Anda boleh saja tidak setuju, tapi menurut saya adalah tidak logis kalau yang bisa masuk surga hanyalah orang-orang yang beragama Islam.
Saya menganggap itu tidak logis karena saya percaya Tuhan Maha Adil.
Karena Dia Adil maka, dalam logika saya, Dia tidak mungkin membuka pintu surga hanya bagi mereka yang menganut agama tertentu.
Agama seseorang pada dasarnya ditentukan oleh takdir Allah. Agama bukanlah pilihan bebas.
Saya menjadi muslim karena Allah menentukan saya lahir dan berkembang dalam kondisi yang hampir pasti membuat saya memilih beragama Islam.
Begitu pula teman saya menjadi penganut Kristen karena Allah menentukan dia lahir dan berkembang dalam kondisi yang hampir pasti membuat dia memilih menjadi umat Kristen.
Begitu pula dengan teman saya yang menganut agama Budha, Hindu, Kong Hu Cu, atau aliran kepercayaan atau bahkan Atheis.
Allah yang menentukan saya menjadi muslim, dan Allah pula yang menentukan teman saya menjadi pemeluk Kristen atau Budha, Hindu, Kong Hu Cu, Atheis atau yang lainnya.
Allah menentukan bahwa umat manusia menempuh jalan yang berbeda-beda.
Karena itu, tidak masuk di akal kalau Allah memutuskan untuk memasukkan seseorang penganut Kristen masuk neraka hanya karena dia beragama Kristen, padahal yang menentukan dia menjadi penganut Kristen ya Allah sendiri.
Agama bukanlah pilihan bebas.
Mayoritas umat Islam menjadi pemeluk islam karena terlahir sebagai muslim.
Saya gunakan diri saya sebagai contoh.
Saya muslim karena orangtua saya muslim. Saya dibesarkan oleh orangtua , keluarga, dan lingkungan yang menanamkan ajaran dan nilai-nilai islam sejak saya kecil. Saya mendengar cerita-cerita tentang kehebatan Islam dan kelemahan agama lain sejak kecil. Saya diajarkan sholat, puasa, mengaji, membayar zakat, merayakan idul fitri sejak kecil. Ketika saya beranjak dewasa, saya membaca sendiri buku-buku islam dan mengikuti berbagai pengajian. Mayoritas teman saya muslim. Saya tidak pernah membaca injil. Saya tidak pernah belajar agama Kristen dari seorang pemuka Kristen. Apa yang saya pelajari tentang Kristen sebagian besar saya peroleh dari pemuka Islam yang bicara tentang Kristen. Melalui proses sosialisasi nilai semacam ini, wajarlah kalau saya menjadi muslim.
Di saat yang sama, rekan-rekan saya yang beragama Kristen menjalani proses serupa, tapi dengan mengubah kata ‘Islam’ menjadi ‘Kristen’. Mereka dibesarkan dengan ajaran Kristen, nilai-nilai Kristen, pandangan tentang kesempurnaan ajaran Kristen.
Pertanyaannya: siapakah yang menentukan saya lahir dari keluarga dan lingkungan Islam dan teman saya lahir dari keluarga dan lingkungan Kristen?
Jawabannya jelas: Allah!
Jadi betapa tidak adilnya Allah kalau setelah Dia memutuskan bahwa teman saya lahir dan dibesarkan sebagai umat Kristen, lantas di hari akhir Dia pula yang memutuskan teman saya masuk neraka hanya karena dia beragama Kristen!
Sebagian dari Anda akan mengatakan bahwa manusia memang wajib mencari kebenaran sepanjang hidupnya.
Saya setuju. Tapi kebenaran itu juga relatif.
Kalau saya dibesarkan sebagai muslim, saya akan cenderung mempelajari materi yang saya peroleh dengan bias muslim. Standard kebenaran saya adalah standard Islam.
Misalnya saja, banyak umat Islam cenderung menganggap Kristen sebagai ajaran yang tidak masuk akal karena adanya doktrin tentang Yesus sebagai anak Tuhan. Umat islam menganggap itu sebagai tidak masuk akal karena sejak kecil diajarkan bahwa itu tidak masuk akal.
Sebaliknya, umat Kristen juga menganggap islam sebagai ajaran yang tidak masuk akal karena Nabi Muhammad memiliki banyak istri dengan salah satunya masih berusia di bawah 10 tahun dan adalah panglima perang yang menggunakan kekerasan fisik. Umat Kristen menganggap itu tidak masuk akal karena sejak dikecilkan diajarkan bahwa Islam salah, Kristen benar.
Sementara itu kaum Atheis akan menganggap baik islam maupun Kristen adalah agama yang tidak masuk akal karena umat beragama percaya bahwa Nabi Musa bisa membelah lautan, Nabi Yunus masuk dalam perut paus selama beberapa hari dan tidak mati, Yesus bisa menghidupkan orang mati, dan Nabi Muhammad naik buraq ke langit ke tujuh. Kaum atheis menganggap itu tidak masuk akal karena diajarkan bahwa sesuatu yang benar harus bisa dibuktikan secara ilmiah.
Jadi kebenaran itu sangat relatif, tergantung dari cara pandang dan pendidikan yang kita jalani sebelumnya.
Sebagai muslim, saya percaya dan yakin pada Islam. Tapi saya tidak bisa mengatakan yang lain salah, karena saya sepenuhnya sadar bahwa keyakinan saya akan kebenaran Islam adalah sesuatu yang dipengaruhi oleh apa yang terjadi sepanjang hidup saya. Orang lain yang menjalani proses kehidupan yang berbeda sangat mungkin akan memiliki keyakinan berbeda pula.
Dalam Islam sendiri, ada banyak pilihan jalan. Mereka yang dibesarkan dengan tradisi NU akan menjadi seorang muslim gaya NU, sementara yang dibesarkan dengan tradisi Muhammadiyah akan menjadi seorang muslim gaya Muhammadiyah.
Karena itulah, masing-masing kita tidak bisa mengklaim agama atau keyakinan yang kita miliki sebagai yang paling benar di hadapan Allah.
Apalagi menganggap yang akan masuk surga hanyalah mereka yang seagama dengan kita.
It doesn’t make sense.
Tidak masuk di akal.
(Ade Armando)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar