Sabtu, 18 April 2020

Sedekah (Penyesalan Menjelang Ajal)

1. Penyesalan Menjelang Ajal

Setiap hamba Allah pada saat menghadapi kematian, yang sedang sakaratul maut, maka ia akan sangat menyesali satu hal. Ia bukan menyesal karena rendahnya pangkat, bukan pula karena kurangnya harta, juga bukan karena kurangnya popularitas. Tetapi ia akan sangat menyesali karena kurangnya bersedekah.

Dalam Al Quran surah Al Munafiqun ayat 10, digambarkan bahwa seorang hamba Allah yang tengah menghadapi kematian ia memohon kepada Allah Swt agar waktu kematiannya ditunda.  Untuk apa?  Ia ingin waktu kematiannya ditangguhkan bukan untuk mengerjakan shalat, bukan untuk puasa, dan bukan pula untuk pergi haji, melainkan untuk bersedekah.

“Rabbi lau laa akhortanii ilaa ajalin qarib - fa ash shadaqa” artinya : Ya Tuhan-ku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku  sedikit waktu lagi, maka aku akan bersedekah.

Shalat, puasa, dan haji merupakan ibadah mulia yang pahalanya sangat besar. Namun pahalanya hanya diberikan oleh Allah hanya saat itu, saat ia masih hidup.  Berbeda dengan  sedekah.  Sedekah merupakan 
amal jariyah, yang pahalanya akan terus mengalir meskipun ia sudah meninggal.

Secara lengkap surah Al Munafiqun ayat 10, “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu, sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara kamu; lalu dia berkata (menyesali) : Ya Tuhan-ku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku akan bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh

2. Pahala sedekah.

Sedekah merupakan amalan ibadah yang keberadaannya sangat istimewa. Selain mendatangkan pahala yang besar, yakni Allah akan membalasnya 700 kali lipat, pahala sedekah akan terus mengalir meskipun yang bersedekah telah meninggal dunia.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 261, Allah berfirman: “Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT,  (ia) bagaikan (menebar) sebutir benih. (sebutir benih itu) menumbuhkan tujuh tangkai, dan dalam tiap-tiap tangkai tumbuh 100 butir.” 

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim dan Abu Daud, Rasulullah bersabda: “Apabila manusia mati maka amalnya terputus kecuali karena tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakan orang tuanya.“ (HR. Muslim, Ahmad, dan Abu Daud).

Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Asaakir, Allah berfirman :  ”Inilah agama yang Aku ridhai untuk diri-Ku.  Tidak ada yang mampu membuatnya bagus, kecuali kedermawanan dan akhlak yang bagus.  Karena itu, muliakanlah agama ini dengan yang dua  itu (yaitu sedekah dan akhlak).”

3. Sedekah: Ibadah Yg Membuat Allah Senang

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub karya Imam Al Ghazali, diceritakan dialog antara Nabi Musa As dengan Allah SWT;

Musa : "Wahai Allah aku sudah melaksanakan berbagai ibadah kepadaMu.  Manakah diantara ibadahku yang membuat Engkau senang. Apakah shalatku?
Allah: "Sholat mu itu untukmu sendiri. Karena shalat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar.”

Musa : “Apakah dzikirku?”
Allah:  “Dzikirmu itu untukmu sendiri. Karena dzikir membuat hatimu menjadi tenang.”

Musa : “Puasaku ?
Allah : “Puasamu itu untukmu sendiri. Karena puasa melatih diri memerangi hawa nafsumu"

Musa: ”Lalu ibadah apa yang membuat Engkau senang ya Allah?"
Allah: ”Sedekah. Tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang kesusahan dengan sedekah, sesungguhnya Aku berada disampingnya. "

Dari dialog tersebut, kita pahami bahwa ternyata shalat, puasa dan dzikir masih belum membuat Allah menjadi senang, meski ibadah tersebut sangat tinggi nilai pahalanya. Kenapa demikian? Karena ibadah tersebut hanya berdampak baik terhadap pribadi pelakunya, tetapi tidak mengandung manfaat bagi orang lain.

Sedangkan sedekah merupakan amal perbuatan yang bukan hanya berpahala bagi dirinya, tetapi juga membuat bahagia orang lain.  Amal perbuatan yang membahagiakan orang lain, terutama yang sedang mengalami kesulitan, adalah perbuatan yang sangat disukai oleh Allah Ta’ala. Perbuatan seperti inilah yang membuat Allah menjadi senang.

Dalam kaitannya dengan shalat, puasa dan sedekah, Abdul Aziz bin Umair Ra berkata,  Shalat hanya mengantarkanmu sampai setengah perjalanan surga. Puasa mengantarkanmu hingga ke depan pintu surga. Dan sedekah memasukanmu ke dalamnya (surga).”  Menurut Abdul Aziz, bahwa seseorang yang hanya tekun shalat dan puasa tetapi tidak bersedekah, maka ia belum memenuhi syarat untuk masuk surga. Orang seperti ini hanya layak sampai di pintu surga saja. Dan sedekah merupakan ibadah penyempurna untuk memasukkannya ke dalam surga.

4. Sedekah Untuk Orang Tua.

Bahwasana ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw, “Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara tiba-tiba (dan tidak memberikan wasiat), dan aku mengira jika ia bisa bicara maka ia akan bersedekah.  Maka apakah ia memperoleh pahala jika aku bersedekah atas namanya (dan akupun mendapatkan pahala)?.  Beliau Rasulullah Saw menjawab, “Ya, besedekahlah untuknya”.  (HR. Bukhari – Muslim).

Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan meninggalkan harta, tetapi ia tidak berwasiat.  Apakah (Allah) akan menghapuskan (kesalahan) nya karena sedekahku atas namanya?”. Beliau Saw menjawab, “Ya”. (HR. Muslim, Ahmad, dan Baihaqi).

Dari kedua hadis diatas maka dapat disimpulkan bahwa sedekah yang diniatkan untuk orang tua yang sudah wafat mempunyai dua manfaat, yaitu dapat memberikan pahala dan menghapuskan sebagian dosanya.

Dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh para ulama, arwah seorang hamba Allah yang mempunyai banyak dosa, yang sedang mengalami penderitaan. Tiba-tiba beban penderitaan itu menjadi ringan. Lalu ia bertanya, “Ya Allah kenapa tiba-tiba aku merasa lebih ringa?” Allah menjawab, “Karena anakmu bersedekah untukmu”.

Orang tua adalah sosok yang memberikan segenap cinta dan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Apabila kita sukses di dunia itu tidak lain adalah berkat doa dan peran orang tua. Sulit rasanya untuk bisa membalas jasa-jasa orang tua. Salah satu cara untuk membalas jasa kedua orang tua adalah membahagiakan mereka ketika masih hidup, dan mendoakan serta bersedekah untuk mereka ketika sudah tiada.


5. Kekuatan Sedekah

Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut:
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.

Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?" Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?" Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?" Allah yang Maha Agung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta. Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?" Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.


6. Orang Dermawan Menjadi Perhatian Allah
Pada suatu peperangan yang dimenangkan oleh kaum Muslimin, banyak orang Yahudi yang menjadi tawanan dan menghadapi hukuman mati.  Ketika satu tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba malaikat jibril datang memberi tahukan kepada Rasulullah SAW, supaya orang Yahudi itu dibebaskan.  Diberitahukan bahwa orang Yahudi yang satu ini sangat dermawan, ia suka menjamu tamu, dan suka menolong fakir miskin.  
Ketika Rasulullah datang memberitahukan kepada orang Yahudi itu bahwa dia dibebaskan, dia bertanya heran: “Mengapa?”.  Nabi menjawab: “Allah baru saja memberitahukan padaku melalui malaikat Jibril bahwa engkau suka menjamu tamu, membantu orang miskin, dan suka memikul beban orang lain.”   
Kemudian orang Yahudi itu berkata: “Apakah Tuhanmu menyukai perilaku seperti ini?”. Nabi menjawab : ”Allah menyukai hambanya yang dermawan.”  Maka saat itu juga orang Yahudi itu memeluk Islam. 
Demikianlah perhatian Allah kepada orang yang dermawan. Allah memberikan keistimewaan kepada orang dermawan. Begitu istimewanya orang-orang yang dermawan, sehingga walaupun ia berdosa besar, orang dermawan mendapat perhatian khusus dari Allah Swt. Seperti perhatian Allah kepada orang Yahudi yang dermawan itu.

7. Kedermawanan Mendekatkan pada Allah.
Terkait dengan kedermawanan, Rasulullah bersabda,  “Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia dan dekat dengan surga. Sedangkan orang yang kikir (bakhil) itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka.  (HR. Al-Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Pada hadis lain yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : Orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah ketimbang ahli ibadah yang kikir / pelit. (HR. Al-Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah berfirman :  ”Tidaklah beriman kepada-Ku (Allah) orang yang tidur dengan kenyang sementara tetangganya lapar sampai masuk ke lambungnya, padahal ia mengetahuinya” (HR.At- Thabrani). 
Dari uraian kisah tadi maka dapat ditarik KESIMPULAN bahwa:
-  Pertama: kedermawanan mendekatkan pada surga, sedangkan kekikiran mendekatkan pada neraka.
-  Kedua: Orang yang tidak mempunyai kepedulian sosial, diantaranya orang yang kikir, sekalipun dikatakan sebagai ahli ibadah (tekun shalat dan dzikir) termasuk sebagai orang yang tidak beriman kepada Allah.

8. Perbedaan ZIS 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar