Minggu, 28 Januari 2024

Kufur Nikmat (kisah qarun)

1.  Qarun, Manusia Kufur Nikmat.

Dalam Al-Qur’an surah al-Qashash ayat 76 - 82, diceritakan tentang sosok manusia yang kufur nikmat, yaitu Qarun

2.  Kufur Nikmat

Kufur nikmat” merupakan lawan dari “syukur nikmat”. Kufur nikmat berarti tidak mensyukuri nikmat Allah Swt yang telah dilimpahkan kepadanya. 

Orang yang kufur nikmat adalah orang yang enggan mensyukuri nikmat Allah. Dan bagi orang yang kufur nikmat, maka Allah Ta’ala mengancam dengan azab-Nya yang sangat pedih. 

La in syakartum la azidannakum wala in kafartum inna adzabi lasyadid

artinya : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim ayat 7) 

3.  Hanya Sedikit Orang Yang Pandai Bersyukur

Dalam al Qur'an Allah Ta'ala beberapa kali mengklaim/menyatakan bahwa hanya sedikit dari manusia yang pandai bersyukur.

(1)   QS. Saba’ ayat 13:  Wa qalîlum min ‘ibâdiyasy-syakûr (Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.) 

(2) QS. Al-Baqarah ayat 243:  "Sesungguhnya Allah sentiasa melimpahkan kurnia-Nya kepada (seluruh) manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur."  

(3)   QS. Ibrahim ayat 7:  "Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)."

Dan, salah satu indikator bersyukur adalah sedekah atau pengeluaran zakat malZakat mal atau zakat penghasilan adalah kewajiban untuk mengeluarkan sebagian kecil (2,5%) dari rejeki yang diberikan Allah kepada kita. Menurut Ketua Baznas, masyarakat muslim Indonesia yang sadar mengeluarkan zakat hanya sedikit, yaitu sekitar 3,2 % dari potensi zakat.  Pada 2019, tercatat zakat masuk Rp 8,1 triliun, padahal potensi zakat di Indonesia sebesar Rp 252 triliun. Berarti jumlah pembayar zakat hanya 3,2 persen dari potensi zakat.

Menurut Syekh Yusuf Qardhawi, nisab zakat penghasilan (profesi) dianalogikan dengan zakat pertanian yang nisabnya adalah 5 wasaq, setara dengan 520 kg beras. Bila harga beras per kilogram diasumsikan Rp 12.000, maka nisab zakat profesi adalah 653 x Rp 12.000 =  Rp 6,24 juta per bulan.  

4.  Tanda Kufur Nikmat

Imam Al-Ghazali : bukti syukur kepada Allah dilakukan dengan tiga tahap, yaitu disadari oleh hati (bil qalbi), diucapkan dengan lisan (bil lisani), dan dibuktikan dengan perbuatan (bil a’mali).

Implementasi syukur adalah: (1) Hatinya meyakini bahwa semua nikmat yang didapatkan hanyalah berasal dari Allah; (2) Lisannya memuji Allah, dengan mengucap “Alhamdulillah”; dan (3) Perbuatannya diwujudkan dalam bentuk sedekah.

Menurut para ulama masa kini, apabila kita yang mempunyai penghasilan (gaji) lebih dari 4,35 juta rupiah per bulan (setahun Rp.52,3 juta, setara 85 gram emas), maka kita wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dari penghasilan bersihnya (dikeluarkan setiap kali menerima penghasilan). Kalau enggan mengeluarkan zakat 2,5%, maka kita bisa tergolong kufur nikmat. Audzubillah himindzalik

Apabila seseorang tidak merealisasikan ketiga perkara tersebut, maka ia termasuk kufur nikmat. 

5.  Bersedekah adalah Bentuk Nyata Rasa Syukur.

Imam Al-Ghazali : Wujud sedekah tidak selalu dalam bentuk harta. Ada tiga macam wujud sedekah, yaitu (1) sedekah harta, (2) sedekah ilmu, dan (3) sedekah tenaga.  

6.  Kesimpulan.

a.  Barangsiapa hamba Allah yang tidak mengakui, memuji, dan berterimakasih  kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan kepadanya, maka ia telah Kufur Nikmat.

b.  Bukti konkrit dari rasa terimakasih (syukur) kepada Allah SWT adalah sedekah.  

c.  Tiga macam wujud sedekah, yaitu sedekah harta, sedekah ilmu, dan sedekah tenaga.  Besar kecilnya wujud sedekah menunjukkan ukuran besar kecilnya kecintaan seorang hamba kepada Allah SWT.

d.  Allah menyebutkan hanya sedikit orang yang pandai bersyukur. Muslim Indonesia hanya 3,2% yang membayar zakat mal.


Catatan :


Tahun ini (2019), Pres. Jokowi membayar zakat sebesar Rp 55 juta (berarti penghasilan setahun Rp. 2,2 miliar). Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan zakat yang dibayarkan kepala negara pada tahun lalu sebesar Rp 50 juta.


&&&&&

Kisah Qarun

Kisah Qarun diabadikan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an surah al-Qashash ayat 76 - 82
Di zaman Nabi Musa, ada orang bernama Qarunkekayaannya sangat melimpah ruah. Ia masih sepupu dari Nabi Musa.
Namun sebelumnya, hidup Qarun sangat miskin. Dia tidak mampu menafkahi anaknya yang jumlahnya sangat banyak.
Bosan dengan keadaannya, Qarun meminta Nabi Musa untuk mendoakannya agar Allah memberikannya harta benda yang sangat banyak.
Tanpa ragu nabi Musa pun kemudian mendoakan untuk Qarun, karena dia tahu bahwa Qarun adalah seorang yang sangat saleh dan pengikut ajaran Ibrahim yang sangat baik.
Allah pun mengabulkan doa Musa. Akhirnya, Qarun kemudian menjadi orang yang kaya raya.
Tetapi Qarun berubah. Ia menjadi sombong, enggan sedekah, dan kufur nikmat. Dengan sengaja ia memamerkan harta kekayaannya, sehingga membuat orang-orang yang melihatnya hampir saja terjerumus pada kesesatan, karena terbuai gemerlap harta kekayaan itu.
Suatu hari, Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mengerjakan Zakat. Nabi Musa lalu mengutus salah seorang pengikutnya untuk mengambil zakat dari Qarun. Begitu sampai, Qarun langsung marah dan tidak mau memberikan sedikit pun dari kekayaannya. Karena, menurut Qarun, kekayaannya itu adalah hasil kerja keras dan usaha sendiri, tidak ada kaitan dengan siapa pun, tidak ada kaitan dengan Allah, atau dewa mana pun. (QS. al-Qashash: 78).
Qarun pun berani memfitnah Nabi Musa. Dia mengupah seorang wanita agar mengaku telah berbuat serong dengan Nabi Musa. Ketika seluruh Bani Israil telah berkumpul, Qarun berkata, ''Wahai Bani Israil, ketahuilah, Musa yang kalian anggap sebagai Nabi dan orang baik itu, sebenarnya tidak demikian. Bahkan, dia telah menghamili wanita ini.''
Nabi Musa merasa sedih dan Allah menunjukkan kekuasannya. Lidah perempuan yang disuruh berbohong tersebut kelu dan dia pun akhirnya mengucapkan cerita yang sebenarnya, bukan kata-kata bohong yang sudah disiapkan sebelumnya.
Nabi Musa kemudian berdoa agar Qarun dan harta seluruh harta kekayaannya ditenggelamkan.
Tidak lama kemudian, bumi berguncang dan seketika bumi terbelah sehingga tubuh Qarun dan seluruh kekayaannya habis ditelan bumi (QS. al-Qashash ayat 81).
Tempat di mana Qarun dan seluruh kekayaannya dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi ini berada di sebuah tempat yang kini dikenal dengan sebutan Danau Qarun (Bahirah Qarun). Namun, tidak ada satu pun kekayaan Qarun yang tersisa, selain puing-puing istananya yang bernama Qasru el-Qarun yang sampai saat ini masih berdiri kokoh di pinggir Tasik Qarun, Kota Fayyoum, yang tidak terlalu jauh dari Kairo, Mesir.
Setelah menyaksikan kejadian yang menimpa Qarun, bertambahlah keimanan orang-orang Bani Israil kepada Allah. ''Benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah),'' ujar mereka.
Kisah Qarun ini mengajarkan kita tentang bahaya sifat kufur, cinta dunia, dan sombong. Allah mengingatkan agar kita selalu bersyukur atas limpahan nikmat kekayaan yang kita miliki. ''Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih,'' demikian Surah Ibrahim ayat 7.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar