Sabtu, 15 Oktober 2016

Filsafat & Psikologi

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu “philosophos”.  Philos berarti cinta dan sophos berarti kebijaksanaan. Sehingga arti harafiah kata “filsafat” adalah cinta akan kebijaksanaan  
Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.  Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit.  Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.
Socrates (470-399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.

Ketika Alexander Agung dari Macedonia menguasai Timur Tengah (abad 4 SM), maka kebudayaan Yunani menyebar ke wilayah-wilayah Mesir, Suria, Irak, Iran dsb.
Setelah daerah2 tersebut di taklukkan oleh kekuatan Islam melalui peperangan (abad 6 M), para sahabat nabi mengalami kesulitan dalam menyampaikan dakwah Islam kepada sebagian para penduduknya (umumnya mereka telah beragama Yahudi dan Nasrani), karena Al Qur’an mengajarkan bahwa tidak ada paksaan dalam agama.
Bahkan muncul satu golongan yang berusaha untuk menjatuhkan Islam dengan menyerang melalui argument berdasarkan filsafat Yunani dengan konsep pemikiran logika akal yang tinggi.   Dari pihak umat Islam muncul satu golongan yang dipelopori oleh kaum Mu’tazilah dengan konsep teologi rasional Islam dalam memahami Al Qur’an dan sunah Nabi untuk melawan argument mereka.
Ciri-ciri teologi rasional Mu’tazilah :
·         Banyak memakai ta’wil dalam memahami wahyu.
·         Menganut faham qadariah (istilah barat : free will and free act), dengan konsep manusia yang penuh dinamika.
·         Pemikiran teologi bertitik tolak pada konsep keadilan yaitu Tuhan Maha Adil
Filsuf Islam :
  • Al-Kindi (796-873M) filsuf besar Islam pertama, mengatakan bahwa antara filsafat dan agama tidak ada pertentangan, karena keduanya membicarakan kebenaran.
  • Al-Farabi (870-950M), memurnikan tauhid dalam teologi dan filsafat Islam.
  • Ibn Sina (980-1037M), mengembangkan filsafat Islam mengenai jiwa (al nafs)
Muncul pula teologi Asy’ari yang bercorak tradisional sebagai lawan dari teologi rasional Mu’tazilah. Berbeda dengan teologi rasional, dalam teologi tradisional berpandangan bahwa akal mempunyai kedudukan yang rendah. Teologi tradisional ini berkembang di dunia Islam bagian timur yang berpusat di Bagdad. Teologi tradisional Asy’ari jelas tidak mendorong pada berkembangnya pemikiran ilmiah dan filosofis.
Al Ghazali mengkafirkan pemikiran filsafat, dengan mengeluarkan pendapat bahwa untuk mencapai hakikat bukanlah dengan filsafat tetapi dengan tasawuf.
Bagi para filsuf, kesempurnaan manusia diperoleh melalui pengetahuan akal (ma’rifat aqliyah), sedangkan bagi para sufi melalui pengetahuan hati (ma’rifatul qalbiyah).
Man ’arafa nafsahu faqad ’arafa rabbahu. Siapa yang telah mengenal dirinya maka ia (akan mudah) mengenal Tuhannya

Piramida Kebutuhan Maslow

Menurut A.H. Maslow, seorang ahli jiwa terkenal, dalam bukunya “A Theory of Human Motivation”, ada lima macam urutan kebutuhan pokok manusia menurut urgensinya (hierarki kebutuhan) yaitu :

1.   Physical Need , yaitu kebutuhan pokok sehari-hari, sandang, pangan dan papan
2.   Safety Need , yaitu kebutuhan untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan
3.   Social Need , yaitu kebutuhan untuk bermasyarakat, hidup berdampingan dengan masyarakat lainnya, kebutuhan untuk disukai dan menyukai
4.   Esteems , yaitu kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghargaan, pujian dsb.
5.   Self actualization , yaitu kebutuhan untuk memperoleh kemasyhuran sebagai orang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.

Plato membegi manusia berdasarkan 3 nilai, yaitu : keberanian, kesenangan, dan kebijaksanaan.   Nilai pertama dianut prajurit, nilai kedua dianut pedagang, dan nilai ketiga dianut filosof.

Spanger, psikolog Jerman, meyebut enam tipe manusia berdasarkan nilai yang paling menguasai dirinya:
a.    Manusia Teoritis
b.    Manusia ekonomis.
c.    Manusia estetis
d.    Manusia sosial
e.    Manusia politis
f.     Manusia religius.


Sigmund Freud. Mengemukakan 3 konsep perkembangan manusia.
-      Tahap pertama, anak sepenuhnya diatur oleh id sumber hasrat, keinginan dan nafsu.
-      Tahap kedua, ia melihat realitas di sekitarnya; prilakunya diatur oleh ego.

-      Tahap ketiga, ia diatur oleh hati nuraninya.(superego).  Setiap kali manusia menentang superegonya, maka ia melakukan pelanggaran nilai-nilai etik atau moral (istilah sufi adalah dosa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar