Pendahuluan
"Manunggaling
kawulo gusti" merupakan konsep spiritual kepercayaan orang Jawa kuno (Kejawen)
yang merujuk pada keadaan di mana manusia mencapai tingkat kesadaran
tertinggi dan merasakan kedekatan yang mendalam dengan Gusti Sang Pencipta alam
semesta.
Secara harfiah,
manunggaling kawula gusti berarti "bersatunya manusia (kawulo) dengan
Tuhan (Gusti)", yang bisa diterjemahkan sebagai "menyatunya jiwa manusia
dengan kehendak Tuhan"
Konsep ini
mencerminkan pemahaman bahwa segala tindakan dan eksistensi manusia seharusnya
selaras dengan kehendak Tuhan Sang Pencipta. Dalam konsep ini, diyakini bahwa
segala sesuatu yang ada di alam semesta berasal dari satu sumber yang sama, yaitu Tuhan atau
Gusti.
Namun, pemahaman dan interpretasi
terhadap pemahaman ini bisa berbeda-beda tergantung pada konteks dan
perspektif masing-masing individu atau kelompok. Sebagian ulama Islam di
Indonesia berpandangan bahwa konsep manunggaling kawula gusti perlu dipahami dengan
hati-hati. Beberapa aspeknya mungkin mirip dengan ajaran wahdatul wujud dalam
sufisme, tetapi ada juga interpretasi yang dianggap bisa menyimpang dari
akidah Islam.
Konsep Dasar
Konsep dasar dari
ajaran ini berlandaskan pada keyakinan bahwa tujuan hidup manusia adalah
memperoleh kehidupan
yang bahagia, yaitu kondisi kehidupan yang tenang, tenteram dan damai. Untuk dapat
memperoleh kondisi kehidupan yang bahagia itu maka kepercayaan Kejawen
mengajarkan agar kita menyatukan atau menyelaraskan jiwa kita dengan
"kehendak suci" Sang Maha Pencipta.
Sebagian orang
mengatakan konsep manunggaling kawulo Gusti itu dalam khasanah Islam sama
dengan Makrifat. Untuk dapat
mencapai tingkat Makrifat maka Kejawen mengajarkan berbagai macam
"laku", yaitu praktik
spiritual yang dilakukan oleh penganut Kejawen. Laku spiritual ajaran kejawen,
dalam istilah umum disebut ibadah meliputi: Sembahyang, Semedi, Tirakat, dan
Sedekah.
Praktik laku spiritual
itu nantinya akan membuahkan hasil yaitu jiwa atau pribadi luhur sesuai
kehendak suci Tuhan, yaitu pribadi yang mempunyai karakter dan sifat-sifat luhur ilahiyah,
antara lain: jujur,
adil, tanggung-jawab, ikhlas, toleran, peduli, sabar dan syukur.
Pribadi luhur sesuai
kehendak suci Tuhan merupakan syarat untuk mencapai kesempurnaan dan
kebahagiaan hidup, baik secara lahiriah maupun batiniah. Secara lahiriah, laku
ajaran Kejawen dapat membantu manusia untuk mencapai kesehatan, kebahagiaan,
dan kemakmuran. Sedangkan secara batiniah, laku ajaran Kejawen dapat membantu
manusia untuk mencapai kesucian, pencerahan, dan kebijaksanaan.
Interpretasi Wali Sanga:
Setiap Wali Sanga
memiliki penekanan dan interpretasi tersendiri terhadap konsep manunggaling
kawula gusti. Beberapa contoh:
- Sunan Bonang mengajarkan konsep
"manunggaling dzat," yang menekankan kedekatan dan harmoni spiritual
dengan Tuhan.
- Sunan Kalijaga mengajarkan
"manunggaling kawula-gusti" melalui ajaran Suluk Wijayakusuma, yang
menekankan pengabdian diri kepada Tuhan dan kesejahteraan masyarakat.
- Sunan Kudus mengajarkan
"manunggaling laku," yang menekankan pentingnya keselarasan antara spiritualitas
dan tindakan moral dalam kehidupan sehari-hari.
Catatan
Interpretasi terhadap
konsep Manunggaling Kawula Gusti beragam, tergantung pada aliran Kejawen dan
individu masing-masing.
Konsep ini tidak
bertentangan dengan agama lain, tapi menawarkan perspektif unik tentang
hubungan manusia dan Tuhan.
Singkatnya, Manunggaling Kawula Gusti merupakan aspirasi kepercayaan Kejawen untuk hidup selaras dengan Tuhan dan alam, mencapai kesatuan esensi dan menjalani hidup bermakna dalam harmoni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar