Ajining
salira saka busana, ajining diri saka lathi lan budi artinya : Kehormatan raga berasal dari busana,
Kehormatan diri berasal dari lisan dan prilaku.
Maknanya, kehormatan sosial
seseorang bisa dilihat dari cara berpakaian, apakah bersih, rapih, dan sopan atau
sebaliknya. Sedangkan kehormatan diri (akhlak)
bisa diketahui dari cara berkomunikasi serta cara bersikap dan
berperilaku.
Ajining
salira saka busana
Kehormatan
fisikal (sosial) seseorang bisa dilihat dari cara ia berpakaian. Semakin tinggi kelas sosial seseorang
biasanya ia berpakaian yang lebih baik.
Pakaian seseorang bukan dinilai dari mewah tidaknya, atau mahal
murahnya, tetapi dari kebersihan, kerapihan, kesopanan, dan kepantasan. Apabila
seseorang mengenakan pakaian yang mewah dengan harga mahal, tetapi apabila
tidak baik dipandang dari etika kesopanan, maka
disitulah orang akan mengaitkan dengan nilai etika
moral.
Seseorang
yang mengenakan pakaian mewah dan mahal tetapi tidak
sesuai dengan tempatnya, misal di arisan ibu-ibu RT atau ke pasar, maka
orang akan menilai bahwa ia adalah orang yang sombong.
Demikian
pula sebaliknya, seseorang yang menghadiri pesta perkawinan, namun hanya
mengenakan sandal jepit dan pakaian ala kadarnya, tentu ia bisa menjadi
perhatian dan pembicaraan negatif. Tentu ia bisa dianggap tidak menghargai atau meremehkan tuan rumah pengundang
dan tamu lainnya.
Dalam
hal berpakaian, Allah SWT berfirman, "Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami
telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu.
Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.” (QS. Al-A’raf ayat
26)
Selanjutnya
pada surat yang sama ayat 31 Allah menegaskan, “Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan."
Ajining
diri saka ing lathi lan budi
Kehormatan
diri (akhlak) seseorang bisa diketahui dari cara ia berkomunikasi
serta cara ia bersikap dan berprilaku.
Orang
yang berakhlaq mulia (berilmu), dalam berkomunikasi ia akan menggunakan bahasa
yang santun dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Sedangkan orang yang berakhlaq rendah
biasanya bicaranya kasar, suka bergunjing, dan
menyakiti perasaan orang lain.
Pepatah Jawa lain mengatakan “Wong apik seneng ngomongke apike liyan, Wong
ala seneng ngomongke alane liyan”
Pepatah melayu juga mengatakan “mulutmu harimaumu”, artinya ucapan-ucapan buruk dan
salah akan berakibat buruk (menerkam) diri orang yang mengucapkannya.
Dalam
agama Islam, Rasulullah bersabda, “orang beriman itu hendaklah berkata yang baik-baik, apabila tidak maka hendaklah ia diam”
(HR. Bukhari).
Rasulullah
bersabda, “Hiyaa Rukum ’Akhaa Sinukum
akhlaaq”, Sebaik-baik orang diantara kalian ialah
orang yg baik akhlaknya. (HR. Bukhari &
Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar