.Pd. dalam bukunya yang
berjudul MENTAL HYIGIENE Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi
dan Agama menulis : Terkait dengan dampak ditinggalkannya agama terhadap
kehidupan manusia, Tarmizi Taher dalam ceramahnya yang berjudul Peace,
Prosperity, and Religious Harmony in The 21 century: Indonesian Muslim
Perspektives di George town AS, mengemukakan bahwa akibat disingkirkannya
nilai-nilai agama dalam kehidupan modern, kita menyaksikan semakin meluasnya
kepincangan sosial, seperti : merebaknya kemiskinan, dan gelandangan di
kota-kota besar; mewabahnya pornografi dan prostitusi; HIV/AIDS; meratanya
penyalahgunaan obat bius, kejahatan terorganisasi, pecahnya rumah tangga hingga
mencapai 67 i negara-negara modern; kematian ribuan orang karena kelaparan di
Afrika dan Asia, di tengah melimpahnya barang konsumsi di sementara bagian
belahan dunia utara (Suara Pembaharuan, 27 Nopember 1997).
Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
(Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI), mengatakan
: Agama adalah Solusi yang tepat bagi penanganan Korban narkoba. Penanggulangan
masalah moral, sosial, dan kemanusiaan melalui program berbasis agama adalah
solusi paling baik dan tepat untuk dilakukan dalam kondisi apa pun. Karena
agama menjadi faktor penting dalam membangun watak, kepribadian dan kesalehan
bagi umat manusia
RM. Lambertus Somar MSC : Recovery plan
(rencana perawatan) pecandu perlu holistik, menyangkut raganya, mentalnya,
rohaninya, dan sosialnya. Agama menyentuh manusia dalam dimensi rohaninya dan
mengarahkannya kepada Tuhan serta hidup selepas kematian. Agama menawarkan
syalom atau kepenuhan damai sejahtera yang mencakup masa lalu, masa kini, dan
masa yang akan datang, termasuk hidup pasca dunia. Spiritualitas memberikan
artikulasi pada pengkhayatan nilai-nilai hidup dan sekaligus determinasi untuk
merubah diri.
Carl G. Jung (Ahli Psikoanalisis
dari Jerman) mengemukakan sebagai berikut : Selama tiga puluh tahun yang lalu,
pribadi-pribadi dari berbagai bangsa di dunia telah mengadakan konseling
denganku dan akupun telah banyak menyembuhkan pasien, tidak kudapatkan seorang
pasien pun diantara pasien yang telah berada pada penggal kedua umur mereka,
yakni dari 35 tahun yang problem esensialnya bukan kebutuhan akan wawasan agama
tentang kehidupan.
Arnold Toynbee (sejarawan Inggris)
mengemukakan bahwa krisis yang diderita orang-orang Eropa pada jaman modern ini
pada dasarnya terjadi karena kekeringan rohaniah, dan terapi satu-satunya bagi
derita yang sedang mereka alami ialah kembali kepada agama.
Zakiah Daradjat (1982 : 58)
mengemukakan bahwa apabila manusia ingin terhindar dari kegelisahan, kecemasan,
dan ketegangan jiwa serta ingin hidup tenang, tentram, bahagia dan dapat
membahagiakan orang lain, maka hendaklah manusia percaya kepada Tuhan dan hidup
mengamalkan ajaran agama. Agama
bukanlah dogma, tetapi agama adalah kebutuhan jiwa yang perlu dipenuhi.
Henry Link (ahli ilmu jiwa
Amerika) menyatakan bahwa berdasarkan pengalamannya yang lama dalam menerapkan
percobaan-percobaan kejiwaan atas kaum buruh dalam proses pemulihan dan
pengarahan profesi, ia mendapatkan bahwa pribadi-pribadi yang religius dan
sering mendatangi tempat ibadah menikmati kepribadian yang lebih kuat dan baik
ketimbang pribadi-pribadi yang tidak beragama yang sama sekali tidak
menjalankan suatu ibadah.
Shelley E. Taylor (1994 : 227)
mengemukakan beberapa hasil penelitian para ahli tentang dampak positif agama,
atau keimanan kepada Tuhan terhadap kesehatan mental dan kemampuan mengatasi
stress, yang diantaranya sebagai berikut :
Palaotzian & Kirkpatrick (1995) mengemukakan bahwa agama (keimanan) dapat
meningkatkan kesehatan mental dan membantu individu untuk mengatasi stress.
Elisson (1991) mengemukakan bahwa agama
dapat mengembangkan kesehatan psikologis banyak orang. Orang-orang yang kuat
keimanannya kepada Tuhan lebih bahagia dalam hidupnya, dan lebih sedikit
mengalami dampak negatif dari peristiwa kehidupan yang traumatik dibandingkan
dengan orang-orang yang rendah keimanannya kepada Tuhan (tidak melaksanakan
ajaran agama)
Koenig dkk (1988) mengemukakan bahwa
banyak orang yang secara spontan melaporkan bahwa agama sangat menolong dirinya
pada saat mengatasi stress.
McIntosh dkk (1993) telah melakukan
penelitian terhadap para orang tua yang kehilangan anaknya, karena kematian
secara tiba-tiba, dengan melihat dua hal, yaitu : keyakinannya bahwa agama
sebagai sistem keyakinan dan keaktifannya di gereja. Hasilnya menunjukkan bahwa
mereka dapat menerima kenyataan tersebut secara wajar. secara lebih khusus,
mereka mendapatkan dukungan sosial, dan lebih mampu mengambil hikmah (makna)
dari peristiwa kehilangan tersebut.
McCullough dkk (2000) mengemukakan
bahwa keyakinan beragama dapat memperpanjang usia.
Seybold & Hill (2001) agama itu bukan hanya sebagai bagian
hidup yang bermakna, tetapi juga memberikan keuntungan dalam mengembangkan
mental yang sehat.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas,
dapat disimpulkan bahwa agama
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa individu tidak akan mencapai atau memiliki mental yang sehat tanpa agama.
Ibnu Al-Qayyim : Ada hal lain dari
petunjuk Rosul, yang bila dibandingkan dengan ilmu kedokteran tenaga medis pada
umumnya, seperti perbandingan ilmu kedokteran dengan ilmu pengobatan
orang-orang awam. Hal ini sudah diakui oleh kalangan cerdik pandai dan
tokoh-tokoh ilmu kedokteran yang ada. Sebagian di antara mereka menyatakan
bahwa ilmu kedokteran yang mereka miliki adalah analogi. Ada juga yang
berpendapat bahwa ilmu kedokteran mereka adalah eksperimen. Ada juga yang
berani mengatakan bahwa ilmu kedokteran mereka adalah wangsit dan prediksi yang
tepat. Ada juga yang menyatakan bahwa banyak dari ilmu kedokteran diadopsi dari
hewan ternak. Seperti yang kita lihat bahwa kucing-kucing hutan apabila sempat
memakan binatang-binatang beracun segera mendekati pelita dan menjilati
minyaknya untuk mengobati dirinya. Kita juga bisa melihat ular yang baru keluar
dari dalam tanah kalau pandangan matanya kabur, segera mendekati daun razyang
lalu mengelebatkan matanya di depan daun tersebut. Seperti juga seekor burung
yang suhu tubuhnya terlalu panas segera membenamkan diri ke dalam laut. Dan
banyak lagi contoh lain yang disebutkan dalam dasar-dasar ilmu kedokteran.
Bagaimana mungkin semua teori kedokteran semacam itu bisa dibandingkan dengan
wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rosul-NYA yang menjelaskan apa yang
mendatangkan manfaat dan mendatangkan bahaya.
Perbandingan antara ilmu kedokteran yang mereka miliki dengan wahyu seperti perbandingan antara ilmu-ilmu yang mereka miliki dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh para nabi. Bahkan ajaran para nabi mengandung unsur pengobatan terhadap banyak penyakit yang belum bisa diungkap oleh otak para pakar ilmu kedokteran terhebat sekalipun; belum bisa dicapai oleh pengetahuan, eksperimen dan analogi mereka. Yakni pengobatan penyakit hati dan penyakit ruhani, memperkuat ketahanan jiwa, rasa bersandar dan tawakal kepada Allah, berpulang kepada hukum-NYA, merendahkan diri di hadapan-NYA, selalu bersedekah, berdoa, bertaubat, istighfar, berbuat baik kepada sesama, menolong orang susah, menghilangkan kesulitan orang lain dan sebagainya. Semua bentuk pengobatan ini telah dicoba oleh berbagai bangsa dengan segala jenis agama mereka, ternyata mereka mendapatkan bentuk-bentuk pengobatan semacam itu memiliki pengaruh untuk kesembuhan dalam batas yang tidak pernah dicapai pengetahuan medis di kalangan dokter dengan segala eksperimen dan analogi mereka.
Perbandingan antara ilmu kedokteran yang mereka miliki dengan wahyu seperti perbandingan antara ilmu-ilmu yang mereka miliki dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh para nabi. Bahkan ajaran para nabi mengandung unsur pengobatan terhadap banyak penyakit yang belum bisa diungkap oleh otak para pakar ilmu kedokteran terhebat sekalipun; belum bisa dicapai oleh pengetahuan, eksperimen dan analogi mereka. Yakni pengobatan penyakit hati dan penyakit ruhani, memperkuat ketahanan jiwa, rasa bersandar dan tawakal kepada Allah, berpulang kepada hukum-NYA, merendahkan diri di hadapan-NYA, selalu bersedekah, berdoa, bertaubat, istighfar, berbuat baik kepada sesama, menolong orang susah, menghilangkan kesulitan orang lain dan sebagainya. Semua bentuk pengobatan ini telah dicoba oleh berbagai bangsa dengan segala jenis agama mereka, ternyata mereka mendapatkan bentuk-bentuk pengobatan semacam itu memiliki pengaruh untuk kesembuhan dalam batas yang tidak pernah dicapai pengetahuan medis di kalangan dokter dengan segala eksperimen dan analogi mereka.
Mengikuti Jalan Islam tidak sesulit yang
dibayangkan oleh orang-orang.
Banyak pula orang-orang Barat yang kita kagumi nasihatnya disadari atau tidak ternyata mereka juga mengembangkan ajaran
Islam. Contohnya adalah
seperti cerita nara sumber buku Mukjizat Gerakan Sholat, Steven Covey
mengembangkan 7 kebiasaan yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hidup
kita, bahkan sekarang telah menjadi 8, dengan tambahan Keagungan sebagai habit
yang menembus wilayah Illahiyah. Kursus yang menghabiskan biaya besar ini
pernah diikuti nara sumber, dan dapat sertifikat serta plakatnya, ternyata
sangat sederhana dan membuat kita menjadi malu, karena sama persis dengan
ajaran Islam.
Gerakan mengangkat kedua tangan- takbirotul ihram dalam sholat apabila dikembangkan ternyata
hasilnya sangat baik untuk mengembalikan dan membangkitkan semangat seperti
bagian dari teknik guncang bumi-nya Tung Desem Waringin. Jika kita mencari
kebaikan dan kebenaran, pasti akhirnya sesuai dengan ajaran Islam. Islam adalah
agama Universal dan untuk segenap manusia. mungkin Penjelasan satu ayat
Al-Quran atau Hadis Nabi yang membingungkan di suatu negeri, ada di negeri yang
lain, ada di suku bangsa lain, atau ada di manusia yang lain. Karena itu kita
harus saling mengenal. Misalnya, untuk mengetahui bahwa pengamalan ajaran Islam
menyehatkan Fisik, mental dan lingkungan hidup, salah satu caranya adalah
mempelajari ilmu kedokteran Tiongkok terutama Teori Wu Sing.
Belajar kepada yang kita anggap
cendekiawan Muslim, bukan berarti kita bebas dari penyesatan. Belajar kepada
non Muslim, bukan berarti mereka selalu dalam kesesatan; biasanya hanya
aqidahnya saja yang kurang tepat. Hanya saja kita tidak akan tersesat selama
berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadist (Sunnah). Al-Quran hanya setebal satu
buku tapi membahas segalanya dan satu Hadist hanya sependek bait. menurut saya,
memang sengaja dibuat begitu agar kita mau bersatu untuk mempelajari, memahami,
mengembangkan, dan berusaha mencari penjelasannya dengan menjadikan Al-Quran
dan Hadist sebagai penuntun.
Bagi non muslim yang ingin mengetahui
lebih banyak informasi tentang Agama Islam, silahkan mengunjungi www.mualaf.com, www.muslimtionghoa.com, Atau Yayasan H
Karim Oei yang beralamat di Jl Lautze 87 89 Pasar Baru Jakarta Pusat. No.
Telepon 021-629-6086 dengan Ibu Hj. Anna.
---- ---- ---- ----
[ 1] James Arthur Ray pernah tampil bersama
dan melakukan presentasi bersama para ahli keberhasilan dan peningkatan diri
yang paling hebat di Amerika Serikat- termasuk orang-orang terkemuka seperti :
Zig Ziglar, Robert Schuller, Robert Kiyosaki, Tonny Robbins, Brian Tracy, Denis
Waitley, Harv Eker, Howard Putnam, Jack Canfield, dan Jhon Gray. Dalam bukunya
yang berjudul The Science of Success Rahasia sukses dengan memanfaatkan
hukum-hukum universal, menulis : Saya telah mencari prinsip-prinsip yang
membuat orang-orang berhasil, sehingga kita semua dapat menggunakan prinsip-prinsip
itu agar kita menjadi orang yang kita inginkan, untuk memberikan konstribusi
unik kita kepada dunia, dan untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan impian
kita. Saya telah menghabiskan dua puluh tahun untuk mempelajari beberapa dari
orang-orang yang paling berhasil di dunia : orang-orang yang berhasil bukan
hanya secara finansial dan dalam bisnis, tetapi juga dalam kehidupan pribadi,
sosial, dan spiritual. Saya membaca segala sesuatu yang saya dapatkan, dari
naskah-naskah kuno sampai filsafat, psikologi, spiritualitas kontemporer, dan
bahkan fisika kuantum. Karunia saya adalah menjadi seseorang yang menyatukan
dan mengajarkan. Saya telah menerima semua informasi dan melakukan riset ini,
dan memperhatikannya dari sudut kehidupan orang-orang yang berhasil dan
pengalaman saya sendiri bekerja dengan orang-orang. Buku The Science of
Succsess adalah hasilnya. Ilmu sukses membuat prinsip-prinsip universal
keberhasilan menjadi tersedia bagi semua orang dan praktis. Setiap orang di
atas muka bumi ini dapat menerapkan ilmu ini, dan ilmu ini akan membuat mereka
berhasil setiap saat. Itu karena Ilmu sukses bekerjasama dengan hukum
universal, hukum yang mendasar dan kuat sama seperti hukum gravitasi. Jika Anda
menggunakan hukum ini, saya jamin Anda akan berhasil- setiap waktu, dan dalam
usaha apa pun yang Anda lakukan- sama pastinya dengan sebuah pensil akan jatuh
ke bawah dan bukan ke atas ketika Anda melepaskannya. Orang-orang yang menang
dan sukses secara konsisten menerapkan hukum dan prinsip-prinsip ini, baik
secara sadar maupun tidak. Setelah Anda memahami Ilmu sukses, Anda dapat
memilih menggunakannya secara sadar. Dengan demikian, Anda menjamin
keberhasilan Anda.
[ 2] Kesehatan dan kebahagiaan adalah hasil
dari hidup selaras dengan alam, sementara penyakit adalah akibat dari tindakan,
pikiran, dan hidup dalam pola yang tidak selaras. Jika, karena kemauan kita,
kita memilih untuk tidak selaras dengan lingkungan kita, penyakit akan terjadi
sebagai suatu proses alamiah untuk memulihkan keseimbangan. Oleh karena itu,
cara paling fundamental untuk menyembuhkan penyakit adalah mengembalikan diri
kita ke arah kondisi yang selaras dengan alam semesta (Michio Kushi, Pakar
Makrobiotika Dunia).
http://alifbraja.blogdetik.com/?cat=5902
Tidak ada komentar:
Posting Komentar