Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok (lahir:1182 -
wafat: 1227), adalah pendiri Kerajaan Tumapel (yang kemudian terkenal
dengan nama Singhasari ).
Dia adalah seorang Raja dari kalangan rakyat biasa akan
tetapi seorang Ken Arok mempunyai kecerdasan di atas rata-rata di zamanya yang
akhirnya menghantarkanya kepuncak singgasana tertinggi di singasari.
Berbagai intrik-intrik politik dilancarkan demi sebuah
ambisi kekuasaan, kudetapun terjadi diawali dengan pembunuhan Tunggul Ametung
yang tak lain adalah juraganya sendiri dengan menggunakan sebilah keris yang
maha sakti yaitu Keris Mpu Gandring dan yang lebih tragis lagi pembunuhan
tersebut disaksikan oleh istri Tunggul Ametung sendiri yaitu Ken Dedes
Asal
usul.
Ken Arok adalah putra seorang wanita desa Pangkur
bernama Ken Ndok. Oleh ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah
pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri dan
penjudi bernama Lembong. Ken Arok tumbuh menjadi pemuda cerdas namun
nakal dan gemar berkelahi. Ia bersahabat dengan Tita, anak kepala desa
Siganggeng yang sangat nakal. Kemudian keduanya pun menjadi pasangan perampok
yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan
Kadiri.
Ken Arok bertemu seorang pendeta Brahmana
dari India
bernama Lohgawe, yang datang ke
tanah Jawa
mencari titisan Wisnu.
Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe
yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya, maka Ken Arok dijadikan
muridnya. Atas
bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja di Tumapel
(salah satu daerah bawahan Kerajaan
Kadiri). Berkat
kecerdasannya Ken Arok dipercaya menjadi pengawal Akuwu Tumapel (Akuwu merupakan
jabatan yang setara dengan camat
pada zaman sekarang), yaitu Tunggul
Ametung. Bahkan kemudian Ken Arok
menjadi pengawal yang paling dipercaya oleh Tunggul Ametung.
Merebut
Tumapel
Pada suatu hari Ken Arok mengawal Tunggul
Ametung dan istrinya, Ken
Dedes, pergi bertamasya ke Hutan Baboji. Ketika turun dari kereta, kain Ken
Dedes tersingkap sehingga betisnya yang bersinar terlihat oleh Ken
Arok. Ken
Arok menyampaikan hal itu kepada Lohgawe, gurunya. Menurut Lohgawe,
wanita dengan ciri-ciri seperti itu disebut sebagai wanita nareswari yang diramalkan akan menurunkan raja-raja. Mendengar ramalan tersebut, Ken
Arok semakin berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul
Ametung dan menikahi Ken Dedes.
Karena Tunggul Ametung terkenal sakti,
maka Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuhnya. Ken Arok
kemudian berkeliling mencari seseorang yang mampu membuat keris sakti
untuknya. Berkat informasi dari Lembong
(ayah tirinya), kemudian Ken Arok menemukan Mpu
Gandring, seorang ahli pembuat pusaka ampuh dari desa
Lulumbang (sekarang Lumbang, Pasuruan).
Mpu
Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu
setahun. Ken Arok tidak sabar, lima
bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu
direbut dan ditusukkan ke dada Mpu
Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu
Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan
membunuh 7 orang, termasuk Ken Arok sendiri.
Kembali ke Tumapel,
Ken Arok menjalankan rencana liciknya. Mula-mula
ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo
Hijo, rekan sesama pengawal. Kebo
Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang
yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo
Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok
berhasil. Malam berikutnya, Ken Arok
mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu
menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas
ranjang. Ken
Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun karena Ken Dedes tidak mencintai
Tunggul Ametung, maka Ken Dedes justru terpikat hatinya oleh Ken Arok. Dahulu Ken
Dedes menikah dengan Akuwu Tumapel
tersebut karena terpaksa setelah dirinya diculik oleh Tunggul
Ametung dari rumah orang tuanya.
Pagi harinya, Kebo Hijo ditangkap dan dihukum
mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul
Ametung. Ken Arok lalu
mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel
dan menikahi Ken
Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan
itu. Ken
Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul
Ametung, yang setelah lahir diberi nama Anusapati.
Mendirikan Kerajaan Tumapel
Pada tahun 1222 terjadi
perselisihan antara Kertajaya,
raja Kadiri,
dengan para brahmana.
Para brahmana
memilih pindah ke Tumapel
meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan
terhadap Kadiri.
Setelah mendapat dukungan mereka, Ken
Arok pun menyatakan Tumapel
sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri.
Kertajaya,
raja Kadiri tidak takut menghadapi pemberontakan Tumapel.
Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara
Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken Arok pun memakai
gelar Bhatara Siwa dan siap
memerangi Kertajaya.
Perang antara Kadiri dan Tumapel
terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah dan Kertajaya
mati pada peperangan itu. Tumapel
akhirnya menjadi kerajaan yang besar setelah mengalahkan Kadiri. Sebagai raja pertama Kerajaan Tumapel Ken
Arok bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja
(pada tahun 1254
diganti menjadi Singasari).
Kematian Ken Arok
Ken
Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya,
dan Dewi Rumbi. Selain itu, Ken
Dedes juga memiliki putra dari Tunggul
Ametung yang bernama Anusapati. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken
Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu
Tohjaya,
Panji Sudatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
Anusapati
merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal
ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken
Dedes), akhirnya Anusapati
mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah
kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan keris Mpu
Gandring yang selama ini disimpan Ken
Dedes. Ia kemudian menyuruh Nuhastra, pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh
Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Untuk
menghilangkan jejak, Anusapati
ganti membunuh pembantunya itu. Kepada
semua orang ia mengumumkan bahwa pembantunya telah gila dan mengamuk hingga
menewaskan raja. Peristiwa kematian Ken
Arok dalam naskah Pararaton
terjadi pada tahun 1247.
Sepeninggal Ken
Arok, Anusapati naik takhta. Pemerintahannya dilanda
kegelisahan karena cemas akan ancaman balas dendam anak-anak Ken
Arok. Puri tempat
tinggal Anusapati pun diberi pengawalan ketat, bahkan dikelilingi oleh parit
dalam. Meskipun demikian, Tohjaya
putra Ken
Arok dari selir bernama Ken
Umang tidak kekurangan akal. Suatu hari ia mengajak Anusapati
keluar mengadu ayam. Anusapati menurut tanpa curiga karena hal itu memang
menjadi kegemarannya. Saat Anusapati asyik menyaksikan ayam bertarung,
tiba-tiba Tohjaya
menusuknya dengan menggunakan keris Mpu
Gandring. Anusapati pun tewas seketika. Peristiwa itu terjadi
pada tahun 1249.
Sepeninggal Anusapati, Tohjaya
naik takhta. Namun pemerintahannya hanya berlangsung singkat karena ia kemudian
tewas pada tahun 1250
akibat pemberontakan Ranggawuni
putra Anusapati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar