Minggu, 28 Januari 2024

Manusia Yang Paling Dicintai Allah

1. Dua Pertanyaan Sahabat

Ketika sedang duduk iktikaf di masjid Nabawi, Rasulullah saw didatangi oleh seorang laki-laki. Lalu dengan sungguh-sungguh lelaki itu bertanya dua hal: (kitab hadis riwayat Ath-Thabrani 6/139)

Pertama, "Ya Rasulullah, MANUSIA spt apa yang paling dicintai Allah."

Rasulullah menjawab, “khoirunnas anfa'uhum linnas,” yaitu orang yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lainnya.

Kedua, "Ya Rasulullah, AMAL PERBUATAN apa yang paling disukai Allah?" 

Rasulullah menjawab “idkhol al-surur ‘ala qolbi al-mu’min ...“ yaitu memasukkan kegembiraan kedalam hati orang mukmin yang sedang mengalami kesusahan...

dan Rasulullah menambahkan, yaitu: melepaskan kesulitannya, atau menghilangkan kelaparannya, atau melunasi hutangnya.

Saking tingginya nilai kecintaan Allah Ta'ala terhadap amalan itu, sampai² Nabi menegaskan, "Aku lebih suka membantu saudaraku sesama muslim (yang sedang mengalami kesulitan) daripada beriktikaf di masjid ini (Nabawi) selama sebulan penuh".

Dari dua sabda Rasulullah itu kita bisa dapatkan dua poin penting, yaitu:

> Manusia yang yang paling dicintai Allah adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lainnya.

> Amalan yang paling dicintai Allah adalah memasukkan kegembiraan kedalam hati orang mukmin yang sedang mengalami kesusahan.

*****

2.  Manusia Yang Paling Dicintai Allah

Sabda Rasulullah pertama itu menyiratkan bahwa orang yang paling dicintai oleh Allah bukanlah orang yang paling tinggi gelarnya (professor, kyai atau ustadz), atau yang paling banyak hafalan al qur'an nya, atau paling banyak shalat sunnahnya, dsb. Tetapi orang yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi masyarakat, “khoirunnas anfa'uhum linnas.”

Siapapun dia dan apapun statusnya, baik petani, nelayan, buruh, bahkan orang buta huruf sekalipun bila dia banyak memberi manfaat bagi manusia lainnya maka dialah orang yang paling dicintai Allah.

> Sumur Wakaf Utsman bin Affan

Saat Rasulullah baru saja hijrah, Madinah dilanda musim paceklik. Masyarakat sulit mendapatkan air bersih, baik untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, maupun untuk berwudhu.

Tak jauh dari Masjid Nabawi, ada sumur besar yang airnya berlimpah milik seorang Yahudi yang terkenal kikir dan serakah, yang tidak mau berbagi air kepada penduduk Madinah. Penduduk terpaksa harus antre dan membeli air bersih dari Yahudi yang harganya tidaklah murah.

Rasulullahpun berseru, "Wahai sahabatku, siapa saja di antara kalian yang membeli sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka kelak dia di surga"

Utsman bin Affan bergegas mendatangi Yahudi pemilik sumur dan memberikan penawaran tinggi untuk membeli sumur nya. Tetapi orang Yahudi pemilik sumur itu menolak menjualnya.

Utsman menawarkan, "Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu,"

"Maksudmu?" tanya Yahudi keheranan.

"Kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu, kemudian lusa menjadi milikku lagi, demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?" jelas Utsman.

Akhirnya si Yahudi setuju dan Utsman membeli separuh dari mata air itu dengan harga 12.000 dirham.

Setelah memiliki setengah bagian sumur, Utsman bin Affan kemudian mulai melakukan sedekah air. Ia mengumumkan kepada seluruh penduduk Madinah yang membutuhkan air bisa mengambil air gratis (tidak dipungut biaya). Maka masyarakat mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu sudah hak orang Yahudi.

Keesokan hari, Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli. Yahudi merasa terpukul karena dia kehilangan pendapatannya. Setelah itu, Yahudi itupun mendatangi Utsman untuk menjualnya seluruh sumur miliknya. Utsman setuju, dengan demikian sumur itu pun menjadi milik Utsman sepenuhnya.

Utsman bin Affan mewakafkan sumur tersebut sehingga bisa dimanfaatkan siapa saja yang membutuhkan air. Bahkan Yahudi pemilik sumur sebelumnya juga dipersilahkan untuk memanfaatkan air ini secara gratis.

Sumur yang menjadi wakaf Utsman bin Affan di Madinah itu terus mengalirkan kebaikan dan pahala. Bahkan airnya masih mengalir hingga saat ini.

*****

> Kemauan Untuk Menjadi Bermanfaat

Menjadi orang yang bermanfaat itu bukan monopoli orang kaya, seperti Utsman bin Affan yang bisa membeli sumur milik orang Yahudi. Tetapi orang yang tidak kayapun mempunyai peluang yang sama untuk bisa menjadi orang bermanfaat.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan agar kita bisa bermanfaat bagi orang lain. (1) Jika kita memunyai harta, kita bisa memberikan manfaat kepada banyak orang dengan harta. (2) Jika kita memunyai ilmu, kita bisa menyumbangkan ilmu dan pikiran kita sehingga bisa memberikan manfaat kepada banyak orang. (3) Jika kita memunyai tenaga, kita bisa menyedekahkan tenaga kita sehingga menjadi manfaat bagi banyak orang.

Kuncinya adalah kemauan dan keikhlasan. Kemauan dengan didasari oleh semangat dan kesadaran. Keikhlasan yang bermakna tidak mengharapkan upah atau pujian, melainkan karena mengharapkan ridho dari Allah Ta,ala.

*****

3. Amalan yang paling dicintai Allah

Amalan yang paling dicintai Allah adalah “idkhol al-surur ‘ala qolbi al-mu’min“ yaitu menolong saudara seiman yang mengalami kesulitan. Menolong dalam bentuk: melepaskan kesulitannya, atau menghilangkan kelaparannya, atau melunasi hutangnya.

Jadi amalan yang paling dicintai Allah itu BUKANLAH shalat tahajut yang panjang, bukan pula puasa seperti nabi daud, dzikir yang lama, mengkhatamkan al qur'an, atau iktikaf di malam lailatur qadar. Tetapi amalan yang paling dicintai Allah adalah menolong saudara seiman yang mengalami kesulitan hidup.

Bahkan Rasulullah menegaskan bahwa menolong saudara seiman yang sedang mengalami kesulitan itu lebih beliau sukai daripada beriktikaf selama sebulan penuh di masjid Nabawi.

*****

> Dialog Nabi Musa dengan Allah

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub karya Imam Al Ghazali, diceritakan dialog antara Nabi Musa As dengan Allah taala. Nabi Musa merupakan salah satu Nabiyullah yang bisa berdialog langsung dengan Allah Swt.

Nabi Musa bertanya, “Ya Allah, diantara semua ibadah yang telah kulakukan untukMU, manakah ibadah yang membuat Engkau senang?“

> “Apakah Sholatku?“ Allah menjawab, “Sholatmu itu hanya untuk dirimu sendiri. Karena sholat yang kau dirikan akan membuatmu terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar.”

> “Apakah puasaku?”. Allah menjawab, “Puasa yang kau jalani juga hanya untukmu. Karena puasa itu dapat melatih dirimu agar mampu mengekang hawa nafsumu.”

> “Apakah dzikirku?”. Allah menjawab, “Dzikirmu juga untukmu sendiri, agar membuat hatimu menjadi tenang.

> “Lalu ibadah yang mana yang membuat Engkau senang? Tanya Nabi Musa.

Allah SWT menjawab, “SEDEKAH. Membantu sesama orang beriman yang sedang mengalami kesusahan itulah yang membuat Aku senang. Tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, Aku berada disampingnya.“

Apabila shalat, puasa, dzikir dan ibadah mahdhah lainnya hanya bernilai pahala sekali, maka tidak demikian dengan sedekah. Sedekah jariyah mengalirkan pahala yang terus menerus selama apa yang disedekahkan itu memberikan manfaat.

*****

4. Hukum Menolong Saudara Seiman

Menolong kesulitan saudara seiman selain mempunyai nilai pahala yang tinggi, hukum syariahnya adalah WAJIB. artinya bila seseorang enggan menolong saudaranya seiman yang sedang mengalami kesulitan maka Allah akan murka.

Rasulullah bersabda, "Man laa yarham walaa yurham", artinya, "Barangsiapa tidak menolong (sesama manusia), maka ia tidak ditolong (oleh Allah)" (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya." (HR At-Thabrani).

5. Tragedi Palestina

Saat ini di Palestina, saudara2 muslim kita di Gaza sedang mengalami serangan dari militer Zionis Israel. Gedung2 di Gaza hancur, sekitar 100 ribu penduduk meninggal dan ratusan ribu lainnya mengungsi dan kelaparan akibat gempuran militer Israel. Saudara2 muslim kita di Gaza sangat menderita dan butuh pertolongan dari kita yang ada di Indonesia.

Bantuan dari pemerintah sudah dilakukan, dan donasi dari masyarakat kita juga sudah mengalir. Tetapi bantuan itu masih terus dibutuhkan, karena hingga saat ini mereka masih kelaparan dan banyak yang mengalami sakit. Adalah menjadi kewajiban kita untuk menolong masyarakat muslim Gaza yang membutuhkan pertolongan.

***** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar