Senin, 22 Juni 2020

Ajining Salira Saka Busana, Ajining Diri Saka Lathi lan Budi

Ajining salira saka busana, ajining diri saka lathi lan budi artinya : Kehormatan raga berasal dari busana, Kehormatan diri berasal dari lisan dan prilaku. 
Maknanya, kehormatan sosial seseorang bisa dilihat dari cara berpakaian, apakah bersih, rapih, dan sopan atau sebaliknya. Sedangkan kehormatan diri (akhlak) bisa diketahui dari cara berkomunikasi serta cara bersikap dan berperilaku. 
Ajining salira saka busana
Kehormatan fisikal (sosial) seseorang bisa dilihat dari cara ia berpakaian. Semakin tinggi kelas sosial seseorang biasanya ia berpakaian yang lebih baik.
Pakaian seseorang bukan dinilai dari mewah tidaknya, atau mahal murahnya, tetapi dari kebersihan, kerapihan, kesopanan, dan kepantasan. Apabila seseorang mengenakan pakaian yang mewah dengan harga mahal, tetapi apabila tidak baik dipandang dari etika kesopanan, maka disitulah orang akan mengaitkan dengan nilai etika moral.
Seseorang yang mengenakan pakaian mewah dan mahal tetapi tidak sesuai dengan tempatnya, misal di arisan ibu-ibu RT atau ke pasar, maka orang akan menilai bahwa ia adalah orang yang sombong.
Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menghadiri pesta perkawinan, namun hanya mengenakan sandal jepit dan pakaian ala kadarnya, tentu ia bisa menjadi perhatian dan pembicaraan negatif. Tentu ia bisa dianggap tidak menghargai atau meremehkan tuan rumah pengundang dan tamu lainnya.
Dalam hal berpakaian, Allah SWT berfirman, "Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.” (QS. Al-A’raf ayat 26) 
Selanjutnya pada surat yang sama ayat 31 Allah menegaskan, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."
Ajining diri saka ing lathi lan budi
Kehormatan diri (akhlak) seseorang bisa diketahui dari cara ia berkomunikasi serta cara ia bersikap dan berprilaku
Orang yang berakhlaq mulia (berilmu), dalam berkomunikasi ia akan menggunakan bahasa yang santun dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Sedangkan orang yang berakhlaq rendah biasanya bicaranya kasar, suka bergunjing, dan menyakiti perasaan orang lain.
Pepatah Jawa lain mengatakan “Wong apik seneng ngomongke apike liyan, Wong ala seneng ngomongke alane liyan
Pepatah melayu juga mengatakan “mulutmu harimaumu”, artinya ucapan-ucapan buruk dan salah akan berakibat buruk (menerkam) diri orang yang mengucapkannya.
Dalam agama Islam, Rasulullah bersabda, “orang beriman itu hendaklah berkata yang baik-baik, apabila tidak maka hendaklah ia diam” (HR. Bukhari).

Rasulullah bersabda, “Hiyaa Rukum ’Akhaa Sinukum akhlaaq”, Sebaik-baik orang diantara kalian ialah orang yg baik akhlaknya. (HR. Bukhari & Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar