15. DEBRIEFING
Evaluasi Produktif
Kelima orang anggota kelompok anggrek telah menyelesaikan tugas dengan aman, dan kembali ke safe house. Setelah mandi dan rehat sejenak, mereka berkumpul di sebuah ruangan untuk kegiatan debriefing kelompok. Sedangkan tim bougenvil, cempaka, dan dahlia melakukan kegiatan debriefing secara terpisah di ruang berbeda.
Apabila sebelum pelaksanaan tugas mereka menerima briefing, yaitu penjelasan dan pengarahan detil tentang misi dan peran masing-masing anggota, maka setelah pelaksanaan tugas melaksanakan debriefing, yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan tugasnya.
Tujuan debriefing adalah untuk mengevaluasi keberhasilan dan kendala di lapangan, belajar dari pengalaman lapangan, dan sebagai umpan balik kepada setiap anggota kelompok.
Sesi debriefing kelompok berlangsung hangat dan produktif. Dibimbing oleh agen mentor masing-masing dan seorang pendamping, para peserta secara terbuka berbagi pengalaman dan pandangan mereka mengenai tugas di lapangan. Diskusi berlangsung mendalam, dengan para peserta saling memberikan masukan dan umpan balik. Meskipun muncul perbedaan pendapat, namun hal tersebut justru memperkaya analisis terhadap berbagai situasi yang dihadapi.
Setelah sesi debriefing kelompok tuntas, dilanjutkan sesi debriefing secara menyeluruh oleh Pak Dirman selaku handler utama. Pada sesi ini, sharing pengalaman dan pembahasan berlangsung lebih seru dan mendalam. Beliau menyoroti beberapa poin penting yang muncul dari laporan para mentor, serta memberikan arahan dan penekanan khusus. Pak Dirman mengingatkan pentingnya belajar dari kesalahan yang terjadi selama pelatihan, namun menekankan agar kesalahan tersebut tidak terulang dalam tugas sebenarnya.
"Kesalahan dalam latihan adalah pengalaman yang menjadi guru terbaik kita," tegas Pak Dirman. "Kalian boleh melakukan kesalahan sebanyak-banyaknya dalam latihan, namun jangan sampai terjadi kesalahan dalam penugasan. Jadikan kesalahan itu sebagai pelajaran berharga yang tak boleh terulang”
Doksasdap – Jaga Konter
Sebagai pengingat, Pak Dirman kemudian mengulang kembali lima poin penting infiltrasi yang harus diingat oleh para agen saat menjalankan misi di lapangan, yaitu kedok, oposisi, adaptasi, sekurity, dan counter surveillance.
Pertama, persiapan kedok yang efektif. Kedok atau cover yang digunakan harus dirancang dengan matang dan dipertahankan secara konsisten, mencakup identitas palsu, tindakan sehari-hari, serta cerita latar belakang.
Ke-dua, kewaspadaan terhadap ancaman oposisi. Agen harus selalu waspada terhadap potensi ancaman dari pihak lawan, termasuk pemantauan melalui CCTV dan bentuk pengawasan lainnya.
Ke-tiga, upaya adaptasi. Agen harus beradaptasi dan menyatu dengan lingkungan dan budaya masyarakat sekitar, layaknya seekor bunglon yang mengubah warna kulitnya untuk berkamuflase. Menghindari penampilan, pakaian dan prilaku yang menarik perhatian masyarakat setempat.
Ke-empat, prinsip sekurity. Menerapkan prosedur keamanan secara konsisten, seperti konselmentasi, kompartementasi, dan komunikasi. Keamanan komunikasi adalah hal yang krusial, harus diterapkan secara ketat untuk melindungi keamanan agen dan kerahasiaan operasi.
Ke-lima, prosedur counter surveillance. Setelah menyelesaikan setiap misi, agen harus melaksanakan prosedur counter surveillance secara cermat untuk memastikan tidak diikuti oleh pihak lawan. Keamanan safe house merupakan hal yang sangat krusial dan harus dijaga kerahasiaannya dengan ketat.
Kelima poin penting itu merupakan hal yang harus dilaksanakan secara ketat oleh agen yang melaksanakan tugas klandestin di lapangan. Untuk membantu mempermudah mengingat kelima poin penting itu, Pak Dirman membuatkan jembatan keledai dengan akronim, Dokposdap- Jaga kounter, singkatan dari kedok, oposisi, adaptasi, jaga (sekurity), dan (lakukan) kounter surveillance.
Sesi debriefing berakhir, seluruh peserta pelatihan dengan langkah ringan keluar ruangan dengan penuh semangat. Mereka merasa sangat bangga dan bersyukur bisa bergabung dengan tim ini. Tim yang nantinya akan mengukir sejarah dalam operasi klandestin.
Acara selanjutnya adalah acara bebas. Diantara mereka ada yang masuk kamar tidur dan istirahat. Sebagian besar ngobrol sambil minum kopi yang disediakan oleh pengurus wisma. Ada pula yang rebahan sambil evaluasi diri atas kegiatan siang itu. Namun bagi mereka ada satu frase jembatan keledai dari Pak Dirman yang terus terngiang-ngiang di telinga, yaitu frase “Dokposdap- Jaga Kounter.” Akronim sederhana, merupakan singkatan dari frase: kedok, oposisi, adaptasi, (jaga) sekurity, dan (lakukan) counter surveillance, telah tertanam kuat dalam benak mereka. Lebih dari sekedar jembatan keledai, singkatan itu kini menjadi mantra yang akan memandu setiap langkah mereka dalam menjalankan misi di lapangan.
######
Tidak ada komentar:
Posting Komentar