Sabtu, 15 Oktober 2016

Ken Arok; Rakyat Jelata Yang Menurunkan Raja-Raja Besar Tanah Jawa

Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok (lahir:1182 - wafat: 1227), adalah pendiri Kerajaan Tumapel (yang kemudian terkenal dengan nama Singhasari ).

Dia adalah seorang Raja dari kalangan rakyat biasa akan tetapi seorang Ken Arok mempunyai kecerdasan di atas rata-rata di zamanya yang akhirnya menghantarkanya kepuncak singgasana tertinggi di singasari.

Berbagai intrik-intrik politik dilancarkan demi sebuah ambisi kekuasaan, kudetapun terjadi diawali dengan pembunuhan Tunggul Ametung yang tak lain adalah juraganya sendiri dengan menggunakan sebilah keris yang maha sakti yaitu Keris Mpu Gandring dan yang lebih tragis lagi pembunuhan tersebut disaksikan oleh istri Tunggul Ametung sendiri yaitu Ken Dedes 


Asal usul.

Ken Arok adalah putra  seorang wanita desa Pangkur bernama Ken Ndok.   Oleh ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri dan penjudi bernama Lembong.    Ken Arok tumbuh menjadi pemuda cerdas namun nakal dan gemar berkelahi. Ia bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng yang sangat nakal. Kemudian keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.
Ken Arok bertemu seorang pendeta Brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu.   Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya, maka Ken Arok dijadikan muridnya.    Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja di Tumapel (salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri).  Berkat kecerdasannya Ken Arok dipercaya menjadi pengawal Akuwu Tumapel (Akuwu merupakan jabatan yang setara dengan camat pada zaman sekarang), yaitu Tunggul Ametung.  Bahkan kemudian Ken Arok menjadi pengawal yang paling dipercaya oleh Tunggul Ametung.

Merebut Tumapel

Pada suatu hari Ken Arok mengawal Tunggul Ametung dan istrinya, Ken Dedes, pergi bertamasya ke Hutan Baboji. Ketika turun dari kereta, kain Ken Dedes tersingkap sehingga betisnya yang bersinar terlihat oleh Ken Arok.   Ken Arok menyampaikan hal itu kepada Lohgawe, gurunya.  Menurut Lohgawe, wanita dengan ciri-ciri seperti itu disebut sebagai wanita nareswari yang diramalkan akan menurunkan raja-raja.   Mendengar ramalan tersebut, Ken Arok semakin berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes.
Karena Tunggul Ametung terkenal sakti, maka Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuhnya. Ken Arok kemudian berkeliling mencari seseorang yang mampu membuat keris sakti untuknya.  Berkat informasi dari Lembong (ayah tirinya), kemudian Ken Arok menemukan Mpu Gandring, seorang ahli pembuat pusaka ampuh dari desa Lulumbang (sekarang Lumbang, Pasuruan).   Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun.   Ken Arok tidak sabar, lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk Ken Arok sendiri.
Kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan rencana liciknya.   Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan sesama pengawal.   Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo.  Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.   Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang.  Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya.   Namun karena Ken Dedes tidak mencintai Tunggul Ametung, maka Ken Dedes justru terpikat hatinya oleh Ken Arok.   Dahulu Ken Dedes menikah dengan Akuwu Tumapel tersebut karena terpaksa setelah dirinya diculik oleh Tunggul Ametung dari rumah orang tuanya.
Pagi harinya, Kebo Hijo ditangkap dan dihukum mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.  Ken Arok lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung, yang setelah lahir diberi nama Anusapati.

Mendirikan Kerajaan Tumapel

Pada tahun 1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya, raja Kadiri, dengan para brahmana.  Para brahmana memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri.    Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri.   
Kertajaya, raja Kadiri tidak takut menghadapi pemberontakan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa.   Mendengar sesumbar itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa dan siap memerangi Kertajaya.
Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter.  Pihak Kadiri kalah dan Kertajaya mati pada peperangan itu.   Tumapel akhirnya menjadi kerajaan yang besar setelah mengalahkan Kadiri.   Sebagai raja pertama Kerajaan Tumapel Ken Arok bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.  Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (pada tahun 1254 diganti menjadi Singasari).

Kematian Ken Arok

Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rumbi.   Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati.   Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri.   Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh Nuhastra, pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari.     Untuk menghilangkan jejak,  Anusapati ganti membunuh pembantunya itu.  Kepada semua orang ia mengumumkan bahwa pembantunya telah gila dan mengamuk hingga menewaskan raja.  Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247.
Sepeninggal Ken Arok, Anusapati naik takhta. Pemerintahannya dilanda kegelisahan karena cemas akan ancaman balas dendam anak-anak Ken Arok.    Puri tempat tinggal Anusapati pun diberi pengawalan ketat, bahkan dikelilingi oleh parit dalam.    Meskipun demikian, Tohjaya putra Ken Arok dari selir bernama Ken Umang tidak kekurangan akal. Suatu hari ia mengajak Anusapati keluar mengadu ayam. Anusapati menurut tanpa curiga karena hal itu memang menjadi kegemarannya. Saat Anusapati asyik menyaksikan ayam bertarung, tiba-tiba Tohjaya menusuknya dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Anusapati pun tewas seketika. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1249.

Sepeninggal Anusapati, Tohjaya naik takhta. Namun pemerintahannya hanya berlangsung singkat karena ia kemudian tewas pada tahun 1250 akibat pemberontakan Ranggawuni putra Anusapati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar