Memayu hayuning bawana, secara harfiah memayu artinya
memperindah, hayuning artinya keindahan, dan bawana artinya
dunia. Sehingga makna gramatikal memayu hayuning bawana adalah menebar kebaikan untuk kemakmuran dunia. Sedangkan ungkapan ambrasta dur hangkara mempunyai makna memberantas sifat kemungkaran.
Memayu hayuning
bawana.
Dunia ini dihuni oleh
mahluk-mahluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan dan alam. Dari mahluk-mahluk itu
hanya manusialah yang dilengkapi oleh Tuhan dengan akal,
nafsu, dan hati nurani. Dengan ketiga
potensi itu manusia mempunyai kemampuan untuk memelihara atau bahkan sebaliknya
merusak (kehidupan) dunia.
Tuhan menjadikan manusia
sebagai khalifah (penguasa) atas mahluk lain di bumi ini, dan memberi tugas kepada
manusia untuk mengelola dan mamakmurkan dunia agar tercipta suasana kehidupan yang
tenang, tenteram, dan damai (hayuning
bawana).
Agar tercipta suasana
yang ideal itu (hayuning bawana) maka setiap manusia diminta untuk
senantiasa berbuat baik terhadap sesama manusia maupun terhadap sesama mahluk hidup
lainnya, yaitu hewan, tumbuhan dan alam.
Manusia
tidak boleh bersikap sewenang – wenang terhadap mahluk hidup lainnya. Manusia harus menjaga hak binatang, tumbuh-tumbuhan
dan alam.
Sebagai contoh manusia
tidak boleh membunuh hewan dengan cara yang dapat merusak kelangsungan
hidupnya, seperti meracun, bom ikan, dan sebagainya. Demikian pula dalam hal
menebang pohon tidak boleh sembarangan.
Jika manusia tidak
menjaga kesejahteraan dan keselarasan mahluk hidup justru akan menimbulkan
dampak negatif pada manusia. Dalam
khasanah agama Islam, Memayu Hayuning Bawono
dikenal dengan “Rahmatan lil ‘alamin”, yaitu keberadaan manusia menjadi
rahmat bagi alam semesta.
Ambrasta dur hangkara.
Ambrasta
dur hangkara (memberantas sifat kemungkaran) mempunyai
makna bahwa untuk dapat menjalani kehidupan dengan aman dan damai maka manusia
hendaknya menjauhi serta mencegah kemungkaran (sifat negatif) yang merugikan, seperti perbuatan jahat,
serakah, tamak, dan sebagainya.
Dalam agama Islam, dikenal dengan “Amar makruf nahi munkar”. Secara spesifik amar
ma’ruf nahi munkar lebih ditekankan pada upaya menghilangkan kemunkaran, dengan
tujuan utama menjauhkan setiap hal negatif di tengah masyarakat agar tidak
menyakiti atau merugikan satu sala lainnya.
Nabi
Muhammad Saw bersabda, “Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka
hendaknya ia menghilangkannya dengan tangannya.
Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Orang
yang tidak mampu dengan lisannya, maka dengan hatinya.
Dan dengan hati ini adalah lemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Makna dari “Memayu hayuning bawana, Ambrasta dur
hangkara” adalah bahwa agar
tercipta suasana aman, tenteram, damai dan sejahtera dalam kehidupan di dunia ini, maka manusia
harus menjalankan prilaku kebajikan, serta menjauhi
dan memberantas sifat kemungkaran. Memang tidaklah mudah untuk dilaksanakan,
namun itulah pitutur yang baik sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar