Jumat, 17 Juli 2020

Cintaku Ada Diantara Mega 17-18


*CINTAKU ADA DIANTARA MEGA  17*

Simbok menarik tangan Bagas yang sudah membalikkan badan. Ia tak bisa menerima ucapan Bagas yang sangat tajam.

"Mas, apa maksud mas Bagas? Mas Bagas ingin simbok meracuni seseorang?"
"mBook, lepaskaan !" kata Bagas sengit.
"Lho.. lho... mas Bagas ini kenapa sih, kok tiba-tiba seperti orang kesetanan begitu ?"
"Lepaskan mboook.."
"Nggak mau, jawab dulu simbok, ada apa? Marah sama siapa? Kok pakai ingin meracuni orang segala. Dosa tahu!"
"Huuuhuuu... simbok nakal..." Bagas pura-pura mewek..

"Jelek.. jahat.. simbok nggak mau !!" kata simbok sambil mencubit pantat Bagas berkali-kali..
"Aaauuw... ampuun.. sakiit..."
 "Biarin, biar kapok..!!"
"Ada apa teriak-teriak begitu?" tiba-tiba pak Darmono sudah ada diantara mereka.
"Eh.. bapak.. ini, mas Bagas nakal, simbok cubitin pantatnya," kata simbok lalu mengambil cangkir diletakkan dimeja.

"Mau apa kamu itu mbok?"
"Katanya suruh buatkan minum..  ada tamu kan pak?"
"Tamunya sudah pulang. Kamu kelamaan.." omel pak Darmono.
"Oh, ya ampun.. ma'af pak, tadi simbok ketiduran, baru mau membuat minum."
"Lalu mengapa Bagas berteriak-teriak?"
"Itu, simbok cubitin, so'alnya mau meracun orang."
"Apa?" pak Darmono terkejut.
"Bercanda pak... simbok tuh..bisa-bisanya.."

"Sini kamu !!" kata pak Darmono tegas, sambil menarik tangan Bagas, dibawanya kekamar.
"Kamu marah sama Basuki?"
"Tidak pak."
"Kamu bilang mau meracun dia?"
"Ah, cuma bercanda pak, masa iya itu sungguhan. Apa kita punya racun?"
"Tapi kata-kata kamu itu kan ungkapan dari rasa tidak suka kamu pada Basuki?"
"Bapak nih, bercanda.. nggak sungguhan.. Kok bapak marahnya sungguhan, kaya simbok saja."
"Kamu harus bisa mengalahkan rasa cinta kamu sama Mery."
Bagas terdiam, menatap bapaknya lekat-lekat.

"Tadi sekilas Basuki bilang, bahwa Mery sudah menjadi kekasihnya sejak duapuluhan tahun lalu. Mereka bergaul bebas, tidak mengenal batas," lanjut pak Darmono bersungguh-sungguh.
"Apa?" mata Bagas terbelalak.

"Sekarang mereka sadar, sudah menjadi orang baik-baik, dan ingin menjalin kehidupan yang normal, berusaha menjadi manusia yang santun dan berharap akan hidup bahagia. Mari kita dukung niat mulia itu."

Bagas tercenung ditempatnya. Ia ingat kata-kata Mery.
"Bagas, nanti kamu akan kecewa."

Jadi itu sebabnya ? Bagas termenung beberapa sa'at lamanya. Tak mengira bahwa Mery bukan gadis yang benar-benar gadis. Lama Bagas terdiam, lalu menghela nafas panjang. Kemudian ia sadar, dan harus merasa bersyukur, bahwa Mery telah melabuhkan cintanya dipantai yang diimpikannya, bersama laki-laki yang memang seharusnya memilikinya.

"Sekarang kamu mengerti Bagas? Bisa menerima semua ini ?"
Bagas mengangguk. Kebaikan dan kelembutan hati Mery membuatnya terbuai, memimpikan sebuah kehidupan yang akan dirintisnya bersama. Tapi Bagas keliru. Ia tak ingin merendahkan Mery, ia justru bersyukur Mery telah menjadi wanita yang benar-benar wanita, dan telah menemukan cintanya.

"Baiklah bapak, Bagas mengerti. Barangkali mas Basuki memang laki-laki yang tepat untuk dia. Mas Basuki benar-benar menjadi miliknya, bukan hanya sebagai pemuas nafsunya seperti tahun-tahun yang dilewatinya. Semoga mereka bahagia."

Pak Darmono menepuk-nepuk pundak Bagas, dan merasa lega.
"Dengar Bagas, tadi sekilas Basuki juga bilang  bahwa kamu akan diminta untuk memegang perusahaannya yang di Ungaran, karena dia akan menetap di Solo."
"Benarkah ?"
"Tapi kamu boleh memikirkannya."

"Bukannya bapak bilang kalau aku keluar, bapak merasa sungkan sama pak Suryo?"
"Tadinya, ya.. tapi karena ada kepentingan-kepentingan yang tampaknya kamu tidak suka, ya sekarang mau bagaimana lagi. Terserah kamu saja."
"Baiklah pak, nanti akan Bagas fikirkan."

  ***

"Dari mana Bas?  dari rumah saja ?" tanya Mery ketika dia datang diwarung Mery siang itu.
"Dari jalan-jalan sama om Darmono. Semalam aku sudah kerumahnya, dan membicarakan rencana pernikahan kita."
"Oh, ketemu Bagas juga?"

"Ketemu, aku juga sudah bilang sama om Darmono bahwa nanti Bagas akan aku minta agar mewakili aku memegang usahaku yang di Ungaran. Belum detail sih, nanti setelah pernikahan kita bicarakan lagi. Tapi kalau Bagas mau secepatnya, aku malah senang."
"Bagas mau ?"
"Belum bilang begitu, aku baru ngomong sama om Darmono."
"Kemana saja tadi?"
"Putar-putar kita, makan bubur tumpang di Pasar Legi."
"Hm, berarti nggak lapar nih."
"Belum, kalau lapar aku bilang."
"Baiklah."

"Mery, tiba-tiba aku punya pikiran yang mungkin kamu tidak memikirkannya. Entah kamu akan setuju atau tidak." lanjut Basuki.
"Apa tuh ?"
"Bagaimana kalau kita menikah didesa saja?"
"Didesa? Desa mana?"
"Daerah Sarangan lah, yang orang-orangnya kamu banyak kenal?"
"Wouww... ide bagus Bas. Bagaimana tiba-tiba kamu punya pikiran sedemikian menariknya?"

"Setelah ada gangguan beberapa hari terakhir ini .. aku merasa bahwa mereka tak akan berhenti. Ia akan terus mengejar aku."

"Hm, orang ganteng, banyak harta, iyalah banyak yang akan mengejarnya. Terutama mantan-mantan kamu itu, " kata Mery bersungut-sungut.

"Lho, kok malah jadi sinis begitu? Ini kan bukan salah aku?"

"Salah kamu, mengapa sudah tua juga masih ganteng.. "

Basuki terbahak. 

 

"Hm, senengnya.. dipuji ganteng.."

"Iya lah, aku memang ganteng. Kalau enggak mana mau kamu sama aku? Pasti kamu lebih memilih Bagas yang masih belia."

"Yaaah, kok membalasnya begitu sih? Bagas itu bukan apa-apa."

"Tapi kan dia juga suka sama kamu."

 

"Ini mau ngomongin serius kok jadi malah cari bahan pertengkaran sih?"

"Habis, kamu yang mulai. Oke, diulang ya.. jadi karena aku khawatir ada gangguan-gangguan dari perempuan-perempuan itu, maka aku memilih menikah disana. Aku mau minta tolong mas Timan agar bicara sama pak lurah. Yang penting kamu setuju. Ya kan?"

 

"Aku setuju banget, disana kalau ada pengantin suasananya heboh !! Aku pernah melihatnya ketika Sri mengajakku."

"Baiklah, nanti aku ngomong sama mas Timan." 

"Baiklah, jangan lupa kalau kamu ada waktu antarkan aku ke panti asuhan itu. Masihkah ibu Umi ada disana? Ketika itu beliau sudah setengah tua."

"Ada waktulah, pasti.. nanti dalam sehari dua hari ini kita kesana. Mungkin dia juga masih ingat aku, karena ketika akan membawa kamu, aku bertemu juga sama bu Umi."

 

***

 

"Apa benar pak, Basuki akan menikah sama mbak Mery ?" tanya Darmin pada suatu sore.

"Iya, pak lurah tadi yang mengatakannya. Dan pak lurah bilang, mungkin pernikahan itu akan diadakan disini." jawab mbah Kliwon.

"Benarkah ? Mengapa orang sekaya Basuki lebih suka menikah didesa?"

"Barangkali sudah bosan sama kemewahan yang ada dikota."

 

"Wah, kira-kira nanti pasti akan ramai disini ya pak.. akan ada tayuban nggak ya?"

"Kamu itu mikirnya hanya tayuban saja. Jangan-jangan nanti kamu juga pengin mabuk-mabukan Min?"

 

"Ya enggak lah pak. Darmin kan sudah sembuh, sudah jadi orang baik, dan bersyukur anak satu-satunya sudah hidup bahagia, serta memberi saya cucu. Saya sudah tak ingin apa-apa lagi pak."

"Syukurlah. Tapi benar, ternyata aku ini juga sudah aki-aki banget ya Min, sudah punya cicit."

 

"Bapak seneng kan, beberapa hari yang lalu bisa ketemu Tiwi. Pasti sekarang sudah lebih pintar. Masih cedal kah dia?"

"Masih, umurnya kan baru dua tahun, lumrah kalau belum bisa ngomong jelas. Tapi dia lucu sekali, dan biarpun sama aku jarang ketemu, tapi aku gendong dia mau saja."


"Iya lah, kan baunya bapak sudah kelihatan kalau bukan orang lain."

"Benar, bau asem .."

"Besok Minggu aku mau main kesana, bapak jagain rumah ya?"

"Kamu mau ke Solo? Sama siapa?"

"Ya sendiri lah pak, seperti anak kecil saja harus ada temannya."

 

"Ya sudah, nanti aku siapkan oleh-oleh buat anakmu. Jagung muda baru panen Minggu ini, pasti nak Timan suka. Dan kalau bisa suruh ngabari juga Lastri, biar kebagian jagungnya juga."

"Iya pak, besok kalau sudah harinya saja, kalau disiapkan sekarang jadi kurang enak."

"Iya beres, aku sudah tau."

"Kalau buat Tiwi oleh-oleh apa ya. Oh ya, pisang raja yang kemarin itu, sudah suluh lho pak, nanti aku juga bisa  bawa."

 

"Kamu sendirian naik kendaraan umum. Bagaimana bisa membawa setundun pisang, sekarung jagung..?"

"Bisa pak, orang desa kan biasa memanggul barang seberat apapun, pokoknya jangan khawatir, aku pasti bisa."

 

"Jadi pengin ikut.."

"Lhaaa... bapak ..." Darmin tertawa.

"Tapi kalau aku ikut, siapa yang mau ngurusin disini?"

"Nanti bilang sama pak lurah, barangkali ada yang bisa disuruh menggantikan sebentar."

"Iya nanti kalau ketemu pak lurah aku bilang."

 

***

 

"Jadi itu benar mas, pernikahan mbak Mery akan digelar disini ?" tanya Marni kepada suaminya.

"Tadi mas Timan baru menelpon, ada kemungkinan nggak kalau pernikahan mbak Mery sama Basuki digelar disini." jawab pak lurah Mardi.

"Bisa kan mas? Itu menyenangkan sekali."

"Bisa, kalau mau nanti diadakan dirumah kita, atau di balai desa."

"Waah, pasti rame. Tapi kan harusnya mas Basuki kemari sendiri untuk bicara ya mas, tidak hanya berpesan melalui mas Timan."

 

"Nanti mereka akan datang kemari untuk bicara."

"Syukurlah. Kapan? Masih lama kah?"

"Tampaknya akan secepatnya.. mas Timan bilang.. segera."

 

"Selamat sore, pak lurah."

Pak lurah menoleh kearah pintu, dilihatnya mbah Kliwon berdiri sambil tersenyum.

"Oh, mbah Kliwon, masuk mbah.. masuk.." sapa pak lurah ramah.

"Apa saya mengganggu ?"

"Tidak, tidak... kami baru santai mbah, duduklah."

 

Bu lurah segera beranjak kebelakang untuk membuatkan minum.

"Ada yang penting mbah?"

"Tidak terlalu penting. Begini, besok Minggu, saya sama Darmin mau ke Solo."

"Oh, mau ke Solo ?"

"Iya, kangen sama cucu.."

"Ya, baiklah, tidak apa-apa, biar nanti saya suruhan orang untuk mengurus semuanya."

"Terimakasih pak lurah."

 

"Mau naik apa mbah?"

"Naik apa lagi pak, ya kendaraan umum."

"Mas, bagaimana kalau sekalian kita bicara sama mas Timan tentang rencana pernikahan itu?" kata Marni sambil meletakkan segelas wedang jahe untuk mbah Kliwon.

"Maksudmu, kita juga ke Solo?"

 

"Iya, sekalian jalan-jalan juga mas. Jarot pasti senang."

"Oh, ya bagus kalau begitu. mBah, nanti mbah Kliwon tidak usah naik kendaraan umum, bareng sama kita saja."

"Oh, begitu ya?"

 

"Iya mbah, so'alnya kita juga mau omong-omong sama mas Timan, dan kalau mungkin sama mas Bayu juga, tentang rencana pernikahan mbak Mery sama Basuki."

"Wah, kalau begitu ya alhamdulillah pak lurah. Terimakasih bisa nebeng di mobiluya pak lurah, soalnya kami juga mau membawa jagung muda dan pisang raja."

 

"Wah, pasti Sri senang. Ayo mbah, diminum wedangnya. Saya tahu mbah Kliwon suka wedang jahe, jadi saya buatkan."

"Bu lurah repot-repot, terimakasih banyak."

 

***

 

"Mas, dengar mas, besok Minggu kita akan kerumah mas Timan. Kita akan bicara tentang rencana mbak Mery menikah."

"Iya, aku sudah tau, mas Timan sudah menelpon aku. "

"Senengnya ya mas, nanti kita akan rame-rame didesa. Desaku mas... betapa menyenangkan.. aku gembira."

"Iya kelihatan kalau kamu gembira. Kalau tidak sungkan sama aku pasti kamu sudah menari-nari. Ya kan?" kata Bayu sambil tertawa.

 

"Iiih... mas Bayu... masa aku menari-nari.."

"Kita memang sudah lama tidak kesana ya Tri."

"Iya mas, mas Bayu sih.. sibuk terus. Luangkan waktu buat jalan-jalan dong."

" Iya, nanti akan tiba sa'atnya kita jalan-jalan bersama. Ayu pasti juga suka."

"Nanti dirumah mas Timan ada Tiwi, Ayu suka sekali sama Tiwi."

"Berarti dia pengin adik, mengapa ya Ayu belum juga punya adik?"

"Ayu masih kecil, baru empat tahun kurang, nanti saja punya adiknya, kalau Ayu sudah sekolah."

 

"Mengapa nunggu sampai Ayu sekolah?"

"Kalau sudah sekolah kan tidak begitu rewel.  Lalu bisa berbagi sama adiknya."

"Paling tahun depan dia bisa sekolah."

"Bayu, ada telpon nih..." kata bu Marsudi sambil keluar dan mengulurkan ponsel Bayu. 

"Terimakasih bu. Ooh, dari pak lurah ?"

 

"Hallo pak lurah," sapa Bayu.

"Mas Bayu lagi santai nih ?"

"Iya mas, ada apakah?"

"Ini, barusan mas Timan telpon, besok Minggu kita akan kumpul-kumpul dirumah mas Timan."

"Oh, iya, mas Timan juga sudah menelpon pak. Siap, seneng sekali bisa ketemuan."

"Ya sudah kalau sudah tau. Semoga benar-benar akan ada perayaan didesa."

"Iya pak lurah, Lastri juga sudah senang bukan main."

"Baiklah, sampai ketemu ya mas."

 

***

 

Mery dan Basuki sedang dalam perjalanan ke Panti Asuhan dimana dulu Mery dibesarkan. Mery tampak gembira. Bertahun-tahun tak pernah mengunjungi Panti itu.

 

"Mery, apakah nanti pihak Panti tetap belum bisa memberi tahu tentang orang tua kamu ya?"

"Entahlah mas, tapi kan sejak awal aku ini diketemukan ditepi jalan tanpa ada yang tau siapa orang tuaku."

"Ditepi jalan ?"

 

"Iya, jalan didepan Panti itu. Sungguh kejam orang tuaku ya Bas," kata Mery sendu.

"Tidak, jangan dulu menuduh begitu. Ada banyak alasan mengapa seorang ibu tega meninggalkan anaknya. Mungkin dia tidak mampu.."

 

"Mungkin aku ini anak haram.." kata Mery sambil berlinang air mata.

"Mery, siapapun adanya kamu, dan dari manapun asalmu, bahkan haram atau tidak, nyatanya kamu tumbuh menjadi seorang wanita yang cerdas dan menawan. Jangan sekali-sekali menyesali masa lalu kamu, atau dari mana kamu dilahirkan."

 

Mery mengangguk. Ia bahagia berada disamping Basuki, yang mencintai dan menjaganya dengan sepenuh hati.

 

"Eh, sebentar Bas.. berhenti dulu," tiba-tiba Mery berteriak.

Basuki menghentikan mobilnya.

"Ada apa sih ?"

"Ada yang jual gorengan disana, aku ingin sekali."

"Oh, ya ampuun, aku sampai terkejut, ternyata pengin beli gorengan," omel Basuki sambil mengundurkan mobilnya.

 

Begitu tiba didepan penjual gorengan itu, Mery segera turun.

Basuki menatap penjual gorengan itu, dan tiba-tiba merasa pernah mengenalnya.

 

"Bu Sumini ?"

***

besok lagi ya

 



*CINTAKU ADA DIANTARA MEGA  18*

 

"Bu, saya minta gorengannya ya.." kata Mery kepada penjual gorengan.

"Oh, iya mbak.. mau yang mana? Ini pisang, ketela, gatot, tape.."

"Semua saja ya bu.. duapuluh ribu.. "

"Baiklah..."

 

"Saya senang, jualan ibu bersih, pakai rak kecil dengan kaca.. jadi tidak kotor oleh debu."

"Iya mbak, pada suatu hari mendapat rejeki, lalu saya belikan kotak ini, untuk jualan.."

"Oh, bagus bu..."

 

"Bu Sumini ?" tiba-tiba Basuki mendekat.

Ibu penjual gorengan itu menatap Basuki, seperti mengingat-ingat. 

"Kamu kenal Bas?"

"Iya.. ini ibu yang aku pernah cerita ke kamu.. sakit ditepi jalan lalu aku bawa ke rumah sakit."

 

"Oh, ya Tuhan... mas... iya saya ingat...aduuh.. saya berhutang nyawa sama mas. Sungguh mulia hatinya.. Saya dibawa kerumah sakit, dibelikan baju-baju, lalu diberi uang sisa pembayaran rumah sakit.. Ya ini mas, bisa saya gunakan untuk modal jualan.. ini karena mas.." kata bu Sumini dengan mata berkaca-kaca.

 

"Oh.. ini.. ibu Sumini?"

"Bagus bu, uang ibu bisa berputar.. dan ini bagus.. dagangan tampak bersih dan menarik," kata Basuki.

"Iya mas, semua ini berkat mas yang hatinya mulia..."

 

"Ah, biasa saja bu, yang penting ibu berdagang dengan baik, laku baik, dan semoga kehidupan ibu juga menjadi lebih baik.."

"Aamiin, terimakasih mas."

 

Bu Sumini menyerahkan bungkusan kepada Mery. Namun ketika Mery membayarnya, bu Sumini menolak. 

"Tidak usah mbak, ini untuk mbak, tidak usah bayar."

"Jangan bu, nanti ibu untungnya dimana. Nggak apa-apa, terima saja, dan nggak usah ada kembalian. Untuk ibu saja."

"Tt..tapi.."

 

"Terimakasih ya  bu.." kata Mery sambil menarik Basuki pergi, khawatir kalau bu Sumini mengembalikan uangnya."

"Walah nak.. bertubi-tubi memberi saya uang untuk modal, lalu membeli dengan bayaran yang berlebih. Terimakasih nak.. terimakasih Tuhan.."

 

Bu Sumini menatap keduanya sampai mobil itu berlalu. Kemudian Bu Sumini mengusap air matanya

 

***

 

Didalam melanjutkan perjalanan itu Mery masih membayangkan wajah penjual gorengan itu. Wajahnya bersih, pasti dulu waktu mudanya dia cantik. Mery suka,  barang dagangannya juga tertata bersih. 

 

"Senang ngelihatnya ya Bas, penjual gorengan itu sangat memperhatikan kebersihan. Dengan begitu pasti akan banyak pelanggannya."

"Benar, banyak yang kurang memperhatikan kebersihan, dagangannya digelar begitu saja, bahkan tanpa penutup, sementara dipinggir jalan kan debu berhamburan, pasti ada penyakit ikut terbang bersama debu-debu itu.".

 

"Bagaimana tiba-tiba kamu tertarik pada seorang ibu yang kemudian kamu bawa kerumah sakit Bas?"

"Aku melihatnya berjalan sempoyongan, lalu merasa kasihan, kemudian menghentikan mobilku. Ketika aku ingin memberinya sejumlah uang, tiba-tiba dia terjatuh .. pingsan.. ya masa aku mendiamkannya saja? Lalu aku bawa dia kerumah sakit, dan setelah mengetahui keadaannya baik-baik saja baru aku melanjutkan perjalanan. "

 

"Kamu membayari semua biayanya?"

"Aku tinggalkan sejumlah uang kepada pihak rumah sakit, aku bilang kepada petugas bahwa kalau uang itu sisa, aku suruh memberikannya pada bu Sumini. Dan aku senang, dia mempergunakannya untuk berdagang."

 

"Oh, syukurlah. Dan beruntungnya dia, karena ketemu dengan seorang laki-laki yang berbudi mulia seperti dirimu."

"Ehem... terlalu memuji, menurutku itu adalah dorongan dari hati nuraniku. Nggak tau mengapa, aku sekarang gampang merasa iba ketika melihat orang susah."

"Iya, itu kamu yang sekarang Bas, aku bahagia menemukan laki-laki sepertimu."

Basuki tersenyum, lalu mencubit lengan Mery dengan mesra.

 

"Semoga apa yang aku lakukan sekarang ini bisa menebus semua dosa yang pernah aku lakukan."

"Aamiin... aku juga bukan orang bersih, aku ingin menebusnya dengan banyak melakukan kebaikan. Ajari aku ya Bas."

"Kita akan menjalaninya bersama-sama Mery."

"Oh ya, ini gorengannya masih panas Bas, aku mau nyomot satu ah.. pisang gorengnya harum banget. Maukah?"

"Mau dong, suapin...." kata Basuki..

 

Mery membuka bungkusan, mengambil tissue kemudian menyuapkan pisang goreng kemulut Basuki.

"Hm-emh.. enak, ini pisang raja ya?"

"Iya, pisang raja yang sudah tua.. "

 

"Besok kalau kita lewat disitu beli lagi saja, buat oleh-oleh anak buah kamu."

"Besok ? Apa kita mau menginap?"

"Kalau kemalaman kita harus menginap. Aku mau langsung ke Ungaran.  Kamu takut ?" kata Basuki sambil melirik kearah Mery.

Mery tersenyum.

 

"Tapi aku kan nggak membawa ganti?"

"Nanti beli dijalan, apa susahnya sih. Masih takut ya kalau aku berbuat yang aneh-aneh?"

"Tidak, aku percaya sama kamu.. Awas saja kalau berani macam-macam.."

"Hiiih... ancamannya..."

"Tidak menakutkan ya?"

Lalu keduanya tertawa  terbahak-bahak.

 

Mereka sudah sampai dipanti. Ibu Umi sudah tampak tua, tapi masih mengingat mereka. Ibu Umi heran mendengar mereka baru akan menikah.

 

"Duapuluhan tahun mas Basuki meminta Mery, baru sekarang mau menikah ?"

Basuki tertunduk diam. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi Mery sudah menjawabnya.

"Dulu belum ada kecocokan bu, baru sekarang berfikir untuk menikah."

"Apa kami sudah tampak tua bu?" sambung Basuki.

Ibu Umi tersenyum, menatap dengan tatapan teduh.

 

"Tidak juga. Tapi ibu senang kalian akan menikah. Semoga kalian akan bahagia."

"Aamiin." jawab keduanya.

"Ibu, apakah ibu belum mendapat informasi mengenai orang tua saya?"

Ibu Umi menghela nafas, ada rasa sesal tersirat dimatanya.

 

"Sayang sekali belum Mery, ma'af kalau ibu terpaksa mengatakannya. Dulu kamu ditinggalkan didepan panti, ketika umur kamu kira-kira sebulan. Tak ada nama yang ditinggalkan, kecuali baju yang melekat dan sebuah sepatu songket berwarna merah," ibu Umi beranjak kebelakang.

 

Agak lama Basuki dan Mery menunggu, lalu ketika keluar ia membawa sebuah bungkusan, berisi baju bayi dan kaos kaki songket yang hanya sebiji, bukan sepasang.

 

Gemetar Mery membuka baju bayi itu. Baju yang dikenakannya sa'at ibunya meninggalkannya didepan panti. Setitik air matanya menetes. Basuki meraih pundaknya untuk menenangkannya.

"Ma'af. Ibu baru kali ini mengatakannya, karena waktu itu kamu masih terlalu muda. Kecuali itu tak ada tanda-tanda apapun dibaju itu, apalagi nama atau alamat."


"Iya ibu, kami bisa mengerti. Bolehkah saya bawa baju dan kaos kaki ini?"

"Iya nak, silahkan saja. Semoga ada jalan untuk mempertemukan kamu dengan orang tua kamu."

"Aamiin, terimakasih ibu."

 

Mereka meninggalkan Panti setelah Basuki memberikan sejumlah uang untuk Panti itu  dan berjanji akan sering membantu.

 

*** 

 

Basuki membawa Mery ke Ungaran, kerumah yang disampingnya adalah kantornya. Mery tidak heran melihat rumah mewah itu.  Basuki selalu membuat rumah yang bagus, sekecil apapun  rumah itu. Seperti rumahnya yang di Solo, biar kecil tapi terkesan mewah.

 

"Kamu belum pernah kemari ya?"

Mery menggeleng. Dulu ia tahu setiap rumah Basuki, dimana Basuki biasa berpindah-pindah. Tapi rumah yang di Ungaran ini dia belum pernah melihatnya.

 

"Kamu membeli rumah baru lagi di Ungaran?"

"Kamu kira aku masih tinggal dirumah lama? Semua rumahku dulu sudah aku jual. Rumah yang memberikan kenangan buruk, dan penuh dengan gelimang dosaku."

Mery mengangguk mengerti.

 

"Ayo masuklah, disini hanya ada Karso, yang bertugas membersihkan rumah dan kantor."

"Siapa yang memasak kalau kamu pulang kemari ?"

"Tidak ada. Aku bisa beli masakan. Karso hanya memasak untuk dirinya sendiri. Mana bisa dia masak seperti masakanmu?"

"Kebanyakan laki-laki tak pintar memasak."

"Ayo masuklah."

 

Ketika masuk dilihatnya Karso menyambut dengan sangat hormat. Ia sudah lama ikut Basuki, sebelum Basuki masuk penjara. Dulu dia sering mengeluh, bahkan mengumpat Basuki dalam hati, karena Basuki sangat kasar dan suka memaki. Tapi sekarang Basuki jauh berbeda. Dia sangat sabar dan sangat baik. Tak pernah sekalipun marah atau mencela. Dan sikap itu membuatnya sangat menghormatinya. Bukan hanya dirinya, beberapa karyawan sangat patuh kepada Basuki, bukan karena bentakan Basuki, tapi karena Basuki juga sangat menghargai mereka.

 

"Tuan mau menginap disini ?"

"Iya, sediakan dua kamar tidur untuk kami."

 

Karso sedikit heran. mengapa tidak satu kamar saja. Tapi dia kemudian beranjak kebelakang. Ada dua kamar besar dirumah itu. Dan Karso membersihkan semuanya. Mengganti seprei dan sarung bantal, dan membuka semua jendela.

 

"Kamu memilih kamar yang mana? Dua kamar ini tak jauh berbeda." kata Basuki setelah Karso selesai akan tugasnya.

Mery mengikuti masuk ke salah satu kamar, lalu melihat kamar yang satunya lagi.

 

"Aku bisa yang mana saja. Yang penting aman."

Basuki tersenyum nakal.

 

"Nanti kamu boleh mengunci kamar dari dalam, terus taruh meja atau sofa besar itu didepan pintu, supaya nggak ada yang bisa masuk," kata Basuki sambil tertawa.

"Iya, pasti aku lakukan itu," kata Mery sambil tersenyum.

 

"Kalau kamu tidak kuat mengangkat mejanya, atau sofanya, kamu bisa minta tolong aku, nanti aku bantu mengangkatnya dan meletakkannya didepan pintu. Berat lho itu."

Mery tertawa keras.

 

"Berarti kamu didalam dong kalau bantuin menutup pintu dari dalam?"

"Oh iya.. iya.." lalu keduanya tertawa lucu.

"Sudah pergi sana, bolehkah aku mandi?" kata Mery kemudian.

"Boleh, mandi saja. Hei, bawa pakaianmu ini kedalam juga, jangan sampai kamu keluar dari kamar mandi baru mencari baju ganti. Aku bisa ketakutan nanti."

"Iih.. bercandanya ngawur !!" kata Mery lalu menutup puntu kamar, sementara Basuki hanya tertawa.

 

Basuki berjalan kearah depan, dilihatnya Karso sudah menyiapkan dua botol minuman dingin, dan menata gorengan yang tadi mereka beli disebuah piring.

 

Basuki Baru mencomot pisang gorengnya, ketika tiba-tiba Susan muncul dari pintu masuk. Basuki melotot marah.

 

"Basuki, aku tau kemarin kamu pura-pura marah karena ada Mery. Aku tidak percaya semua itu," kata Susan sambil merentangkan tangannya, siap memeluk Basuki.

Dengan marah Basuki menghindar, sehingga tubuh Susan terhuyung kedepan, lalu terjatuh didekat sofa.

 

"Bas.. apa yang terjadi?"

"Kamu masih tidak percaya kalau aku tidak menginginkan kedatangan kamu?"

 

Susan bangkit dengan susah payah.

"Basuki, kamu bersungguh-sungguh ?"

"Enyahlah dari hadapanku! Sekarang, dan jangan sekali-sekali menginjakkan kaki kamu dirumahku lagi."

"Bas, ini beneran?"

 

Basuki berteriak.

"Karsooo!!

 

Karso datang dengan tergopoh-gopoh.

"Seret perempuan itu keluar dari tempat ini. " hardik Basuki sambil menuding kearah Susan.

"Basuki.."

"Ayo.. keluar saja mbak.. tuan Basuki tidak suka kamu datang kemari.. ayo keluar !"

 

Dengan tangan kokohnya Karso menarik tubuh Susan yang diseretnya keluar.

"Lepaskan! Hiih, jijik aku.. kamu sentuh lenganku dengan tangan hitammu! Biar aku keluar sendiri !!

"Jangan pernah menginjakkan kaki kamu lagi ditempat ini !! Camkan itu !!" hardik Basuki.

 

Ketika Susan sudah pergi, Karso segera menggembok gerbang.

"Bagaimana perempuan-perempuan itu bisa tau rumah ini So? Beberapa hari yang lalu yang mengaku bernama Evi, hari ini Susan."

 

"Bebepara hari yang lalu ada yang bertanya ke kantor tuan. Menanyakan dimana rumah tuan, lalu mereka memberi tahu bahwa rumah tuan disini."

Basuki mengangguk-angguk. Ternyata nama perusahaannya sangat terkenal, jadi dengan mudah perempuan-perempuan itu menemukan rumahnya.

 

Basuki mengambil ponselnya, diputarnya nomor Bagas.

"Hallo mas.." sapa Bagas dari seberang.

"Kamu masih ingat tawaranku kan ?"

"Tentang pekerjaan itu ?"

"Iya, maksudku kalau kamu benar-benar bersedia, kamu bisa langsung bekerja."

 

"Bukankah mas bilang menunggu kalau mas sudah menikah?"

"Menurut aku, lebih cepat lebih baik."

"Aku akan mengajukan surat untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku dulu mas."

"Baiklah, segera lalukan, mendesak ini Gas."

 

Basuki menutup ponselnya dan menyandarkan tubuhnya di sofa. Gangguan demi gangguan semakin membuat hatinya tidak tenang. Ia ingin Mery tahu bahwa dirinya ingin menghapus semua masa lalunya.

 

***

 

Hari itu Bagas berangkat agak siang. Ia sudah mengatakan pada ayahnya bahwa dia akan resign bulan depan. 

"Terserah kalau itu kemauan kamu. Apa kamu sudah bicara sama Basuki ?"

"Sudah, tampaknya mas Basuki tergesa-gesa."

 

"Kamu benar-benar tega meninggalkan bos cantik kamu ?"

"Ah, sudahlah pak, dia itu ternyata sombong sekali. Bagas merasa tak nyaman bekerja sekantor sama dia."

 

"Ya sudah, kalau kamu sudah memikirkannya masak-masak. Nanti aku juga akan bilang pada mas Suryo."

"Bapak tidak merasa sungkan lagi pada pak Suryo?"

"Aku lebih memikirkan Basuki. Tampaknya ia sangat butuh kamu. Kasihan dia. Ketika bertemu itu dia kemudian merasa bahwa aku adalah pengganti orang tuanya. Aku jadi trenyuh."

"Baiklah, sudah siang, Bagas berangkat dulu ya pak."

 

Bagas mencium tangan ayahnya, kemudian berlalu.

Pak Darmono menghela nafas, sesungguhnya berat rasa hatinya kalau sampai Bagas melepaskan pekerjaannya, sementara pak Suryo justru ingin mengambilnya sebagai menantu. 

 

"Tapi aku lebih memikirkan Basuki, kasihan dia, bapaknya sudah tak ada."

Lalu pak Darmono mengambil ponselnya dan menelpon pak Suryo.

 

***

 

Ketika Bagas memasuki ruangannya, dilihatnya Kristin sudah ada didepan meja kerjanya. 

"Selamat pagi," sapa Bagas.

 

Kristin hanya menatapnya sekilas, lalu menjawab dingin.

"Selamat siang," balasnya.

Bagas tahu bahwa Kristin mengejeknya dengan mengatakan selamat siang. Memang dia datang lebih siang.

 

"Ma'af aku terlambat, ada urusan."

"Hm.." hanya itu jawaban Kristin, lalu kembali mengutak atik laptopnya.

 

Bagas mengambil tumpukan map dari dalam almarinya. Dilihatnya satu persatu mana yang belum selesai dikerjakannya. Kemudian ia meletakkan beberapa map dimeja Kristin.

"Ini sudah selesai."

 

Kembali Kristin hanya melirik. Tapi ia senang melihat Bagas seperti kebingungan. 

"Suatu sa'at kamu akan datang padaku dan mengatakan cinta dihadapanku. Mungkin dengan seikat bunga, atau kotak kecil berisi cincin berlian," kata hati Kristin.

Lalu Kristin tersenyum.

 

Bagas yang melihat senyum itu merasa bahwa Kristin seakan sedang mengejeknya, entah karena apa. 

Ketika makan siang tiba, Kristin berdiri dan menatap Bagas yang masih membuka-buka catatannya.

 

"Kamu belum lapar? Aku mau makan dulu."

"Silahkan. Hari ini saya pamit setengah hari, ada perlu."

"Jadi kamu mau pulang?"

"Setelah menyelesaikan ini."

"Oh, baiklah," kata Kristin sambil berlalu.

Bagas mengemasi barang-barangnya, lalu bersiap untuk pulang.

 

***

 

Kristin memasuki ruangannya kembali. Ia tidak ke warung karena yakin bahwa Bagas tak akan kesana setelah bilang ada perlu.

 

Ketika dia duduk kembali, dilihatnya sepucuk surat.

"Surat apa ini, tadi belum ada," gumamnya sambil membuka amplop itu.

 

Betapa terkejutnya Kristin ketika membaca surat itu. Tubuhnya lemas seketika.

"Apa Bagas marah karena perlakuanku? Tidak, aku harus mengejarnya dan meminta ma'af," bisiknya.

 

Kemudian ia mengambil kunci mobilnya, berharap bisa bertemu Bagas dirumahnya.

 

***

 

besok lagi ya

 



1 komentar:

  1. Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
    mampir di website ternama I O N Q Q
    paling diminati di Indonesia,
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    ~bandar poker
    ~bandar-Q
    ~domino99
    ~poker
    ~bandar66
    ~sakong
    ~aduQ
    ~capsa susun
    ~perang baccarat (new game)
    segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
    Whatshapp : +85515373217

    BalasHapus