Sabtu, 15 Oktober 2016

Muhammad Al-Fatih; Sang Penakluk Konstantinopel (1453 M)


Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel.  Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.


Betapa tidak, Rasulullah Muhammad SAW betul-betul memuji sosok itu.    Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”  [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut; (1)  Konstantinopel.   Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H/1453 M, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani; dan (2) Rumiyah.   Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.

Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma. Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.


Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Konstantinopel adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium.

Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.  Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.

Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW.  Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.


Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih adalah sultan ketujuh kekhalifahan Turki Utsmani. Ia mendapatkan gelar al-Fâtih (Sang Pembebas / Penakluk) karena kerberhasilannya membebaskan Konstantinopel, ibukota Romawi Timur. Ia pula yang mengganti Konstantinopel menjadi Islambol, yang berarti Islam keseluruhannya. Sejak saat itu, Islambol menjadi pusat kekhalifahan Turki Ustmani hingga 407 tahun berikutnya.

Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya. 

Muhammad Al-Fatih dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481). Sejak saat itu Muhammad dilatih hidup sederhana, dididik dengan ilmu agama dan ilmu militer. Sultan dibimbing secara intensif oleh para ulama terbaik di zamannya. Diantara gurunya adalah Syekh Aaq Syamsuddin (Samsettin). Dari Syekh Syamsuddin Sultan belajar ilmu agama, bahasa, keterampilan fisik geografi, falak, dan sejarah. Sultan juga rajin mempelajari biografi tokoh-tokoh Eropa seperti Agustus Caesar, Konstantin, hingga Iskandar Agung dari Macedonia.

Syekh Syamsuddin pula yang meyakinkan Muhammad bahwa ia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah saw di dalam Hadis Pembebasan Konstantinopel.  “Abdullah berkata bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau SAW ditanya tentang kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu,  Konstantinopel atau Roma. Rasulullah SAW menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel). (HR Ahmad).   Rasulullah SAW bersabda, “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat Amir (panglima perang) adalah Amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya. (HR Ahmad dalam musnadnya).

Dalam Perkembangannya Muhammad tumbuh menjadi pemuda yang cerdas. Ia ahli dalam bidang militer, tata negara, sains, dan matematika. Bahkan, saat usianya masih 21 tahun, ia telah berhasil menguasai 6 bahasa: Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia, dan Hebrew. Di atas semua itu, ia merupakan pribadi yang saleh dan ahli ibadah. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu, Tahajjud dan rawatib sejak balig hingga wafat.

Kebiasaan Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam dan qiyamullail. Beliau sangat tegas terhadap musuh, namun qolbunya bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya.

Suatu hari timbul persoalan, ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.   “Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.  Kemudian beliau bertanya. “Siapakah diantara kalian yang sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silakan duduk!!”   Subhanalloh……!!! tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Itu berarti, tentara islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang melalaikan shalat fardhu. Luar biasa…..!!!

Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada silakan duduk!!!”. Sebagian lainya segera duduk.  Dengan mengedarkan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya Muammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!!”  Apa yang terjadi…? Semua yang hadir dengan cepat duduk, hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? Dialah, Sultan Muhammad Al Fatih. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu.

Nabi bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335).


Memerintah Selama Dua Periode

Muhammad memerintah selama dua periode. Periode pertama adalah 1444-1445. Saat itu usianya masih 12 tahun. Sultan diberi mandat untuk menggantikan ayahnya (Sultan Murad II) yang memilih beruzlah dan menjauh dari hiruk pikuk politik. Sultan Murad II berhenti dari jabatannya di tengah begitu banyak problem, baik internal maupun eksternal. Sementara khalifah sedang  menghadapi serangan bertubi-tubi dari tentara kerajaan Romawi Timur.

Sebagai khalifah yang masih sangat belia, Muhammad kemudia berinisiatif untuk mengirim utusan kepada ayahandanya dengan membawa pesan. Isinya cukup unik: mengajak sang ayahandanya tidak berdiam diri menghadapi masalah negara, "Siapakah yang saat ini menjadi khalifah: saya atau ayah? Kalau saya yang menjadi khalifah, maka sebagai khalifah, saya perintahkan ayahanda untuk datang kemari membela negara. Tapi kalau ayahanda yang menjadi khalifah, maka seharusnya seorang khalifah berada di tengah rakyatnya dalam situasi seperti ini." Akhirnya Murah II kembali ke tengah-tengah rakyatnya. Murad II kembali memerintah mulai tahun 1445 hingga meninggal dunia pada tahun 1451. Setelah itu amanah kekhalifahan diemban sepenuhnya oleh Muhammad. Tahun 1451-1481 adalah periode kedua kepemimpinannya dalam kekhalifahan Turki Utsmani.


Membebaskan Konstantinopel

Pada periode ini, Muhammad memulai upaya pembebasan Konstantinopel. Ia melakukan langkah-langkah yang matang untuk menyukseskan misi suci itu. Sejarawan Islam, Ismail Hami Danshbund, yang hidup sezaman dengan Muhammad melukiskan, sejak menaiki singgasananya Sultan harus rela 'begadang' setiap malam guna mempelajari peta dan keadaan kota Konstantinopel guna mencari strategi jitu untuk penyerangan. Sultan mempelajari lokasi-lokasi mana yang cocok untuk pertahanan dan mencoba menemukan titik-titik kelemahan musuh. Selain itu, sultan juga mengevaluasi kegagalan pasukan Islam sebelumnya.

Hari Jum'at, 6 April 1453 M, Sultan bersama gurunya Syekh Aaq Syamsuddin, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 pasukan dan meriam buatan Urban, teknologi baru saat itu, Sultam mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Konstantin Paleologus menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.

Kota dengan benteng setinggi 10 m tersebut memang sulit ditembus. Apalagi di sisi luar benteng dilindungi oleh parit seluas 7 m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis. Dari arah selatan laut Marmara, pasukan laut harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Berhari-hari hingga berpekan-pekan benteng Byzantium tidak bisa ditembus. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng. Cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki selat Golden Horn.

29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, diiringi hujan Sultan kembali menyerang total dengan tiga lapis pasukan: Irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan Yanisari, pasukan elit Turki Utsmani. Melihat semangat juang umat Islam, Giustiniani menyarankan Konstanti untuk mundur atau menyerah. Tapi Konstantin tetap tidak bergeming  hingga gugur di peperangan. Konon, Konstantin melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tidak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.

Saat Konstantinopel telah berhasil dibebaskan, Sultan Muhammad yang masih berusia 21 tahun itu turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah. Sultan lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memberikan perlindungan kepada semua penduduk, termasuk Yahudi dan Kristen. Kemudian Sultan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia danmembiarkan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.

Setelah itu, Sultan membebaskan Serbia pada tahun 1460 dan Bosnia pada tahun 1462. Seterusnya Sultan membebaskan Italia, Hungaria, dan Jerman. Pada puncak kegemilangannya, Sultan Muhammad memerintah di 25 Negeri. Kemudian Sultan membuat persiapan untuk membebaskan Rhodesia. Tapi sebelum  rencana itu terlaksana Sultan meninggal dunia karena diracun oleh seorang Yahudi bernama Maesto Jakopa. Sultan Muhammad wafat pada 3 Mei 1481 ketika berusia 49 tahun.

Itulah sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bingkai ketakwaan kepada Allah SWT. Kisah “Pedang Malam” (shalat tahajud) merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang Asia asal Turki, yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang sangat penting untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al Fatih dikemudian hari. Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya selama 500 tahun di bumi eropa sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari Pedang Malam Al Fatih yang amat begitu luar biasa.

*******
“Tidaklah kami pernah melihat ataupun mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad al-Fateh sudah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya di ombak lautan. Sesungguhnya Muhammad al-Fateh dengan usahanya ini telah mengatasi Alexander The Great!”- Ahli Sejarah Byzantine.

*******

Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh, berusia 21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) .

Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Ibu Kota Kekaisaran Byzanytium Romawi Timur yg bernama KONSTANTINOPEL . Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.

Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).
                                                                              *******

Kota Yang Dijanjikan.

Selain Mekkah dan Madinah, Istambul adalah kota yang dibanggakan oleh umat Islam. Istambul yang berasal dari kata Islambul atau Kota Islam atau Islamopolis ini, memang bukan tanah suci. Tapi, inilah 'kota yang dijanjikan' bakal menjadi milik umat Islam oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana termaktub dalam hadis: "Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan." (HR Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335).

Istanbul merupakan kota tua bersejarah. Dibangun pada abad ke-7 sebelum Masehi, kota yang semula bernama Konstantinopel ini menyimpan jejak berbagai peradaban besar yang masih kokoh hingga kini. Terutama, peninggalan Byzantium dan Turki Usmani (Ottoman).

Sungguh menarik menelusuri sejarah kota ini dengan benang merah hadis di atas. Hadis itu disampaikan Nabi Muhammad pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, Makkah masihlah sebuah negeri yang belum masuk hitungan. Sementara Konstantinopel adalah ibu kota kekaisaran Romawi Timur yang merupakan superpower saat itu.

Sisi menarik lainnya, karena superpower ini disebutkan dalam Alquran bahkan menjadi sebuah surat bernama Ar-Rum (Bangsa Romawi). Alquran menyatakan, Romawi akan mengalahkan Persia . Saat ayat ini turun, Persia sedang menang. Beberapa tahun kemudian, terbukti Romawi kemudian mengalahkan Persia. 

Ucapan Nabi Muhammad tentang Konstantinopel terpenuhi 825 tahun kemudian setelah Muhammad II berhasil memasukinya pada 29 Mei 1453. Muhammad II kemudian digelar sebagai Muhammad Al Fatih, yang berarti Muhammad Sang Pembebas. Dialah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar